Bloody Pearl Pt.3

18K 2.4K 4K
                                    

Klarifisisksasififikasi!!!

Taeil dan Minseok itu sepupuan yaaa, bukan ponakan ama om (。•̀ᴗ-)

Ttd. Aing yg males ngedit typo











.
.
.
Chasing Antagonis
.
.
.















Kaku.

Tegang.

Tegak.

Itulah posisi duduk Chenle sekarang.

Park Jisung kurang ajar! Bodoh! Aku membencimu, sialan!

Batinnya terus mengulang mantra kutukan tersebut. Siapa yang tidak kesal jika ditinggal sendirian begini. Tidak benar-benar sendiri sih, masih ada ibu Taeil.

Tapi itu lah masalahnya! Keduanya tidak dekat, bahkan tidak kenal sama sekali.

Tadi, setelah Jisung mengajaknya makan. Pemuda tinggi tersebut beserta Taeil malah meninggalkannya seorang diri di meja makan. Mereka sudah makan, katanya.

Alhasil, duduk lah Chenle beserta sang tuan rumah yang sebelumnya sudah ia ketahui kondisinya. Ibu Taeil masih memiliki dua kaki, hanya saja kaki kanannya sudah tidak mampu bergerak. Wanita itu perlu bantuan kruk untuk berjalan.

Ibu Taeil tergolong cantik, terlebih rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai terlihat begitu lembut dan menawan. Namun, ia yang terus diam dan hanya duduk memperhatikan itu membuat Chenle tidak nyaman.

Pemuda manis itu sudah mencoba membuka percakapan. Tapi tak ada reaksi berarti. Wanita paruh baya tersebut tetap asyik menatapi dirinya.

"Ma-maaf, bibi. Apa ada yang salah dengan wajahku?" padahal aroma masakan yang tersaji begitu menggugah selera. Terlalu sayang untuk diabaikan, terlalu canggung pula untuk mulai makan. Dipersilahkan saja belum.

Chenle mulai bingung. Yang didepanku ini sebenarnya manusia atau hello kitty, sih?!

Oke. Sukses. Bulu kuduknya meremang. Ingatkan ia untuk menghajar Jisung karena telah berani meninggalkannya disini.

"Bibi?" ulangnya lagi. Berharap setidaknya ada sahutan singkat. Kaki wanita itu masih menapak tanah, artinya ia masih manusia. Tapi manusia mana yang betah diam membisu begitu?

Sial. Selera makannya mendadak hilang. Aku menyusul Jisung saja!

"Eh? Mau kemana?" akhirnya terdengar juga suara khas si nyonya Moon.

Bisa bicara ternyata, innernya sarkas. "Aku pergi saja, sepertinya bibi tidak suka padaku."

Wanita itu tampak terkejut. Ekspresi pertamanya sejak tadi. "Karena suka padamu makanya bibi lihat terus-terusan. Apa kau terganggu?"

Tentu saja!

Chenle tersenyum kikuk. "Ehehe... tidak bibi, hanya saja rasanya agak aneh ditatap begitu."

"Maaf, maaf..." Wanita itu tersenyum, cantik sekali. "aku terkadang lupa mengontrol wajahku, terlebih aku suka diam kalau sedang terkesima."

"Ah... iya, bi." Jawab si manis sekenanya. Sejujurnya ia juga bingung harus menjawab apa ketika seseorang menyatakan kekaguman atas dirinya. Ingin sombong, tapi dengan orang tua. Ingin membantah, tapi ia yakin kalau dirinya sungguh tampan mempesona.

Chasing Antagonist | ChenJiWhere stories live. Discover now