💕 D u a p u l u h e m p a t 💕

38.1K 2.9K 43
                                    

"Semalam Mas nyebut nama siapa?" tanyaku saat pagi menjelang.

Semalam aku dan Lily melakukan kegiatan itu. Awalnya dia tidak mau karena dia masih kesal denganku, tetapi aku membujuknya. Memberikannya embel-embel kalau menolak suami akan berdosa. Dia akhirnya menuruti kemauanku.

Lily yang baru keluar dari kamar mandi langsung menyiapkan baju yang aku pakai ke rumah orangtuanya nanti. "Nama Lily," ucapnya dengan datar.

Aku mengembuskan napas lega. Untunglah aku tidak salah bicara lagi. Kalau sampai kejadian kemarin terulang lagi, semakin rumit saja permasalahan ini. "Mas cinta sama kamu, percaya kan?" tanyaku.

Dia menghentikan aktifitasnya lalu meliriku tajam. "Lily masih belum percaya." Aku tersenyum miring. Sepertinya di saat sidang bersama Pak Bima nanti, tidak ada yang membelaku.

Lily memberikan handuk kepadaku. "Mandi. Lily mau ke rumah Mama pagi-pagi."

"Pak Bima nyuruhnya siang."

"Lily mau pagi," dia mendorong agar aku ke kamar mandi, "sana mandi."

💕

"Kalau masalah Lily mabok, itu enggak sepenuhnya salah Mas Mahen," Lily menarik napas lalu mengembuskannya perlahan, "tapi kalau masalah Mas Mahen yang menganggap Lily adalah Mama. Itu sepenuhnya salah Mas Mahen," ucap Lily tegas.

Aku mengatur napasku, berusaha setenang mungkin. Pak Bima menatapku tajam, ada kilat-kilat kemarahan di sana. "Papa enggak mau ikut campur urusan rumah tangga kalian," mendengarkan membuat dadaku rasanya lega, "semua keputusan ada di Lily. Kamu maunya bagaimana?" tanya Pak Bima dengan nada yang datar. Pak Bima pandai sekali mengatur emosinya.

Lily terdiam, dia menatapku lekat. Aku teringat hubungan aku dan Lily selama beberapa minggu ini memang terlihat lebih dingin, tapi dia tidak pernah memintaku untuk berpisah dan semalam dia bilang tidak menginginkan janda di usia muda. Sudah pasti dia tidak akan menceraikanku.

"Lily ingat cerita Mama," ucapnya tiba-tiba.

Kami semua terdiam, menunggu dia melanjutkan ucapannya.

Kedua mata Lily beralih menatap Laila dan Pak Bima secara bergantian. "Mama cerita, waktu itu Papa tersiksa sekali saat Mama meninggalkan Papa dan semenjak saat itu Mama jadi yakin kalau Papa cinta sama Mama."

Kini Lily menatapku lekat. Di dalam hati aku berdoa semoga dia tidak menginginkan kami pisah. "Lily enggak minta cerai," ucapnya. Aku sudah tahu akan hal itu, "Lily cuma minta kita pisah dalam jangka waktu yang tidak ditentukan."

"Mas enggak setuju," ucapku tegas.

Lily memajukan duduknya, lebih dekat denganku. "Lily masih kecewa sama Mas Mahen, tolong kasih Lily pengertian."

"Tapi enggak pisah begini, Li. Kamu masih istri Mas." Suasana di sekitar kami mulai mencekam.

"Kalau Mas enggak mengecewakan Lily, Lily enggak mungkin buat keputusan seperti ini." Pak Bima dan Laila hanya terdiam. Menyaksikan pertengkaran antara anak dan menantunya.

Aku terdiam sejenak. Berpikir solusi yang paling baik untuk masalah ini. "Dua minggu, Mas kasih waktu dua Minggu."

"Kalau dua Minggu Lily belum bisa memaafkan Mas Mahen dan masih kecewa gimana?"

"Tiga Minggu."

"Dua bulan."

"Sebulan atau enggak sama sekali," ucapku mengancam.

"Baik, sebulan. Dimulai hari ini."

Bersambung
T

eruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa.

eruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan Rp39

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan Rp39.000 kalian bisa akses semua itu, tanpa menunggu.

Cool Girl and Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang