Fakta Baru

6 3 0
                                    

"Wah, anak Mama cantik dan rapi banget, emangnya Vely mau kemana?" tanya Rossa saat melihat putrinya turun dari anak tangga dengan penampilan berbeda di sore ini.

"Sekarang Vely mau kumpul sama teman-teman, Mah. Oh, iya papa mana, Mah? Kok Vely nggak lihat daritadi? "

"Papa kamu berangkat lagi, dia ada meeting sama klien nya"

"Yah, nggak jadi deh dapat uang jajan dari papa," keluh Evelyn saat keinginannya tidak di dapatkan.

"Tenang, ini ada uang dari kamu, papa tadi sempat berpesan agar mengasihkan uang ini kepada kamu," ucap Rossa kepada Evelyn sambil memberikan uang bewarna merah sebanyak 3 lembar.

"Terima kasih, Mah. Ya udah aku berangkat dulu ya. Muachh!" Evelyn loncat-loncat kegirangan layaknya anak kecil lalu ia langsung keluar setelah mencium dan bersalaman dengan mamanya.

"Jangan pulang malam-malam! Jam delapan harus ada di rumah!" Rossa setengah teriak berbicara kepada Evelyn yang sudah ada di luar rumah.

"Oke!" Teriak Evelyn dari luar, Evelyn melihat jam tangannya yang masih  menunjukkan angka 05.00 WIB.

Masih ada waktu banyak batin Evelyn berkata seperti itu.

Evelyn memesan taxi setelah mendapatkan uang yang lumayan banyak itu, ia tidak perlu menunggu angkutan umum lagi. Jangan ditanya kemana supir pribadinya, ia sudah kembali ke kampung setelah mengantarkan kedua sahabatnya, karena ada salah satu keluarganya yang sedang sakit.

Akhirnya Evelyn sudah sampai di cafe tujuannya, yang pastinya cafe langganan yang biasa buat nongkrong ia bersama sahabatnya.

"Hai! Kalian udah lama nunggu gue di sini?" sapa Evelyn saat ia sudah masuk dan melihat sahabatnya yang sudah sampai duluan.

"Nggak kok. Sini duduk!" titah Viani kepada Evelyn.

"Kalian masih belum pesan makanan?" tanya Evelyn karena ia tidak melihat makanan apa pun di meja.

"Iya, ini mau pesan tapi nunggu lo datang juga," jawab Viani dan langsung memesan berbagai menu makanan.

"Ya udah kalian pilih aja, gue yang bayarin."

"Nggak perlu, Vel. Biar kita aja bayar sendiri-sendiri aja, ya nggak, Her?"

"Lo aja kali yang bayar, gue nggak!"

"Ish kenapa si?!" desak Viani kepada Hera.

"Gue nggak bawa dompet."

"Ih, bohong lo! Tadi aja lo keluarin dompetnya, cari alasan yang masuk akal dong!"

"Percuma bawa dompet, tapi nggak ada isinya."

"Nggak yakin gue, lo keluar dari rumah sepuluh detik aja bawa dompet."

Perdebatan Viani dan Hera semakin menjadi-jadi, padahal hanya perihal masalah yang biasa.

"Udah! Jangan pada ribut elah, biarin gue aja yang bayar. Ntar besok kalo kita ketemuan lagi, Viani yang bayar dan besoknya lagi Hera," putus Evelyn.

Untung ada Evelyn sebagai penengah di antara mereka. Rasanya persahabatan tanpa perdebatan seperti tadi, akan terasa hambar dan biasa saja, layaknya masakan yang tidak beri garam.

"Udah deh, Vel. Kali ini gue aja yang bayar, daripada ntar pas jatah gue, lagi nggak ada uang."

"Serah lo, Her!"

"Kalo Hera yang bayar, gue pesen makanan banyak aja deh," ledek Viani sambil cengar-cengir tidak jelas kepada Hera yang berhasil membuat Hera kesal sampai ubun-ubun.

Cinta Gedung TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang