Part 3

179K 12.1K 1.3K
                                    

Saat ini Satria dan Salsa tengah berbaring nyaman di atas ranjang. Wajah mereka saling berhadapan. Salsa mengernyit heran karena sedari tadi suaminya itu selalu tersenyum-senyum tidak jelas.

"Kenapa sih senyum-senyum terus? Kaya udah 1 tahun nggak ketemu aja." gerutu Salsa yang membuat Satria terbahak.

Setelah tawa nya mereda Satria menyampaikan maksudnya, "Sayang.." panggil Satria dengan senyum manisnya.

"Hmm?"

"Ekhm! Aku mau ngomong serius sama kamu.." Satria menjeda, "Tapi sebelumnya aku selesai bicara kamu tolong jangan potong, Okay?"

"Ya." ucap Salsa dengan wajah cuek, seperti ia tidak peduli apa yang akan disampaikan oleh suaminya itu.

Satria berkali-kali berdeham untuk mengurangi kegugupan nya, karena ia takut jika nanti ia menyampaikan maksud kedatangannya, istrinya akan marah padanya.

"Pernikahan kita udah masuk tahun ke-6 kan?. Dulu untuk sampai tahap ini banyak banget yang kita perjuangkan. Mulai dari kamu selalu sulit untuk diajak nikah sampai restu Ayah Bunda." Satria menghembuskan nafas dengan tatapan yang masih terpaku pada istri cantiknya itu,

"Lalu di tahun ke-2 pernikahan kita, kamu minta aku kasih izin untuk ikut foto model dan sebagainya. Kamu tau saat itu adalah hal yang terberat buat aku, karena nanti pasti setelah kamu kerja nggak ada yang merhatiin aku. Impian aku dari dulu adalah ketika pulang kerja istri aku selalu menyambut-ku dengan senyum hangat nya. Tapi aku juga nggak bisa ngekang kamu, kamu juga butuh refreshing kan. Maka dari itu aku mengizinkan." Akhirnya Satria menyampaikan semua unek-unek yang ia pendam. Dengan gerakan pelan Satria meraih tangan Salsa dan membawanya ke genggaman nya.

"Selama pernikahan kita ini, aku selalu bahagia ada di sampingmu, Sayang. Melihatmu setiap bangun tidur, menemaniku setiap akan sarapan. Aku bahagia dengan semua itu. Tapi, sepandai-pandai nya aku menutupinya aku tetep nggak bisa, aku membutuhkannya... Aku ingin seorang malaikat kecil yang berada di tengah kita." Tiba-tiba dengan kasar Salsa menarik tangannya dari genggaman Satria.

Salsa langsung mendudukan dirinya, "Aku sudah bilang kan Sat! Aku belum bisa! Kenapa kamu selalu maksa aku, hah?!" Satria tersenyum nanar mendengar istrinya, sampai kapan ia harus menahan hasrat untuk menyentuh istrinya. Dan selain itu umur nya sudah cukup matang untuk menjadi seorang ayah.

Satria juga ingin seorang anak ada di dalam gendongannya sama seperti teman-teman nya, bahkan banyak dari mereka sudah memiliki 3 atau 2 anak.

Satria segera duduk dan meraih bahu Salsa untuk menenangkan nya, "Dengering dulu, Sayang. Aku tau kamu belum siap untuk mengandung benih aku." Satria menarik nafas, "Tapi apa aku juga belum boleh untuk menyentuh istriku sendiri, hm? Please, aku mohon izinkan suami kamu ini mendapatkan hak nya." ada binar harapan yang tersirat di mata teduh Satria.

Mendenger itu, Salsa menggeram kesal, "Aku nggak pernah izinin kamu sentuh aku dari dulu karena pasti nantinya kamu akan minta lebih, memintaku untuk mengandung dan apa akhirnya karir ku akan jelek." Satria mendengar itu hanya tersenyum getir memaklumi.

"Untuk hal itu, kita pikirkan nanti ke depannya, Sayang. Please, aku mohon." tatapan Satria masih meyiratkan harapan besar dengan senyum nanar yang terlukis di bibirnya.

Salsa cukup lama diam, tak menanggapi. Sampai akhirnya ia mengangguk. Sedangkan, Satria yang melihat itu, langsung jingkrak-jingkrak dan tersenyum lebar. Dikecupinya seluruh inchi wajah Salsa. "Boleh sekarang?" pertanyaan itu, lolos dari bibir Satria. Satria benar-benar tidak sabar untuk belah duren malam ini.

Salsa hanya diam, perlahan Satria mendekatkan wajahnya. Menyatukan bibir mereka, Satria mulai mencium dan memainkan bibir menggoda Salsa.

Semua ini adalah yang pertama untuk Satria, ia sangat hati-hati, ia sangat gugup. Satria takut salah langkah untuk menyenangkan kepuasan batin sang istri. Satria hanya mengikuti insting lelakinya. Dan mengingat-ingat adegan di video yang pernah ditontonnya.

Tak tahu bagaimana, sekarang Salsa sudah berada di bawah kungkungan Satria.

Pria itu,  menatap lekat mata Salsa.  Kesabarannya menanti selama 6 tahun akhirnya membuahkan hasil. 'Tidak apa-apa jika Salsa, belum menginginkan untuk mengandung. Pasti lama-kelamaan dia akan luluh, dan mau mengandung.' batin Satria yang saat ini tengah menciumi dahi, hidung, pipi, dan bibir Salsa.

Sedangkan, tangan pria itu tak tinggal diam, tangannya bergerilya nakal menjalar ke bagian-bagian tubuh Salsa. Yang kemudian dengan gerakan cepat Satria mulai melepas gaun tidur sang istri.

Selanjutnya, berganti Satria dengan cepat kilat membuka pakaiannya sendiri.

"Siap kan, Sayang?" tanya Satria setelah berada di atas tubuh Salsa.

Salsa mengangguk.

Senyum terukir di bibir manis Satria, perlahan ia mulai mencium bibir istrinya itu. Ciuman yang lembut berubah menjadi ciuman penuh nafsu. Setelah cukup lama dengan ciuman di bibir, selanjutnya ciuman turun ke telinga, leher dan payudara.

Mereka melakukan nya hingga peleasan pertama. Satria ambruk di samping Salsa dengan nafas yang masih memburu ia tersenyum, "Makasih, Sayang." ucapnya. Namun, saat ingin mengecup pipi Salsa.

Wanita itu langsung mendorong pundak Satria, "Nggak muasin. Cih!" Salsa langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.

Satria menatap nanar pintu kamar mandi dan tersenyum sendu, "Maaf, Sayang jika aku belum memuaskan mu malam ini. Tapi aku janji akan belajar untuk membuatmu puas." ujar Satria dengan senyum getir.

****

Istri Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang