Sweet Sugar | Part 19 - Deep Thoughts

251K 12.8K 351
                                    

EROS mengerjapkan kedua matanya ketika merasakan cahaya matahari menelusup masuk ke matanya, lalu membuka matanya dan mendapati Laura menatapnya kosong. Gadis itu terlihat sudah berpikir berat pagi-pagi seperti ini.

"Ada apa?" tanya Eros yang berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.

"Tidak apa-apa, aku hanya senang bisa bangun di pagi hari dan melihatmu," jawab Laura dengan senyuman manisnya.

Mendengar jawaban Laura, Eros tertawa kecil. Tapi tak lama kemudian, tawaan Eros berhenti dan wajah pria itu berubah datar. "Jangan berbohong," ucapnya, penuh peringatan.

"Aku tidak berbohong," jawab Laura sambil menaikkan bahunya acuh, membuat selimutnya sedikit tersingkap. Semalam mereka bercinta gila-gilaan. Di sofa, di wastafel, di bathtub, di shower, dan di kasur. Untungnya setiap Eros mendapatkan pelepasannya, pria itu tidak melepaskannya di dalam sehingga Laura tidak perlu minum pil pemberian Clarissa pagi ini.

"Aku lelah," ucap Laura seraya menahan tangan pria itu yang mulai bergerak menuju ke dadanya.

"Olahraga pagi itu paling nikmat, baby," balas Eros.

"Kamu sudah basah," bisik Eros. Pria itu menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka, lalu memasuki milik Laura dengan satu hentakkan, membuat mereka berdua sama-sama mendesah nikmat.

Tidak lama kemudian, hanya suara desahan dan erangan erotis yang menghiasi kamar itu. Laura tidak akan bisa bebas dari Eros. Tentu saja, tadi malam dan pagi ini Eros berhasil menjadi singa yang memangsa Laura hingga gadis itu kehabisan tenaganya.

💸💸💸

"AKU akan mengecek email dari kantor terlebih dahulu. Apa kamu ingin tetap berada disini?" tanya Eros setelah mereka mandi bersama.

"Aku disini saja, kakiku masih lemas dan tidak bisa berjalan," keluh Laura di sofa kamar mereka. Sebentar lagi, ada pelayan yang akan membersihkan kekacauan ini dan membawakan mereka makan siang. Ya, mereka bercinta gila-gilaan sampai melupakan sarapan pagi.

"Aku minta maaf," ucap Eros seraya memberikan kecupan singkat di pelipis Laura.

"Sekarang kamu meminta maaf, tapi tadi kamu menyerangku habis-habisan," cibir Laura yang di sambut tawa kencang oleh pria itu.

"Tapi kamu menikmatinya," balas Eros, membuat Laura memukul pelan lengannya dan mencebik kesal. Tapi tidak bisa dipungkiri, sudut bibir Laura terangkat dan Eros menyadari hal itu. "Kalau begitu aku pergi ke ruanganku sekarang."

Di perjalanan menuju ruangannya, Eros berbalik dan mengamati Laura kembali tenggelam dalam pikirannya. Senyumannya memudar, dan gadis itu terlihat sedang mengalami masalah berat. Eros menghela napasnya, tapi ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sekarang. Ada banyak email yang datang dan Reynan menelfon terus menerus hari ini.

"Ada apa?" tanya Eros setelah ia berada di dalam ruangannya dan terhubung dengan Reynan.

"Oh God, akhirnya ada yang menjawab telfonku. Rena entah berada dimana dan kamu sibuk bertarung di kasur," celoteh Reynan di seberang sana.

"To the point," pinta Eros seraya mengecek email yang masuk. Kemarin Rena mengatakan bahwa dirinya bebas tapi tetap saja banyak dokumen yang harus ditandatangani. Sekarang, ia hanya perlu mempelajarnya sampai sekretarisnya itu datang dan memberikan dokumen itu untuk di tandatangani.

"Mr. Smith menghubungiku untuk memajukan tanggal pertemuan kalian menjadi besok."

"Apa? Besok? That bastard," umpat Eros dengan geraman pelan. Dante Smith memang salah satu teman kuliahnya yang masih dekat dengannya sampai sekarang ini. Tapi sayangnya, pria itu kerap kali menawarkan wanita jalang padanya untuk di tiduri dengan alasan ingin memastikan Eros mendapat kepuasan dan tidak stress dalam bekerja. Benar-benar kepedulian antar sahabat yang berlebihan.

"Sepertinya dia sadar jika kamu tidak pernah memesan jalang lagi kepadanya," komentar Reynan di seberang sana.

"Kalau begitu atur pertemuanku dengannya sebelum jam makan siang. It'll be horrible jika pertemuan itu diadakan di malam hari."

"Baiklah. Rena tidak bisa dihubungi sejak tadi pagi. Apakah kamu tahu dia berada dimana?"

"Pecat saja dia," balas Eros seraya mematikan sambungan mereka.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk!"

"Makan siang sudah siap, Tuan Muda," ucap salah satu maid yang ia ambil dari rumah orang tuanya untuk membersihkan penthouse-nya.

"Baiklah, aku akan memanggil Laura," balas Eros.

Setelah laptopnya mati, Eros mengambil ponselnya dan menghampiri Laura yang masih terdiam di sofa kamarnya. Tanpa peringatan, pria itu mengangkat tubuh Laura, membuat gadis itu melingkarkan kedua tangannya pada leher Eros.

"Aku bisa jalan sendiri," ucap Laura kesal.

"Benarkah? Aku meragukannya," balas Eros dengan nada menggoda.

Laura mencebik kesal, "Kamu menyebalkan."

"Aku tahu," sahut Eros sambil menurunkan Laura di kursi meja makan.

Di atas meja, sudah terhidang berbagai macam makanan kesukaan Laura, membuat gadis itu menelan salivanya dengan susah payah. Gadis itu sudah sangat lapar setelah di gempur Eros semalaman.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Laura seraya mengambil nasi putih untuk Eros.

Dengan senyum terkulum, Eros menyebutkan lauk yang ia mau dan Laura dengan sigap mengambilkannya. Sekarang Laura seperti seorang istri yang menyiapkan makanan suaminya, dan Eros seperti suami yang dilayani istri. Sepertinya menyenangkan jika menikah dengan Laura. Tapi sayangnya, Laura masih belum lulus kuliah dan Eros tidak bisa menghalangi pendidikan gadis itu.

"Oh ya, kamu sedang libur?" tanya Eros.

"Ya, ujianku sudah selesai semua," jawab Laura.

Eros memiringkan kepalanya, menatap Laura yang kembali terlihat memiliki beban yang berat. Tapi masalahnya, Laura bisa dengan mudah mengendalikan ekspresinya. Apa.. gadis itu sudah tidak betah tinggal bersamanya? Lalu, apa yang bisa membuat Laura tetap tinggal bersamanya?

"Para pelayan sudah pulang?" tanya Laura sambil melahap makanannya.

"Sudah."

"Tidak heran, kamu menyuruh 10 orang sekaligus untuk membersihkan penthouse ini," gerutu Laura. Wajahnya tiba-tiba kembali memerah ketika mengingat para maid yang menahan tertawa ketika mengganti sprei kasurnya dan Eros.

"Aku lebih suka sesuatu yang efektif dan efisien," balas Eros.

"Tapi semua orang jadi tahu apa yang kita lakukan semalam," keluh Laura.

"Tidak perlu memikirkan apa kata orang, yang terpenting kita menikmatinya," ujar Eros dengan tangan mengusap kepala Sugar Baby-nya itu.

Laura mencibir dalam hati. Benar, ia memang menikmati apa yang dilakukan Eros pada tubuhnya. Tapi akibat dari perbuatan mereka itu, kakinya sampai lemas hingga dirinya tidak bisa berjalan.

"Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Eros di sela-sela makannya.

"Tidak, memangnya ada apa?" tanya Laura balik.

Eros menghela napasnya. Tiba-tiba, pemikiran gila muncul di kepalanya, yaitu cara agar Laura tidak bisa pergi meninggalkannya. Harusnya ia tidak boleh melakukan hal ini, tapi jika di kepala gadis itu ada sedikit saja niat untuk pergi meninggalkannya, Eros tidak akan membiarkan itu terjadi. Sepertinya satu-satunya cara agar Laura tidak pergi meninggalkannya adalah membuat gadis itu hamil.

💸💸💸

Sweet Sugar [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang