9-Tenang...

21 7 2
                                    

Halo guys! Part ini saya di perpanjang alurnya ya.... jadi biasanya 1200 kata menjadi 3000 kata atau bisa lebih. Alasannya agar tidak bentrok dengan part selanjutnya. Mumpung hari libur, hehehe.

Oke selamat membacaa....semuaaa^^

Jangan lupa Vote dan komentar jika ada kesalahan kata dan typo pun beredar.....

*****

Kevin hanya menatap mereka, melepaskan headset-nya. Ia mendengus untuk menenangkan dirinya terhadap situasi, pengennya si cari ulah kepada gadis di hadapnnya. Tetapi, demi kenyamanan Kevin menahan semuanya.

Khawatir kedongoannya kambuh. Pria itu tersenyum melangkah di hadapan mereka untuk salim kepada Orang Tua Julia berserta Zainal kakaknya. "Mau salim gak sama gue?" ejek Kevin yang hanya terdengar oleh Julia, juluran tangan Kevin membuat Julia greget.

Gimana gak greget, tangan pria ini menunjukan jari tengah nya saja agak kebahwahan, biar tidak ketahuan ayahnya.

"Gak level." jaim Julia membuang muka, melipat tanganya di perut.

"Sial." cerca Kevin.

"Ka...kalian ini sudah saling kenal kah? Kelihatannya akrab begitu." kepo Zainal berada di samping Julia, menujuk-nunjuk mereka ber-2.

"Hah? Akrab? Huek.....! Mau muntah." kompak Julia dan Kevin, terekpresi gaya orang muntah.

"Masuk angin kak..." ngablu Julia, menunjukan paras jelek-nya.

"Mari pak silahkan duduk." sopan ayah Kevin, mempersilahkan duduk di kursi yang sudah dipesan.

"Baik pa.." lirik Bokap dan Nyokap Julia.

"Kev..." sahut ayahnya.

"Iya yah?"

"Kamu ajak, mereka duduk di luar ya.... kelihatannya kalian sudah saling kenal." tebak ayah Kevin.

"Iya pah.... dia ini.... musuh... eh maksudnya teman Aku sekelas juga.... iya gak Jul." melas Kevin kegeramannya tertahan dengan wajah ceria gembira. Nyatanya, gak!

"Owh! Kalian sekelas?" heboh Bokap Julia.

"I...iya pah..." cengir Julia, melirik sinis saat memandang Kevin.

"Wah bagus itu.... sana ya... kalian di luar. Biar lebih akrab." lugu Ayah Kevin.

Mereka hanya mengangguk kecil. Lalu terdiam sejenak, berkomat-kamit muncul di batin mereka.

"Sial gua serasa mau cubit ginjal. Ternyata dari muka bokapnya lebih garangan si-singa begitu kampret dimana-mana. Lihat emaknya, cantik, manis, kelihatannya penyabar. Beda dengan cewek psikopat ini, meriding gue."

"Anjay, gurinjay. Dilihat dari anak dan bapak perbandingan beda jauh. Bapaknya tajir, ramah, guanteng lagi. Sementara anaknya.... iuh nyebelin ditambah somplak tingkat pluto."

"Kenapa pada diam? Ayo kita keluar sambil ngobrol santai..." ujar Zainal mendinginkan susana. Terasa panas di antara Julia vs Kevin. Zainal menggengam salah satu tangan mereka membawanya ke luar café.

Zainal memilih tempat yang strategisnya cukup menawan indah. Teras dihiasi lampu-lampu kecil berkelap-kelip, setidaknya mengincar situasi tidak terlalu ramai. Serontak mereka duduk dengan kursi khusus 3 orang.

Keheningan di mulai, belum ada yang membuka obrolan. Inisiatif Zainal mulai terpancar, ia mengeluarkan Notebook miliknya dari tas kemudian menaruhnya di atas meja. Tujuan dia membawa membawanya, untuk melanjutkan Skripsi kuliah. Tepatnya menjadi hiburan juga.

BAR BAR OR JUTEK? [ON GOING]Where stories live. Discover now