Ageless Toxic Pt.2

20.1K 2.7K 3.6K
                                    

"Shin Ryujin tidak ada di kelasnya!"

Usapan yang awalnya lembut itu berubah kasar. Taeyong meremat gemas bahu sang murid. "Kan Ryujin memang izin ke luar negeri, Yoo Kangmin." 

"Oh iya ya."

Ucapan tersebut membuat raut wajah tiga pemuda lainnya mendatar otomatis. Sia-sia saja mereka berpacu jantung tadi.

"Kembali ke kelasmu, se-ka-rang." Taeyong menekan kata terakhirnya, ia sedang berusaha sabar. Jangan sampai dirinya berubah pikiran lalu berakhir memberi hukuman pada sang murid.

"Baik ssaem, maafkan saya."  Kangmin membungkuk sebentar kemudian berlalu pergi. Malu sekali perasaannya sekarang, sudah berlari macam orang kesetanan ternyata hasilnya zonk.

"Membuat kaget saja," Sungchan bereaksi. Sebelah tangannya naik untuk mengusap dadanya yang sempat bergemuruh. "kukira kita akan kecolongan lagi hari ini." 

"Kalian sudah kecolongan 5 kali, omong-omong." Sindir Jisung.

Yang disindir mengkeret malu, terlebih Taeyong. Padahal ia agen terlatih yang seharusnya lebih mengerti situasi, namun hingga detik ini ia tak mampu menemukan petunjuk apapun.

Mengapa Taeyong dan Sungchan yang notabene-nya petugas polisi itu bisa bertransformasi menjadi seorang guru disini? Sebagai clue, mereka tidak sedang menyamar.

Penasaran?

Tidak? 

Ya sudah tidak jadi.

Tanpa banyak obrolan berarti, mereka pun tiba ke kelas yang akan Chenle tempati. Hanya bertiga karena si pemuda Jung tiba-tiba saja mendapat panggilan alam untuk ke kamar mandi.

Jisung merasa aneh karena rekannya yang biasa berisik itu mendadak kalem. Ia mencoba berpikir positif, mungkin Chenle sedang mendalami perannya sebagai gadis manis nan lugu.

Namun nyatanya tidak lah demikian. "Ugh... gatal sekali." 

Rengekan itu membuat Jisung menoleh, "Kenapa?"

Chenle tiba-tiba saja menyingkap rok lipitnya, memperlihatkan paha mulus yang sudah berhiaskan bercak-bercak merah. Jisung meneguk ludah, sepertinya pemuda manis itu lupa kalau ia hanya memakai boxer hitam super pendek sebagai dalamannya.

"Kau membelikan kaus kaki yang terlalu ketat, bodoh!" emosinya berapi-api. Ujung karet kaus kaki tersebut terus menjepit pahanya. Ia sedari tadi diam juga karena sibuk menggaruk.

"Salahmu sendiri tidak mencobanya dulu, kenapa baru mengeluh sekarang." Sungguh, mimpi apa Jisung semalam hingga pagi ini ia disuguhi pemandangan yang begitu menggugah selera.

Kan ia jadi lapar.

Chenle mendengus, bibir merah meronanya maju beberapa senti karena sebal. "Ku lepas saja, ya?"

Yang ditanya tersenyum miring, berniat mengejek. "Kalau kau tidak punya malu untuk mempertontonkan keseluruhan kakimu, silahkan."

Diluar dugaan, si manis justru berseru kegirangan. "Yeay! Aku lepas sekarang." Tanpa babibu lagi ia segera melepas sepatunya lalu menarik turun kain tipis yang berhasil menyiksanya itu. Kaki seputih  porselen miliknya pun terbebas.

Jisung cengo. Ia lupa kalau rekan kerjanya ini memang tidak punya organ berlabel urat malu. Sangat salah, seratus persen salah sarkasmenya barusan.

"Aku berhenti!" bentakan si manis mengalun begitu saja, Jisung kelimpungan. Apa rekannya ini berniat menyudahi penyamaran mereka? Bahkan dimulai saja belum.

Chasing Antagonist | ChenJiWhere stories live. Discover now