1 || Daania Putri Abidzaki

129 26 80
                                    

"Cantik itu relatif."

—Happy Reading—

"Raidan!!!" teriakan khas dari Bu Indira—guru kesiswaannya yang memiliki tubuh gempal dengan ciri khas make up yang selalu on, saat dirinya baru saja melangkahkan kakinya ke pintu belakang sekolah yang tidak ada penjaganya.

"Mau ngapain lagi kamu?!" tandas Bu Indira bertanya dengan tatapan memicing seraya berkacak pinggang menatap Raidan kesal. Pasalnya sedari dulu, hanya Raidan salah satu siswa kelas 12 yang masih suka keluar masuk sekolah seenaknya.

Raidan cengengesan seraya menggaruk lehernya yang tak gatal. "Kabur lah, Bu. Tapi sayang," ucap Raidan menggantung.

Bu Indira mengernyitkan dahi. "Sayang kenapa?" tanya balik Bu Indira.

"Enggak kok sayang, aku nggak papa," jawab Raidan terkekeh absurd.

Bu Indira sontak berdecak dan menatap tajam Raidan. "RAIDAN!!! KEMBALI KE KELAS KAMU ATAU IBU BERIKAN SURAT PANGGILAN UNTUK ORANG TUAMU!!!" sontak teriakan ancaman Bu Indira membuat Raidan ketar-ketir dan segera berbalik arah dan berlari, membatalkan rencananya untuk kabur.

Raidan berdecak kesal setelah rencana kaburnya kali ini gagal. Dia lalu mengacak rambutnya kasar. "Sial! gagal dong gue dapet motornya si Januari!"

"Emang anjir banget dah Januari!" dumelnya sembari berjalan melewati koridor sekolah yang tampak sepi karena pembelajaran tengah berlangsung.

'XII IPA 7'

"Anak Ipa bukan berarti anaknya rajin-rajin semua yah! Dan gue tergolong menyimpang dari predikat." kata Raidan dengan tampang songongnya.

Brak.

Dirinya mendorong kesal pintu kelasnya. Dan menghiraukan seluruh tatapan sinis dari semua penghuni kelas. Bodo amat, gue gak peduli!

Namun tanpa sadar matanya sedikit melirik ke arah seorang gadis yang tengah berdiri di depan kelas dan memberhentikan ucapannya karena terkejut ketika kedatangannya. Sepertinya anak baru, karena tampilannya berbeda dengan siswi SMA ini. Tapi dirinya sama sekali tidak peduli. Tetap berpegang teguh pada kata 'bodo amat', itulah Raidan Ryszard.

Dengan wajah tanpa dosanya Raidan langsung memposisikan dirinya ditempat duduk dan tak memperdulikan pandangan sinis dari guru yang tengah mengajar serta teman-teman satu kelasnya yang memandang aneh dirinya. Bukannya dari dulu juga dirinya seperti itu? Kenapa masih selalu menjadi bahan ejekan dan tatapan sinis mereka semua?

"Ck. Gak ada akhlak banget lo, Dan!" celetuk Davin—teman sebangkunya dengan menggelengkan kepalanya heran.

Raidan tertawa sinis, "Akhlak gue kayaknya udah ilang dari dulu deh Vin, lo baru sadar?"

"Dasar bocah gendeng!" tukas Davin seraya membenarkan kacamatanya, yang malah dibalas tawa Raidan.

Davindra Pratama, cowok dengan kacamata bulatnya yang mau berteman baik dan mau menganggap sebagai sahabatnya sejak mereka kelas 10. Davindra bukan cupu, dia bahkan mempunyai jabatan sebagai kapten basket di sekolahnya dan memiliki banyak penggemar. Davindra itu good boy, tapi mau berteman dengan Raidan yang bad boy. Itu karena Davin mau menerima Raidan apa adanya.

"Ayo, lanjutkan perkenalanmu," ujar Bu Ria—guru Sastra yang kini tengah mengajar membuka suara.

Dengan gerakan santai Raidan memposisikan dirinya untuk tidur dengan menelungkupkan kedua lengannya dan kepala yang ia jadikan bantalan, memikirkan bagaimana nanti ketika dirinya diejek sampai puas oleh Januari—musuh beda sekolahnya.

RaidaanWhere stories live. Discover now