Dua Puluh Enam

327 2 0
                                    

" Hay !" 

ucap seseorang yang berjalan menyusul langkah haura dari belakang. Haura dengan tenang mencoba menengok, dengan jalan yang tergesa gesa haura melirik cepat. ia kemudian dikagetkan dengan sosok pemuda yang akhirnya menghentikan langkahnya.
Haura mencoba tenang, karena ternyata ia adalah pemuda yang sama yang terkesan sangat penasaran dengannya.

" Sebelumnya kita udah pernah ketemu loh, inget aku ngga ?" Ucap Zein seraya meringis.
"Maaf, aku sedang buru buru" jawab Haura kemudian kembali melangkah. Zein pun akhirnya mengalah dengan sesekali melemparkan senyumnya lalu berteriak.

" Besok kita kenalan!"

Tibalah Haura dikelasnya, cukup menantang hari pertamanya berkuliah untuk mencari ruangan digedung tinggi dengan posisi dirinya yang sama sekali  belum dapat teman satupun.
Ia terduduk tenang dikursi depan terus memainkan ponselnya untuk sesekali browsing tentang matkul yang akan dibahas pagi itu.

"Assalamu'alaikum.. " ucap lelaki dari arah pintu menuju kursi dosen. Semua mahasiswapun tenang, dosen itu mengeluarkan daftar presensi dari tas jinjing yang dibawanya.
Terlihat gugup dan tidak fokus, ia sesekali membenarkan kacamata dan rambutnya. Dengan kemeja putih lengan panjang, serta celana hitam tak ketat itu ia terlihat rapih dan berwibawa meski masih muda.

" Pagi semua .. sebelumnya pertemuan pertama ini kita isi untuk perkenalan dan kontrak belajar, sudah siap mendengarkan?" Ucapnya dengan senyum begitu ramah. Semua mahasiswapun bersemangat, terlebih kaum hawa yang sedari tadi menunggu perkenalannya.
"Perkenalkan nama saya Naufal Aydin Arifin, saya lulusan Al Azhar Mesir kemudian melanjutkan studi S2 di tanah air ini dan Alhamdulillah diberi kesempatan mengampu kalian dimata kuliah nahwu pada semester satu. Ada yang ditanyakan ?" Ucapnya sesekali memandang satu persatu mahasiswanya.

"Pak mohon maaf izin bertanya boleh" seru mahasiswi yang bertempat duduk disebelah Haura.

"Iya, silahkan" ucap pak Naufal.

"Bebas ?" Seru mahasiswi dengan sejuta antusiasnya itu.

"Bebas silahkan," ucap pak Naufal dengan senyum wajar.

"Bapak sudah beristri ?" Ucapnya dengan lirih dan malu malu. Beberapa mahasiswa lain berujar menyorakinya namun mahasiswi lainnya justru merasa pertanyaan itu mewakili. Pak Naufalpun memberi jeda, ia bangkit dari kursinya dan berjalan menguasai ruangan itu.

"Kebetulan saya belum menikah, umur saya 25 tahun dan baru saja menemukan tambatan hati, doakan saja sebentar lagi" ucap pak Naufal melirik Haura. Haura terkejut ketika matanya bertemu dengan tatapan pak Naufal, dengan spontan ia berucap istighfar takut salah paham.
Mahasiswi lainnya tersenyum lega setelah pertanyaan itu dijawab, pak Naufalpun tersenyum sipu kemudian mulai membaca daftar presensi.
Haura sedari tadi mencoba untuk tenang, sesekali memandang kosong buku ditas yang ada diatas mejanya. Berharap tidak ada yang bisa membaca pikirannya sekarang, ia hanya menunggu gilirannya di panggil.

"Siska Aulia Tifany"

"Hadir pak" Ucap mahasiswi samping Haura dengan semangat, haurapun menyambutnya dengan senyuman ramah, mereka saling berjabat tangan.

"Haura 'Aina"

"Hadir pak" jawab Haura dengan mengangkat tangannya. Pak Naufal memandang kepadanya dengan tatapan yang sama. Haura mencoba tenang kembali.

"Haura 'Aina, Wanita yang memiliki mata indah. Artinya begitu ? Siapa yang memberimu nama ?" Tanya pak Naufal lagi.

"Ayah saya pak" jawab Haura singkat.

"Namamu sangat bagus" ucap pak Naufal membuat mahasiswi yang lain iri. Beberapa yang lain membuat Haura malu dengan mengejeknya, pak Naufal justru hanya tersenyum tipis.
Hari pertama kuliah ini begitu berkesan bagi Haura, mendapatkan dosen yang baik dan ramah itu adalah hal yang tak terduga. Ia merasa begitu nyaman dengan kondisi teman temannya yang ramah dengan jumlah laki lakinya hanya 4. Ditambah lagi dengan jadwal kuliah yang baginya belum terlalu sibuk itu membuatnya lebih bisa menghabiskan waktu sisanya untuk menulis kembali. Ia akhirnya sekarang memutuskan untuk bisa bermanfaat dengan berdakwah tidak harus dirinya terjun langsung berorasi ataupun berceramah, ia yakin dengan tulisannya yang berkualitas akan bisa menyalurkan dakwahnya bagi pembacanya.
Pukul tiga sore, matkul hari ini selesai. Haura bergegas untuk mencari masjid dikampusnya itu, ia mencoba mengenali seluruh tempatnya. Ia kemudian menuju masjid itu dengan petunjuk petunjuk yang didapat.

"Haura !" Seru Siska dari kejauhan berlari ke arahnya.
" Maa syaa Allah Siska" ucap Haura begitu senang.
" Tungguin aku dong, lain kali kemana mana sama aku ya?" Ucap Siska menepuk bahu Haura.
" Siap deh, ini aku mau ke masjid. Kamu mau ikut ?" Tanya Haura dengan menepuk kembali bahu Siska.
" Ikut dong, aku dari tadi itu ngikutin kamu dari belakang. Coba kamu tanya aku  mau ke masjid kan aku bisa langsung ngasih tau" ujar Siska mulai meledek Haura dengan tingkahnya yang cerewet itu.
" Yaa ampunnn Siska, kenapa kamu juga ga langsung nyapa aku aja sih ? Malah ngikutin dari belakang" protes Haura dengan menggelengkan kepala. Siska hanya tertawa kemudian menuntunnya dengan cepat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dakwah CintaWhere stories live. Discover now