Twenty;F;O;U;R > Thunder

Mulai dari awal
                                    

Sekarang alis Niki yang berlipat. "Truth or dare, Kak. Masa nggak tau?"

"Nggak tau."

"Kebenaran atau tantangan," sela Bang Jay sambil menatapku. "Lo tinggal pilih salah satu."

Niki mengangguk menyetujui perkataan Bang Jay. Lekas ia meletakkan botol yang ia ambil tadi ke tengah-tengah meja. "Kalau ujung botol berhenti di lo, itu artinya lo harus milih antara kebenaran atau tantangan."

Meski belum terlalu mengerti, aku mengangguk saja.

"Oke, gue mulai ya." Niki mulai memutar botol itu hingga botolnya berputar kencang. Ia membetulkan posisi duduk. Entah mengapa dadaku berdegup lebih cepat.

Botol masih berputar, hingga beberapa detik setelahnya botol tersebut berhenti menunjuk seseorang. Aku bersyukur karena bukan menunjukku.

Untung.

"Oke, Bang Jay, lo kena." Niki menyunggingkan senyum. "Pilih truth apa dare?"

"Dare," jawabnya cepat, tidak perlu berpikir. Apa memang semudah itu? Dia memilih tantangan?

Niki mengulum senyum, menatap ke sekitar. Saat dia menyisir pandangan, aku penasaran apa yang ia rencanakan, hingga senyumnya semakin terbentuk. "Lo liat cewek iket dua di sana," tunjuknya ke arah luar cafe. Kami semua mengikuti arah tunjuk itu. "Cium punggung tangannya."

"Hah?" Malah aku yang kaget. Kudelikkan mata pada Niki. "Jangan ngawur deh Nik, kalau Bang Jay kena timpuk gimana?"

"Nggak bakal. Malah ceweknya seneng." Niki menyengir, menyesap cappucino seraya melirik Bang Jay, menyuruh agar ia segera melaksanakan pilihannya.

Mulanya kupikir Bang Jay akan menolak tegas, namun pemikiranku salah ketika ia menggeser kursi dan kemudian bangkit.

Mulutku terbuka lebar. "Ja-jangan," cicitku, tetapi ia tidak dengar. Dia berjalan keluar cafe menuju cewek berkuncir dua yang ditunjuk oleh Niki.

A-apa? Bang Jay akan mencium punggung tangan perempuan itu? Di keramaian seperti ini?

Aku memilin ujung baju, entah mengapa tidak rela membayangkan Bang Jay mencium cewek tidak dikenal. Lagipula aku khawatir, bilamana Bang Jay dikira orang mesum dan akan berujung dipermalukan di depan umum. Jika terjadi, bagaimana?

Kusaksikan langkah Bang Jay semakin lama semakin mendekati kerumunan para gadis itu. Aku mengigit bibir dalam, cemas.

Bang Jay tiba di depan cewek berkuncir dua tersebut. Teman-teman di sekitarnya langsung bersiul dan bersahut-sahutan seolah tengah menggoda, bahkan banyak yang mencolek pundak sang gadis. Aku memperhatikan. Bang Jay mulai menggerakkan tangan, memegang lengan gadis berkuncir dua yang kulihat wajahnya sangat cantik. Kehebohan bertambah marak.

Hingga terjadilah apa yang dititah Niki. Bang Jay mendekatkan wajah pada tangan itu, namun aku tidak tau apakah dia menyentuhkan bibirnya ke tangan tersebut atau tidak. Sekilas aku melihat dia hanya mendekatkan, tidak menciumnya. Apa aku salah liat?

Intinya sama saja, dia menerima permintaan untuk mencium seorang perempuan. Memangnya cowok macam apa yang akan menolak?

Cih.

Sedetik setelah aksi mendekatkan wajah, yang kulihat ia langsung menghempaskan tangan tersebut. Samar-samar aku mendengar ia berucap.

"Bau terasi."

Apa pendengaranku sudah rusak? Ya. Pasti. Tidak mungkin ia mengatakan hal sejenis itu kepada perempuan yang telah ia lecehkan.

Bang Jay berbalik pergi, kembali kepada kami. Dapat kudengar kelompok teman-teman mereka semakin heboh, menyoraki Bang Jay? Tidak tau.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang