ISEY || CHAPTER DUA PULUH EMPAT

Start from the beginning
                                    

Meskipun awalnya Vian menolak dengan alasan sudah malam. Bagaimana tidak, jam menunjukkan pukul sepuluh lewat. Mungkin beberapa restauran dan kafe-kafe akan segera tutup.

Setelah menempuh perjalan sepuluh menit. Mobil Vian berhenti dengan sempurna di area parkir. Dengan sangat tergesa-gesa Cia turun dari dalam mobil. Gadis itu berlari tidak menghiraukan orang-orang yang berjalan disekitarnya.

Vian menghela nafas ikut turun menyusul Cia ke dalam restauran. Vian masuk kedalam restauran dengan nuasa eropa itu. Ia melihat Cia yang sedang berbincang dengan salah satu pelayan.

"Ohh ... orangnya baru aja pergi sekitar lima belas menit yang lalu, Mbak," jelas pelayan itu pada Cia.

Vian semakin mendekat hingga akhirnya laki-laki itu berdiri di sebelah Cia.

Cia menundukkan kepala. Hatinya bergetar merasa bersalah. Membuat Alvin menunggu selama itu.

"Atau Mbak mau saya antar ke ruangan yang udah dipesan atas nama Alvin?" tanya pelayan itu memberi pilihan.

Cia mengangkat kepalanya lalu menganggu.

"Mari," ucap pelayan itu lalu mengarahkan Cia pada sebuah ruang yang terkesan private. Pelayan itu membuka pintu lalu mempersilahkan Cia untuk masuk. Diikuti oleh Vian di belakang.

Cia terpaku menatap ruangan itu. Ruangan dengan pencahayaan yang terkesan romantis. Lengkap dengan alunan musik dari violin membuat kesan romantis serta hangat kental sekali pada ruangan itu.

Banyak sekali bunga mawar bewarna putih menghiasi sudut ruangan. Tepat di dekat jendela kaca, ada sebuah meja lengkap dengan dua kursi yang saling berhadapan.

Cia melangkah semakin dekat, sedangkan Vian memilih diam di dekat pintu, membiarkan Cia menikmati apa yang tidak bisa ia nikmati.

Air mata Cia jatuh begitu saja ketika melihat kue yang bertuliskan namanya dan Alvin di atas sana. Serta buket bunga yang sama persis seperti yang Cia mau. Buket bunga itu pernah Cia minta pada Alvin ketika mereka baru berpacaran. Namun saat itu Alvin seolah enggan mengabulkan permintaan Cia.

Cia tidak habis pikir bagaimana laki-laki itu mengingat setiap detail yang ia suka. Bagaimana laki-laki itu selalu ada dan mampu memahaminya.

Cia mendudukkan bokongnya pada salah satu kursi. Ia meraih buket bunga itu lalu membawanya pada pangkuan. Terselip selembar kertas berwarna biru langit di dalam buket itu. Cia mengambil kertas itu lalu membacanya.

"Happy Anniversary Cia...

Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk kita. Dan aku bersyukur aku melewati semua ini sama kamu.

Aku bukan laki-laki yang sempurna, aku sangat tahu itu. Meskipun kamu nggak pernah bilang dan nggak pernah ngeluh, tapi aku minta maaf untuk ketidak sempurnaan itu. Makasih udah milih aku dari sekian banyak jalan yang dapat kamu pilih yang bisa bikin kamu bahagia.

Aku harap kamu bisa datang dan kita bisa rayain ini sama-sama. Tapi ternyata kamu nggak datang. Ada hal lain yang lebih penting dari perayaan ini.

Aku menulis surat ini, semoga saja kamu bisa membacanya sebelum surat ini berakhir di tempat sampah.

Cia, memiliki kamu sebagai seseorang yang selalu ada disisiku membuatku bersyukur. Kamu adalah bukti terindah bahwa Tuhan sangat menyanyangiku.

Aku mencintaimu, Cia. Jangan pernah ragukan soal itu."

Cia terisak ketika membaca kalimat terakhir di surat itu. Membuat Vian khawatir. Laki-laki itu melangkah mendekati Cia yang terisak memilukan. Membuat hati Vian berdesir mendengar isakan lirih itu.

Vian berjongkok di dekat Cia, mensejajarkan tingginya dengan gadis yang tengah duduk di kursi itu. Cia menatap wajah Vian dengan isakan tangis yang belum reda, lalu menghambur ke dalam pelukan Vian. Seolah ia membutuhkan seseorang untuk menopang tubuhnya yang rapuh.

"Aku udah ngecewain Alvin," ujar Cia di sela isak tangisnya.

Vian berusaha menepatkan dirinya. Cia butuh dia sekarang. Laki-laki itu mengelus puncak kepala Cia menenangkan.

"Alvin pasti kecewa sama aku...." isak Cia semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Vian.

"Dia bakalan paham kenapa kamu telat datang malam ini," ujar Vian sembari pengelus punggung Cia yang bergetar.

-









Seminggu ke depan aku bakalan sibuk huhuhu

karena sekarang minggu-minggu ujian, dan tugas numpuk banget.

nggak ngeluh sih, tapi yaaaa

jangan bosan, luv

-


Vv, Dec 2020

Toelisan,-

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now