Pasar Malam

14 8 0
                                    


Banyak yang mengatakan jika Sabtu malam itu indah, dimana kita bisa menghabiskan waktu bersama sahabat, keluarga atau bahkan dengan seorang kekasih. Namun, tidak bagi Evelyn yang justru berkutat dengan novel yang baru saja dibelinya.

"Vely, mama perhatikan kamu kok nggak pernah main sama teman-teman kamu kalau malam Minggu gini, biasanya kan anak remaja menunggu malam ini," ujar Rossa–mama dari Evelyn.

"Mama mau Vely pingsan di jalan? Di luaran sana pasti banyak 'mereka', Mah."

"Tapi, itu ada teman kamu di ruang tamu."

"Siapa? Perasaan Viani, Selvi sama Hera nggak kasih aku kabar kalau mau kesini?" Detik itu, pikiran Vely tertuju pada Elvan. Dia mengejapkan matanya berusaha menenangkan agar pikiran mata batinnya itu salah.

"Itu lho teman kamu yang nganterin kamu waktu pingsan di sekolah, pas hari pertama kamu sekolah itu."

"Suruh pulang aja, Mah. Bilang kalau Vely lagi nggak enak badan."

"Hust, nggak boleh ngomong gitu. Orang kamu sehat gitu, lagian kasihan tuh Elvan sudah nunggu kamu dari tadi, bahkan di ruang tamu lagi ngobrol sama papa kamu. Buruan gih samperin."

"Iya deh, Mah." Setelah itu, Rossa keluar dari kamar putri semata wayangnya.

Dengan malas-malasan Vely menutup novel yang baru habis baca setengah itu. Tiba-tiba sesuatu lewat dari sisi kanannya, ternyata itu adalah Karin. 'Teman' nya yang berbeda alam dengannya.

"Rin! Ngagetin gue aja lo!"

"Hihihi, maaf Vel aku cuma mau bilang kamu ganti baju dulu gih sebelum ketemu Elvan." Yang berbicara seperti itu adalah hantu Karin.

Dimana dia meninggal karena masuk ke jurang. Dan lebih parahnya lagi, yang mendorongnya adalah papa kandungnya sendiri. Namun, 'dia' sudah mengikhlaskan kematiannya.

"Lah emang kenapa? Toh gue cuma mau bilang gue sibuk, terus gue balik kesini."

"Yaudah sana kalau kamu nggak malu."

"Serah." Evelyn tidak memerhatikan pakaiannya, ia memakai piyama hitam dan rambutnya yang acak-acakan. Jujur ia sangat malas bertemu dengan Elvan, ditambah semenjak kejadian pingsan tempo hari yang lalu. Elvan selalu mendekatinya.

Ternyata benar apa yang dibilang mamanya, jika Elvan tengah berbicara dengan papanya.

"Loh, kok kamu belum siap-siap Vely? Ini Elvan udah nunggu daritadi lho," ujar Reno–papanya Vely.

"Ngapain lo kesini, hah?! Ganggu waktu gue," ujarnya kesal.

Sebelum papanya berbicara, Evelyn sudah tahu maksudnya, jika dia akan pergi bersama cowok di depannya ke pasar malam.

"Elvan mau ajak kamu ke pasar malam." Nah kan tepat sekali dugaannya.

Daripada menolak yang berujung kena marah papanya, ia segera kembali masuk ke kamarnya dan menganti pakaiannya dengan sweater coklat dan celana jeans-nya. Wajahnya ia hanya membilasnya dengan sabun cuci muka.

"Buruan!" Evelyn keluar dari rumah lebih dahulu.

"Kalau begitu kita berdua pamit ya, Om. Saya janji akan bawa pulang anak om sebelum jam sepuluh malam." Malam ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tepat.

"Hati-hati."

Elvan keluar, dia melihat Evelyn yang tengah mengerucutkan bibirnya. Jika dilihat-lihat, dia memang cantik walau dengan wajah cemberut sekalipun.

"Udah siap lo?"

"Hmm, tapi gue mau jam sembilan gue udah di rumah." Kemudian Evelyn menaiki motor sport abu-abu itu, lantas melesat membelah jalanan yang memang sudah ramai.

Cinta Gedung TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang