Bloody Pearl Pt.1

25.1K 2.7K 3.7K
                                    

Clang

Dua ujung benda tumpul saling bersinggungan.

Slash

Clang

Satu ayunan berhasil ditangkis. Tak perlu waktu lama, sang tersangka penyerangan bergerak cepat untuk maju. Kembali menghunus pedangnya.

Slash

Clang

Kembali ditangkis

"Rasakan ini!" tubuhnya segera berputar arah lalu melakukan serangan kejutan.

Slash

Satu gerakan menusuk berhasil mengenai target.

"Akh..." Lampu scoring menyala putih, pertanda serangan tidak sah. "dasar bodoh!" pekik sang korban.

"Aku salah lagi?"

"Kan sudah sering ku katakan, jangan serang bagian perut ke bawah kalau kau menggunakan sabel!"

"Ya maaf." Cengiran kuda ia berikan sebagai tambahan.

"Jangan lakukan gerakan selain maju mundur! Kau ini tuli, ya?!" semprot si korban lagi.

Penasaran mereka sedang apa?

Bukan hal aneh-aneh kok, keduanya hanya sedang berlatih anggar.

"Berhenti saja." Sang korban membuka masker pelindung wajahnya dengan kasar, menyudahi duel yang sudah ia tolak sebelumnya. "pahami dulu semua peraturannya, bodoh!"

"Akan lebih mudah kalau langsung dipraktekkan." Kubu satunya masih bersikeras.

"Mudah untukmu, sulit untukku!" Cibir sang korban.

"Dasar payah."

"Kau yang payah!"

Kriet

Pintu yang terbuka menghentikan perdebatan keduanya.

"Loh? Sudah selesai?" ucapan itu berasal dari seorang gadis yang baru saja masuk. "padahal aku membeli banyak minuman energi untuk kalian."

"Salahkan saja si bodoh ini! Dia mengajakku duel tapi tidak mengerti apapun!"

"Wohoo... santai, bung." Balas si gadis. "dari kemarin ku perhatikan kau selalu marah."

"Dia kesal karena tuan muda tidak mengenalinya." Yang dikatai bodoh ikut menimpali. Setelahnya ia cekikikan geli.

"Seperti kau dikenali saja." Sinis si gadis.

"Setidaknya kami berdua ada interaksi dengannya. Daripada kau, bertemu saja tidak." cemoohnya lagi lalu kembali tergelak.

Si gadis merotasikan bola matanya, jengah. "Asal tahu saja, tuan muda menelponku sebelumnya." Rautnya berubah angkuh, pas sekali untuk menyulut emosi dua pemuda didepannya.

"Kami tidak dengar!" Keduanya kompak menutup telinga. Tidak suka, pun tidak bersedia menerima pernyataan si gadis.

Mengabaikan dua teman absurd-nya itu, si gadis melangkah ke sudut ruangan. Duduk selonjor diatas sebuah matras biru langit. "Panas!" keluhnya seraya melepas wig panjang yang ia gunakan.

Dua pemuda lainnya mendekat. Duduk tepat dihadapannya lalu merebut dua kaleng minuman energi digenggamannya.

"Kenapa kau lepas, Jisung-ah?"

Gadis yang ternyata makhluk berbatang tersebut mendelik. "Panas! Rasanya seperti terbakar api neraka."

"Wajar sih, kau 'kan memang banyak dosa. Terutama padaku." Timpal pemuda lainnya.

Chasing Antagonist | ChenJiWhere stories live. Discover now