Sulit mengakui apa yang dilakukan Alexa saat ini. Maaf dan terimakasih, William tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sesuatu yang sebenarnya juga ia harapkan dari sosok Alexa. Luka yang ia dapat dari Meree sepertinya terbayar.

Hampir tenggelam dengan suasana yang dibuat Alexa, William yang menyadari ini bukan saat dan tempat yang tepat untuk saling mengutarakan isi hati, perlahan melepaskan pelukan singkat tersebut. Kawanan Meree bisa saja menyerang. Dan jika itu terjadi, William tahu kalau dirinya tak bisa berbuat apa-apa.

Ia kembali mengajak Alexa bergegas, kali ini setengah merangkul, ia memegangi pundak wanita itu agar mereka dapat berenang lebih cepat menembus air yang riuh. Namun, lagi-lagi Alexa menghentikannya.

"Will, kau salah arah." Ujarnya.

'Apa?'

Tak peduli dengan kebingungan William, Alexa lalu berbalik dan berenang sendirian menuju kapal yang lain, kapal yang dipenuhi siren-siren yang tengah gencar menyerang dan memangsa. Untungnya, William segera menarik wanita itu.

'Apa yang kau lakukan?!'

"Will! Harusnya kau membawaku ke kapalku, di sana!" Kata Alexa. "Kapal yang akan kau tuju adalah milik Natalie dan James. Di sana tak ada apapun, senjata apapun!"

'Senjata?'

"Ini saat yang tepat Will. Kau harus membantuku. Kita harus menghabisi semua binatang ini dan membawa mereka ke daratan. Kau tahu sendiri di kapalku banyak peralatan yang bisa kita gunakan. Ini akan berhasil. Kita akan sukses!" Seru Alexa bersemangat.

Suaranya terputus-putus, dan badannya makin menggigil, namun William dapat melihat semangat wanita itu membara hebat.

Bukan, bukan ini yang William inginkan.

'Alexa..'

"Ayo! William, bantu aku. Mermaid bodoh yang menyerangku tadi sepertinya sangat meresponmu. Kau dapat berkomunikasi dengan mereka? Itu bagus! Sekarang tugasmu adalah mengawalku kembali ke kapalku. Monster-monster menjijikkan yang mengepung kapalku itu pasti bisa kau kendalikan selagi aku ke sana dan menyiapkan segala peralatan. James begitu bodoh dengan semua harta karunku." Alexa menarik tangan William.

Tapi William sontak melepaskannya.

"Kenapa? William? Ayo kita lakukan!" Alexa sekali lagi menarik tangannya. "Usahakan aku untuk bisa masuk ke sana. Lindungi aku! Aku berjanji kau tak sia-sia melakukannya." Alexa menunduk, melihat ekor William yang kini tampak samar di bawah air. "Sebagai upah, aku akan mencoba segala cara untuk mengembalikanmu menjadi manusia lagi, mengembalikan kakimu. Tapi tolong, sekarang bantu aku untuk meringkus mahkluk-mahkluk aneh ini. Oke?"

Alexa membelai wajah William, memberi kecupan di bibir lelaki itu.

"Ayolah sayang, bukankah kau sangat mencintaiku? Bukankah kau menginginkan masa depan yang indah bersamaku? Ini kesempatanmu mewujudkannya. Kau dan aku, kita berjuang bersama malam ini. Dan apa yang kau impikan akan kupenuhi. Bagaimana? Hm?" Alexa tak henti melancarkan ciumannya lagi dan lagi. Tangannya yang kurus melingkar di leher William.

Untuk sesaat William menerima sentuhan dari wanita yang mendadak menjadi bersemangat tersebut. Namun tetap saja, itu mengecewakan. Ia tak mengerti dengan isi pikiran Alexa. Tak peduli dengan rayuan yang terus menyerang, William kemudian mendorongnya menjauh, memutus ciuman yang jujur sebenarnya.. mulai bisa ia nikmati di tengah rasa sakit dari luka-lukanya.

"WILLIAM!" Bentak Alexa saat William kembali menggenggam tangannya dan mengajaknya ke kapal Natalie. Ia memutus gandengan tersebut. "WILLIAM APA KAU TULI?!! KAU BISU, TAPI KAU TAK TULI KAN? AKU BILANG KAWAL AKU KEMBALI KE KAPALKU!" Serunya keras sembari mendorong bahu William. Sikapnya seketika berubah.

William tak menyangka dengan tingkah kasar tersebut. Dan ucapannya juga, tuli?

"Ayo Will! Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas? Ada upah yang akan kau terima JIKA KAU MAU MEMBANTUKU MERINGKUS SEMUA SIREN-SIREN IDIOT INI!" Alexa menyambar luka yang ada di sekitar perut William, meremasnya, bertingkah seolah itu adalah sebuah peringatan.

William yang sontak merasa makin kesakitan segera menepis tangan itu. Alexa, sepertinya ia benar-benar sulit.

Kecewa dengan situasi, William berenang lebih dekat. Rasa nyeri di punggung dan perutnya makin hebat, seolah menjadi bahan bakar tambahan untuk emosinya yang muncul karena kelakuan Alexa. Mau seperti apapun yang ia berikan, Alexa tampaknya hanya mengutamakan obsesi gilanya. Menangkap mermaid? Ia sudah menjadi sosok yang fatal karena itu. Terutama dengan tingkahnya yang kini seperti wanita kesetanan. Ia berteriak, memaki-maki, bahkan memukul-mukul bahu dan dada William untuk segera melaksanakan perintahnya.

William memandang sejenak wajah pucat Alexa. Tak bisa menyimpulkan segala hal baik apapun yang ada dalam diri wanita itu, ia hanya mendekap tubuh kurus dan dingin tersebut. Alexa meronta-ronta mencoba melepaskan diri, namun William jauh lebih kuat. Apa ini akhirnya? Entahlah, ia tak dapat memikirkan cara apapun lagi untuk menghadapi Alexa, sepertinya Meree memang benar. Ia lalu mengecup kening Alexa sebelum tiba-tiba membawanya kembali turun ke bawah permukaan, tenggelam di perairan yang gelap.

'Maafkan aku..'

Alexa melawan makin hebat. Tangannya tak berhenti mengoyak luka-luka William, jemari lentiknya berkali-kali menusuk dan merobek lebih lebar ke daging dan kulit, sesekali mencabik, membuat darah kian banyak dan pekat melayang di antara mereka.

William merasa sangat kesakitan. Namun ia tak peduli. Ia terus memeluk erat dan membawanya makin jauh tenggelam. Tak melepaskannya, hingga akhirnya, perlawanan Alexa pun lambat laun berhenti. Tangannya tak lagi menyakiti, buih-buih tak lagi keluar dari hidung dan mulutnya, sementara mata indah yang tak bisa William lupakan selama ini, akhirnya menunjukkan kalau Alexa, tak lagi di sana.

Air mata William pun menyatu dengan darah dan air laut akan kepergian tersebut. Rasa sakit yang tadi hanya di tubuh luarnya, seakan merasuk dan menggerogoti relung hati terdalamnya. Ia sangat kacau.

'...William...'

Meree, tiba-tiba berenang menghampiri. Ia melihat pemandangan memprihatinkan dari pasangan manusia itu.

'...Alexa, mati?...'

Meree mencium aroma bangkai yang sangat kuat. William perlahan melepaskan tangannya. Tubuh Alexa yang sudah tak bernyawa melayang naik ke permukaan. Menjauh meninggalkannya.

Meree tak menyangka William melakukan itu. Ia berenang lebih dekat lagi. Kekosongan terlihat dalam diri William. Inilah titik terburuk sejak ia bertemu dengannya. Alexa, Meree tak berani lagi mengira-ngira sejauh apa William terjerat oleh betina itu.

'...William, sudahlah...' Meree mengulurkan tangannya, membelai rambut hitam William. Mencoba membuat pria itu lebih baik, ia lalu mulai bersenandung, menghanyutkannya dalam tembang-tembang sebelum akhirnya, ia membawanya pergi dari sana, menghilang ke kegelapan Atlantik.[]



THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now