Satu

222 11 5
                                    

Senja terlukis begitu indah disebelah barat gedung Pesantren Darussalam Internasional Islamic School, Haura 'Aina santriwati aktif yang selalu mengorbankan separuh waktu belajarnya untuk berorganisasi terlihat begitu tegas memimpin pasukan tapak sucinya dilapangan, beberapa kalimat perintah push up, back up ia teriakan, ketegasannya begitu disegani oleh para santriwati lainnya, selain tak pernah melanggar peraturan, ia adalah pemenang juara kelas setiap kenaikan kelas, bahkan 2 tahun berturut-turut dinobatkan sebagai santriwati teladan.
"Haura?!" Seru ustadz ikhsan selaku pendekar tapak suci pesantren yang mengamati latihan sedari tadi dari kejauhan.
"Iya tadz ?" Jawab Haura seraya mendekat.
"Latihannya dilanjut minggu depan lagi, sudah mau maghrib jangan sampai telat jamaah !" Pinta ustdaz ikhsan serius.
"Naam tadz ana tutup sekarang" ucap Haura seraya kembali memimpin pasukannya.
"Seluruhnya, sikap tapak suci hap !" Seru Haura dengan lantang dilanjutkan tradisi berdoa dan bersalaman.

"Ra ? Ana bangga sama anti, ditengah-tengah kesibukan qismul amn, anti masih semangat, bahkan mendongkrak semangat kami yang sedang futur" ucap Fafa salah satu anggota pengurus .
"Kalo nggak kaya gitu ntar gak bisa berjalan dengan baik, ini kan organisasi, butuh teamwork dan kesadaran saling menyemangati satu sama lain" jelas Haura sesekali menoleh ke Fafa.
"Yes ! Nahnu berjalan 3 bulan kedepan semoga cepat lengser lah" celetuk Hana dengan girang.
"Hmm, ana sih berharap setelah lengser jabatan nahnu punya kesadaran masing-masing untuk terus memurojaah jurus dan latihan yang selama ini ustadz ikhsan ajarkan, agar kita terus bisa mengajarkan ke orang lain juga" ucap Haura memandang satu persatu anggota pengurus dengan senyum tipis.
"Ana pernah denger ucapan ustadz, pesantren tanpa bela diri ibarat negeri tanpa tentara !" Ucap Fafa bersemangat.
"Berjuang tanpa henti berjuang sampai mati jadikan tapak suci sebagai ladang dakwah kita juga, dimana ada kita disitu harus ada tapak suci nya " ucap Haura meyakinkan.

Haura kembali ke kamarnya, langsung persiapan mandi dan solat Maghrib.
"Uluh uluh my sodara kecapean nih, sini tak pijitin" seru Alya sepupu Haura yang sedari tadi hanya malas malasan dikasur, Haura mendekat.
"Nih ana beliin minuman dingin dikantin tadi" celetuk Alya mengeluarkan minumannya dari keresek.
"Syukron , Alya Munadiya jamilah" ucap Haura menoleh memeluk Alya yang sedang memijat bahunya.
"Ih, bau banget ! Mandi dulu sana, main meluk meluk kaya wangi aja " tukas Alya dengan muka ditekuk.
"Hihi, afwan kan abis latihan jadi banyak keringetnya" Haura terkekeh .

Dakwah CintaWhere stories live. Discover now