Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

15. The One with Hiu Saw Everything

42.6K 5.6K 849
                                    

Aku berjalan cepat dengan riang menuju halaman belakang. Kalau nggak bawa baki berisi sarapan dan segelas kopi panas, aku pasti udah salto saking bangganya sama diriku sendiri. Well, selain buru-buru ingin mengantar sarapan keburu telur dan kopinya dingin, sebenernya aku kebelet pipis banget.

Yup. Setelah tiga hari menggosongkan puluhan telur, dan meledakkan sebuah coffee maker ☺ (namanya juga lagi belajar) akhirnya pagi ini aku berhasil bikin telur mata sapi yang sempurnaaah! Ini bukan telur mata sapi yang biasa, lho. Aku bukannya sok enggak bisa masak biar dianggap kayak selebgram, kok. Ini tuh telur yang pas banget buat suamiku yang rewel, seolah sapi itu anak-anaknya, jadi mata sapinya dia nggak mau makan kalau nggak perfecto. Dia pikir aku Chef Arnold apa jago menyulap semua telur yang simple menjadi hidangan lux and delicious? MenyeBALkan sekali.

It's raw, Annabell, kamu mau bikin aku kena salmonella?

Ini apa nih, belakangnya gosong, keriting gini, ini nggak mungkin bisa ditelan.

Aku, kan, mintanya telur mata sapi, Tinkerbell, kenapa kuning sama putihnya nyampur jadi satu?

Are you serving me sunny side up on a pan because the bottom is sticking on the surface? Are you mental? &*(%#&*^!

Astaga! Gue pikir ada yang ledakin bom! Nahokai, cepat ambil coffee maker baru di gudang (iya, mereka punya persediaan coffee maker gres di gudang, edan, ya? Waktu aku nerima coffee maker baru itu, kubilang ke Nahokai jangan-jangan kalian juga punya cadangan kulkas dan AC baru di gudang? Nahokai ngeliatin aku seolah itu aneh) dan kamu, sini kulihat, ada yang luka enggak?

Sok perhatian.

Untung aku nggak luka. Waktu itu aku cuma lupa masukin air gara-gara gugup. Habis, dia pake iseng ngawasin dapur, sih, jadinya meledak, kan?

Hari ini aku siap dengan tantangan baru. Aku udah janjian sama asisten rumah tangga yang dikirim Mama dua hari lalu untuk menemaniku mengurus rumah. Kami akan mulai dengan membuat pancake dan wafel untuk variasi sarapan. Kalau aku berhasil membalik pancake tanpa menghancurkan seisi dapur, dia akan mengajariku membuat honey toast yang konon sangat digemari Hiu saat dia masih kecil.

Sesampainya di halaman belakang, dia malah nggak ada. Spot favoritnya untuk sarapan, yakni menghadap kolam renang, di bawah pohon palem yang diimpor khusus dari Hawaii untuk menyegarkan halaman, ternyata kosong. Jangan bilang dia berangkat jauh lebih pagi tanpa memberitahuku. Ini telur mata sapi belum tentu besok sesempurna ini lagi.

"Nyonya Bonnie," Nahokai memanggilku dari dalam rumah. Ia mendekat sambil menerima baki di tanganku gara-gara aku keburu bete. "Hari ini Bapak mau sarapan di kamar, Nyonya. Katanya agak nggak enak badan."

"Yaudah kamu aja yang naro," kataku kesel. "Masa aku masuk-masuk kamarnya?"

"Nyonya, kan, istrinya, kalau nggak pernah masuk kamarnya malah aneh. Sewaktu-waktu Nyonya Besar ke sini, Nyonya akan pura-pura tidur di kamar Bapak, kan?"

Huuuh ... bisa aja nih orang ganteng satu! "Tapi, kamu yang bawain sampe depan pintu, pegel tanganku," sungutku masih jengkel. Nahokai setuju dengan patuh. "Dia masih di tempat tidur?"

"Sepertinya tadi sedang menerima panggilan telepon di balkon."

Aku menerima kembali baki berisi sarapan sementara Nahokai membukakan pintu. Semangatku menguap bersama aroma kopi yang memudar karena mulai dingin. Udah tahu jarak antara dapur ke halaman belakang tuh cukup jauh buat mendinginkan hidangan, ini malah disuruh bolak-balik. Telur mata sapinya sama sekali sudah nggak beruap. Sekarang udah mirip ager-ager telor ceplok yang suka ada di postingan ide-ide jualan kue di Instagram.

Marrying Mr. SharkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang