💕 D u a p u l u h d e l a p a n 💕

37.2K 2.9K 189
                                    

"Kamu jangan terlalu keras dengannya," ucap Pak Bima menasihatiku.

Setelah Lily tertidur karena terlalu lelah menangis, aku memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit bersama Pak Bima dan jadilah diskusi diantara kami.

Aku mengaduk-aduk jus yang aku pesan lalu menatapnya lekat. "Dulu Laila juga begitu," ucap Pak Bima dengan pandangan lurus ke depan, sepertinya mengingat sebuah kejadian dimasa lalu.

"Menolak kehamilannya?" tanyaku memastikan.

Dia mengangguk. "Dia bilang, kalau anak yang dia kandung akan menyusahkan cita-citanya," Pak Bima beralih menatapku, "dia tampak enggak bahagia saat awal kehamilannya."

"Dia butuh waktu untuk menerima. Saya harus selalu sabar dan lebih memperhatikannya. Seiring berjalannya waktu, Laila menerima kehamilannya."

Aku terdiam memikirkan hal itu. Apa kalau aku seperti itu Lily juga akan luluh. Mungkin cara itu efektif untuk Laila, tapi belum tentu efektif untuk Lily. Mereka berbeda.

Aku menghela napasku kasar. Pak Bima menepuk bahuku pelan. "Setiap rumah tangga, pasti ada ujiannya."

Aku mengangguk, membenarkan. Dia melirik ke ponselnya. "Saya harus ke atas, Laila minta pulang. Gantian kamu yang menjaga Lily."

💕

"Kenapa masih di sini? Sana pulang. Kita masih menjaga jarak." Suara Lily terdengar saat aku masuk ke dalam kamar inapnya. Aku tidak menggubrisnya, kakiku terus berjalan mendekati bangkarnya.

Aku duduk di kursi sebelahnya. Tanganku bergerak mengelus pipinya. Dia menatapku dengan tatapan tajam. "Apa?" tanyanya sinis.

Tanganku yang tadinya mengelus pipi sekarang berpindah mengelus bibirnya. "Kamu lagi hamil makin galak," ucapku sambil tersenyum.

Tiba-tiba tangannya memukul tanganku, tapi aku terus saja mengelus bibirnya. "Jangan galak-galak sama suami, mau kualat kamu."

"Makanya, biarin Lily mengugurkan kandungan ini. Biar Lily enggak semakin galak," ucapnya dengan begitu enteng.

Aku mencubit bibirnya pelan. "Nakal banget. Jangan ngomong begitu, Mas enggak suka." Dia berdecak sebal lalu berbalik, memunggungiku.

"Sinis sama suami, pukul tangan suami, tidur membelakangi suami, rencana mau bunuh anak sendiri. Enggak takut dosa kamu?" tanyaku.

Dia membalikan badannya ke arahku. "Tiba-tiba perut Lily sakit," ucapnya sambil mengelus perutnya.

Aku mengerutkan keningku. Merasa tidak yakin. Perasaan sedari tadi baik-baik aja. "Mas, benaran sakit ini."

"Terus Mas harus ngapain?"

Dia menunjuk botol minyak kayu putih. "Ambilkan itu," aku mengambilkannya, "pakaikan sekalian."

Aku memandangnya tidak percaya. Tadi galak banget, sekarang manja. Istriku benar-benar luar biasa. "Mas yang pakaikan?" tanyaku memastikan.

Dia mengangguk cepat. "Lily lagi kesakitan. Tolongin. Gara-gara anak Mas nih." Aku membuka tutup botolnya lalu mengoleskan minyak kayu putih ke perutnya.

Beberapa saat kemudian, aku mulai membuka suara lagi. "Udah mendingan?" tanyaku.

"Iya, elus-elus terus. Sampai Lily tidur ya, Mas," ucapnya sambil menutup matanya perlahan-lahan.

Perubahan sikapnya cepat sekali.

Apa hal ini disebabkan oleh hormon ibu hamil?

Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa.

Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan Rp39

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hanya dengan Rp39.000 kalian bisa akses semua itu, tanpa menunggu.

Cool Girl and Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang