"Cia, are you okay? Kita sudah sampai. Ayo turun"

Gracia hanya diam. Dicky keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Gracia, menggenggam erat tangan gadis itu, bisa Dicky rasakan tangan kecil itu begitu dingin membuat Dicky meringis. Melihat Gracia seperti ini membuatnya sangat sedih.

Dicky menuntun Gracia memasuki rumah itu. Dengan langkah perlahan, Gracia mengikuti Dicky. Sungguh ia tidak bisa menerima semua ini. Semua kesedihan itu menumpuk didalam diri Gracia. Ingin rasanya ia menangis sekeras-kerasnya melampiasan semua kesedihan ini. 3 tahun yang lalu ia meninggalkan rumah ini saat mamanya meninggal di rumah ini. Dan saat ini dia kembali ke rumah ini juga dalam keadaan berduka. Gracia sudah pernah merasakan perasaan seperti ini. Sakit, sangat sakit.

Suasana di dalam rumah yang telah di rubah menjadi rumah duka ini membuat Gracia mengalami Dejavu. Semuanya sama seperti 3 tahun yang lalu, tempat, suasana, orang-orang berpakaian hitam, bahkan wartawan yang juga hadir. Bedanya, jika dulu ia kehilangan orang yang melahirkannya di dunia ini, kali ini dia kehilangan orang yang paling menyayanginya di dunia ini.

Gracia berdiri tidak jauh dari peti mati kakeknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gracia berdiri tidak jauh dari peti mati kakeknya. Menatap foto berukuran besar yang dikelilingi bunga-bunga krisan. Setetes air mata jatuh dari mata indah itu, pertahanan Gracia runtuh seketika. Kenapa? Kenapa secepat ini? Kenapa Tuhan menyiksanya seperti ini? Tubuh Gracia bergetar hebat, dia melepaskan genggaman Dicky ditangannya, melangkah dengan sangat pelan mendekati tubuh yang berbaring kaku didalam peti itu.

Semua orang di ruangan ini menatapnya. Keluarga dan semua kerabat jauh bahkan para pejabat dan rekan bisnis yang sama sekali tidak penting bagi Gracia tengah menatapnya dengan tatapan berbeda-beda. Menjadi salah satu orang paling kaya di Indonesia dan orang yang cukup berpengaruh di dunia membuat sang kakek hampir dikenal oleh semua orang. Sehingga tidak heran jika banyak wartawan berada disini. Gracia sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Dengan tangan bergetar ia menyentuh peti sang kakek. Menatap tubuh tua itu yang tengah terbujur kaku. Gracia memejamkan matanya, semua kenangan bersama kakeknya bermunculan memenuhi ingatannya saat ini. Bagaimana ia bermain bersama sang kakek sejak ia kecil, bagaimana kakeknya yang selalu tersenyum dan menyemangatinya saat ia dimarahi nenek, kakek yang sangat menyayanginya melebihi papanya sendiri. Kakek adalah orang yang membuat Gracia tidak kekurangan kasih sayang disaat orang tuanya sibuk. Mamanya yang sibuk bekerja dan papa nya yang sibuk menganggapnya tidak ada.

Memikirkan bahwa ia tidak akan pernah bisa melihat sang kakek dan tidak bisa merasakan kasih sayangnya lagi, membayangkan tidak pernah mendengar suara dan canda tawa kakeknya lagi membuat Gracia sesak, ia kesulitan bernapas. Gracia menunduk, menggigit keras bibir bawahnya, masih berusaha menahan agar isakannya tidak keluar. Namun hal itu malah semakin menyesakan. Gracia semakin rapuh, tubuhnya masih bergetar, kepalanya pusing. Sakit, sangat sakit. Rasanya ia seakan ingin mati, menyusul kakeknya. Dia tidak sanggup, sungguh. Dan di detik selanjutnya, Gracia kehilangan kesadaran dan terjatuh pingsan. Dicky yang sedari tadi berada dibelakangnya seketika mendekat, menopang kepala Gracia dan menepuk pelan pipi pucat itu. Dengan khawatir ia memanggil nama Gracia berulang kali.

"Dicky ayo bawa Cia ke kamarnya" Perkataan papanya membuat Dicky langsung mengangkat Gracia dan menggendongnya menuju kamar Gracia yang tiga tahun lalu ditempatinya. "Pa, tolong hubungi dokter secepatnya" kata Dicky sesaat melewati sang papa. Sekilas Dicky menatap sesorang yang berdiri tidak jauh darinya, Om Bagas, ayah kandung Gracia. Masih sama seperti dulu batin Dicky meringis. Dia menatap Gracia yang ada di gendongannya. Menatap wajah cantik itu yang terlihat sangat pucat dan berjanji di dalam hati bahwa ia akan menjaga gadis ini sampai ia menemukan pendamping hidupnya nanti. Seseorang yang bisa ia percaya menggantikannya untuk menjaga adik kecilnya ini.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FRAGILEWhere stories live. Discover now