SHE

1.1K 199 24
                                    

...

Meree dan Alexa jatuh ke air yang dingin. Betina itu mencengkram kedua lengan Alexa kuat dan membawanya tenggelam makin jauh. Beberapa siren mendekati mereka dan hendak bergabung untuk menikmati tangkapan Meree, namun Meree meraung keras, menunjukkan taring-taringnya, berusaha memperingatkan kalau Alexa hanya miliknya.

Sementara itu Alexa sendiri terus memberontak, tapi dinginnya air dan kerasnya benturan permukaan lautan yang tadi mengenai punggungnya saat mereka terjatuh membuatnya merasa nyeri dan hampir menyerah. Wanita itu merasakan seolah ribuan tusukan belati menyerang kulit dan tulang-tulangnya. Membuatnya seperti hampir mati.

Sejenak Alexa teringat saat peristiwa yang sama pernah terjadi. Ini bukan yang pertama ia jatuh dari kapal dan mendarat dengan buruk di hamparan Atlantik. Ia pernah mengalaminya dulu, ketika James menembak kepalanya. Hanya saja kali ini terasa sedikit lebih buruk.

Ia merasa beruntung mengingat ia memiliki kemahiran mengenai air karena masa lalunya. Paling tidak, pernah menjelajahi Aquarium-aquarium di kota-kota bahkan negara-negara bagian sebagai mermaid-palsu, juga bisa dijadikan bekal menghadapi situasi yang tiba-tiba tersebut.

Wanita itu berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Meree, ia mengayun dengan kedua kakinya, menendang. Tubuh Meree terasa sangat keras dan kuat dari perkiraannya. Genggaman-genngaman tangannya juga seperti ingin mematahkan tulang belulangnya. Namun Alexa tak menyerah. Ia terus saja menyerang dengan segala cara, pergerakannya memang berat, tapi ia cukup gigih hingga tak diduga cengkraman Meree akhirnya tak sengaja terlepas.

Ia kemudian segera berenang naik ke permukaan. Menggunakan kedua tangan dan kaki untuk keluar dari pekatnya kegelapan itu. Suhu di bawah permukaan terasa makin dingin dan dingin, ia tak bisa bayangkan sepucat apa gambar dirinya seandainya terdapat cermin di sana.

Meree memandanginya sejenak. Ia terdiam dan menahan semangatnya untuk menyeret manusia yang masih dipenuhi dengan aroma William itu ke dasar samudera. Alexa, memang tampak cantik dari bawah sana. Meree tak yakin ia bisa disandingkan dengannya. Dan yang terutama, betina itulah, manusia itulah yang lebih dicintai William.

'...Alexa...'

Namun Meree menyayangkan jika teringat apa yang telah diperbuat manusia itu terhadap William. Ia menyia-nyiakan apa yang justru Meree inginkan dari William.

Alexa akhirnya sampai dipermukaan. Ia keluar dari sana, mengambil nafas, batuk beberapa kali dan saluran hidungnya terasa begitu sakit.

Masih belum sempurna menstabilkan pernafasannya, Alexa yang tak ingin menyia-nyiakan waktu, kemudian mengayun gerakannya untuk cepat-cepat beranjak sebelum mahkluk-mahkluk yang ada di sekitarnya menyadari kehadirannya.

Ia berenang menjauhi kapal di mana beberapa siren terus saja menyerang. Ia yakin ia tak bisa selamat jika mendekati benda itu. Mahkluk-mahkluk yang mengganas, orang-orang yang terus melesatkan tembakan-tembakan mereka dari atas kapal hingga seperti hujan tengah malam, bisa saja membuatnya tewas dan menjadi santapan kecil monster-monster bertaring itu yang entah bagaimana bisa mendadak muncul.

Sembari terus berenang, sesekali Alexa juga makin gusar akan sosok yang menyeretnya jatuh ke air tadi. Mahkluk itu masih di bawah sana. Sesuatu yang tadi ia lihat dengan jelas seperti apa wujudnya, menyeramkan. Mata, hidung, mulut, bahkan ekornya. Ini lebih buruk dan menjijikkan dari sosok apapun yang pernah ia lihat selama ini. Sepertinya kumpulan data yang diberikan James dua puluh tahun itu tak ada yang meleset.

Alexa terkejut ketika tiba-tiba Meree menariknya lagi. Tenggelam dan menjauh dari permukaan. Kali ini, sepertinya Meree tak ingin kehilangan lagi. Mermaid itu segera menghunuskan kuku-kukunya untuk mencabik-cabik.

-

Beberapa saat sebelumnya...

William berenang meninggalkan tebing. Lelaki itu terus naik dan naik. Mengayun ekornya yang kini menjadi sangat gelap menembus lapisan-lapisan laut dalam. Tekanan air lambat laun berkurang, mempermudah gerakannya untuk menuju permukaan.

Tetap waspada, sesekali ia juga melayangkan pandangannya mengawasi sekitar. Hiu putih yang baru saja memangsa siren jantan yang menyerangnya bisa saja masih di sana. Atau mungkin, ia tak sendirian. William tak berani bayangkan bagaimana jika predator-predator seperti mereka muncul saat ini.

Beberapa waktu kemudian, hampir dua ribu meter ketika ia meninggalkan tempatnya, William akhirnya mencapai zona paling atas Atlantik. Di sana ia sudah bisa mendengar kegaduhan yang terjadi antara kawanan Meree dan orang-orang yang berada di atas kapal. Keriapan tak karuan menghiasi hamparan batas permukaan diiringi dengan mayat-mayat atau potongan-potongan tulang manusia yang berjatuhan.

William merasa lega saat mengetahui kelompok Meree lah yang rupanya berhasil menguasai situasi. Ia tak tahu mengapa, yang jelas, seingatnya Alexa dan para bawahannya memiliki senjata atau peralatan yang memadai untuk menaklukkan siren-siren tersebut. Bukan sebaliknya seperti apa yang ada di hadapannya sekarang.

Berenang dengan lebih tenang, William terus mencari jejak Meree dan Sean. Setidaknya ia juga harus tahu kalau mereka baik-baik saja. Ia harap Alexa tak bertingkah gila di situasinya yang terhimpit.

Namun, belum selesai William menelusuri seluruh badan kapal besar itu. Pandangannya tiba-tiba terarah ke suatu sudut di mana seorang wanita, manusia, berada di permukaan air dan berenang menjauhi kapal. Seakan berusaha meloloskan diri dari semua kekacauan itu.

'Alexa?'

William menangkap jelas siapa sosok tersebut. Jujur untuk sejenak ia sempat dibuat terkejut dengan keadaan yang menyedihkan dari wanita itu. Ia tak tahu bagaimana Alexa bisa berada di air seperti sekarang. Paling tidak harusnya dia sudah meninggalkan kapal dikawal oleh orang-orangnya. Sepertinya serangan Meree dan teman-temannya tak main-main.

William hanya terdiam memandangi Alexa yang terus berjuang menyelamatkan diri. Ia merasa sulit. Sulit jika berpikir kalau Alexa, wanita yang berada diujung maut itu adalah orang yang pernah ia cintai, yang saat ini bisa saja ia selamatkan, membawanya ke tempat yang aman. Namun, jika mengingat apa yang telah dilakukan padanya, bahkan pada anaknya, Sean, William merasa tubuhnya menjadi berat untuk memulai aksi apapun mengenai keselamatan Alexa. Sulit.

Tak sadar ia tiba-tiba meneteskan air mata. Apa ini akhir dari orang yang pernah menempati ruang kosong dalam hatinya? William ingin sekali berpaling ketika mendapati wajah Alexa kian membiru dan putus asa. Tubuh kurusnya terombang-ambing oleh gelombang-gelombang yang diakibatkan oleh bangsa Meree yang mencoba menghancurkan kapal.

Tak tega melihat keadaan mantan kekasihnya tersebut, William akhirnya segera beranjak, mencoba berdamai dengan semua pikirannya tentang hal-hal keji yang pernah ia terima. Mungkin kejadian malam ini bisa membuat Alexa berubah. Kekalahan yang ia dapat, siapa tahu mampu menyadarkan wanita itu. Setiap orang berhak memiliki kesempatan.

William hampir sampai ke tempat Alexa ketika mendadak seekor siren terlebih dahulu menyambar tubuh Alexa lenyap dari hadapannya. Siren itu menarik dan menenggelamkannya jauh ke bawah permukaan.

Tak tinggal diam, William pun segera memperkuat kibasan ekornya mengejar mereka. Dan tak lama ia segera tahu siapa mahkluk itu. Meree. William tak menyangka betina itu dapat menemukan Alexa, bahkan untuk sekedar mengetahui. William berani bertaruh Meree tak segan menepati janjinya untuk membalaskan apa yang sudah diperbuat oleh Alexa. Dan itu akan sangat buruk.

William akhirnya berhasil mendekati mereka saat Meree yang tak menyadari kehadirannya terlihat akan melakukan serangan dengan cakar-cakarnya. Tahu ia tak mungkin bisa menghentikan serangan tersebut, William langsung memeluk Alexa menghindari sabetan kuku-kuku tajam itu.

CCRRAAZZHHH..

Cakaran Meree, menyayat dan merobek kulit punggung William hingga ke dalam daging.

....

THEIR MERMAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang