Mafia is my boyfriend #19

125 5 1
                                    

Banyak Typo maap
Happy Reading

"Aawwwww kenapa gue di sini anj*ng gue harus pulang" Rara memukul mukul kaca mobil milik Jimin.

Jimin tersenyum melihat tingkah Rara.

"Heii tenang, ni aku Jimin" Jimin memegang pundak Rara, Rara menoleh ke arah belakang badannya.

Rara mulai tenang dan duduk di sampingnya sambil memejamkan mata tapi tak tidur.
"Uhhh tolong ambilin minum" Rara sambil menutup matanya.

Jimin menyodorkan air mineral ke tangan Rara, Rara minum air itu.

Saat di tangan jalan, tiba tiba tangan Rara merangkul leher Jimin, ia melumat bibir Jimin lumayan lama. Pinggul Rara mana iki paha Jimin, lalu ia mengoyangkannya, Jimin mencoba menahannya ia tak mau nafsunya di umbar umbar.

"Ahh kenapa kau tak membalas hmm" Rara masih melumat bibir Jimin.

Bodyguard Jimin melihat itu tersenyum senyum sendiri.

"Kenapa hmmm" Rara makin mengoyangkannya pinggulnya.

Jiminpun membalas lumayan Rara, sekejap Rara berhenti mengoyangkannya pinggulnya yang fokus pada lumayan Jimin.
"Bolehkah aku melakukannya sekarang hmm" Suara Rara masih mabuk.

"No" Jimin.

"Bolehkah aku melepas bajuku hmm" Rara melepas jas yang ia kenakan.

"No" Jimin.

"Kenapa" Rara.

Eh astagfirullah.....
(Yang islam mohon Igstifar yaa, mon maap)

Keesokan harinya...
Rara terbangun, ia merasa dingin pada tubuhnya, saat melihat ternayat ia hanya mengenakan piama yang amat (gitulah), dan ia melihat Jimin yang berada di sampingnya.
"Apa yang aku lakukan tadi malam" Rara panik.

"Apa yang harus aku lakukan, apa aku hamil, tidak tidak mungkin" Rara sedari tadi berbicara sendiri.

Jimin terbangun melihat Rara panik, ia bingung  dengan muka yang masih mengumpulkan nyawa Jimin mendekati Rara.
"Kamu kenapa sih" Jimin menatap bingung.

"Tadi malem kita ngapain" Rara panik.

"Tadi malem.... Ohh kitaa" Jimin menggantung perkataan.

"Ha kenapa" Rara sangat panik.

"Kita ngangapa ngapain" Jimin.

"Ouhhh untunglah" Rara menghela nafas.

Rara melihat ke arah bajunya.

"Tadi malem aku yang gantiin baju kamu, soalnya baju kalau basah" Ucap tanpa salah.

"Kenapa kau melakukannya" Rara.

"Ya karena kamu basah 🌚" Jimin mulai nafsu.

Rara menampar pipinya sendiri, ia mencoba untuk bangun dari mimpinya,
"Kenapa kau tak melakukanya" Rara.

"Kamu mau" Jimin mengoyangkannya alisnya

"Enga" Singkat Rara sambil menutup muka karena malu.

"Kenapa kamu tanya hmm" Jimin mengelus pucuk kening Rara.

"Yaa... Kau tau biasanya kamu keluar nafsu gitu kan aku jadi takut, apa lagi kamu yang gantiin baju aku pasti kamu liat semua" Rara membuang muka.

"Enga aku ga buka bagian dalem ko" Jimin tersenyum manis.

"Ohhh" Rara menghembuskan nafas lega.

Setelah mandi Rara menganti pakaian, sementara Jimin masih di ranjang ia masih memainkan ponselnya. Tak alam Rara kembali ke kamar, ia duduk di pinggir ranjang sambil melihat ponselnya. Ternyata ada notifikasi masuk dari Seulgi...

Seulgi : Lu gapapa kan beb huhu, gue kawatir lu knapa napa, lu kemaren mabuk  sama Yuju, beneran lu gapapa kan...
Rara : pala gue sakit huaaa,,,, tapi gapapa gue uda sma aJimin ko

▼・ᴥ・▼

Kim masih menangis di kamarnya, ia tak Terima karena sudah di bohongi oleh saudaranya sendiri, Kim juga merasa sedih karena kehilangan anaknya.

Karena kesedihan itu Kim dan Park menyembunyikan bukti bukti ini kepada Jimin.

Hasil dna menunjukan benar Jimin bukan anak park, bahkan ia juga bukan dari keluarga ini.

Hasil itu membuat Kim hampir depresi, ia bahkan hampir membocorkan semuanya terang terangan di depan Jimin tapi itu di cegah oleh Park.

Call
"Jim, kamu di mana tadi malem ko ga pulang" Kim.
"Aku di apartemen Rara ma, paling nanti siang pulang"
"Ngapain kamu di sana hmm" Suara kim terlihat seperti menangis
"Mama nangis" Jimin.
"Enga, mama cuma lagi pilek" Bohong Kim.
"Ohh mama minum obat gih" Jimin.
Call end

▼・ᴥ・▼

Jimin menaruh ponselnya di meja ia, menuju kamar mandi untuk mandi, saat ingin melepas bajunya ia melihat dirinya di kaca.
"Kenaa gue ga kirim sama papa ya" Jimin heran.

"Sudahlah" Terserah Jimin.

▼・ᴥ・▼

"Waktu yang tepat untuk membicarakan ini pada Jimin"  Kim membuka bicara setelah beberapa menit suasana hening.

"Jangan dulu, aku ga mau kehilangan Jimin, au takut dia marah" Park masih saja menghalangi Kin untuk memberi tau Jimin.

Saat tengah berbicara Jimin pulang sepertinya ia kelelahan, ia melihat orang tuanya sedang berbicara serius, tak sengaja ia mendengar Park berbicara.

"Aku belum siap kehilangan Jimin" Ucap Park yang terdengar oleh Jimin.

Jimin masuk dan mendekati mereka sepertinya orang tuanya sedang menyembunyikan sesuatu di belakangnya.
"Ada apa?? " Tanya Kim polos.

"Jelasin sama Jimin papa sama mama kenapa takut kehilangan Jimin, kan Jimin juga gak kemana mana, kenapa jawab Jimin" Jimin seolah tengah berbicara sendiri, orang tuanya tak menjawab Jimin.

Jimin hingga membentak orang tuanya, saat akan kembali ia menyenggol kertas dokter. Park mengambil dengan secepatnya sebelum Jimin melihatnya.

"Apa itu" Jimin merebut kembali kertas yang ada di belakang tubuh ayahnya.

"Jadi slemaa ini kalian nutupin dari aku hmm, kenapa ga bilang langsung hmm" Jimin.

Maaf lebih pendek 😔

Mafia Is My Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang