{14} Penolong

1.4K 151 48
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.

Kanaya POV

Suara deru motor mulai terdengar meninggalkan kawasan kampus, ada pula yang baru memasuki parkiran, semua terus bergulir seakan dunia tak memiliki lelah menampung lalu-lalang manusia.

Angin sepoi pun turut menemani suasana sore ini. Begitu damai dan tenang. Tak terasa, kakiku berhenti di depan sebuah cafe yang letaknya berhadapan dengan kampus. Cafe ini sering dijadikan tongkrongan mahasiswa sebagai tempat mengerjakan tugas atau hanya sebatas tempat menyeruput kopi panas.

Sengaja aku pergi ke sini, aku ingin mencari sebuah inspirasi menulis. Beberapa waktu lalu, aku dan Kak Azzam sempat berdiskusi mengenai motivasi menulis, dan entah kenapa, rasa ingin menulis pun hadir dalam diriku. Seolah itu sebuah panggilan yang tidak bisa ditolak hadirnya.

Senyuman hadir ketika tidak sengaja aku melihat keluarga kecil tengah berjalan bersama. Sepasang suami istri dan satu anak kecil berkisar usia empat tahun. Melihatnya, membuatku menghangat.

Namun, tiba-tiba, aku mematung, menerawang ke depan, menyadari sebuah kenyataan yang telah kualami. Melihat keluarga bahagia itu, membuatku ingat akan satu orang. Apa kabar dia? Apa dia sudah menikah saat ini? Ah, tidak terasa sudah genap enam bulan setelah kejadian itu, aku belum juga melihat sosoknya.

Entah dorongan dari mana, tanganku mulai membuka laptop, menuliskan sedikit kalimat di sana.

Ternyata melupakanmu itu sebuah kebodohan, karena nyatanya, rasa ingin masih menjadi penguasa dalam bait teratas doa yang selalu kupanjatkan.

-o0o-

Usai dari cafe, aku segera pergi pulang ke rumah. Namun, macet terjadi di sepanjang jalan hingga waktu Maghrib datang. Mau tak mau aku harus menepikan mobil mencari masjid terdekat. Mataku menangkap sebuah masjid yang lumayan besar di ujung jalan, aku pun segera menuju masjid itu guna melaksanakan shalat Maghrib.

Masjid itu tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang meneduh dan melaksanakan shalat Maghrib. Ketika memasuki kawasan jama'ah putri, tidak sengaja telingaku mendengar suara yang familiar. Aku mengintip di balik tirai yang membentang memisah tempat putra dan putri.

Baru saja hendak berjinjit guna melihat lebih jelas siapa yang ada di sana, aku dikagetkan dengan tepukan pundak dari seseorang.

"Mbak, itu mukenanya jatuh."

Aku gelagapan, sontak segera melihat mukenaku yang jatuh di depan pintu masjid. "eh, makasih ya, mbak."

Aku mengurungkan niatku untuk mengintip bagian shaf laki-laki, tidak mau membuang waktu akhirnya aku memutuskan shalat.

Usai melaksanakan shalat, aku diam di serambi terlebih dahulu. Membuka handphone untuk mengabari bunda bahwa aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku yakin, pasti bunda sudah kalang-kabut mencari keberadaanku. Bundaku itu memang sosok ibu yang heboh jika sudah menyangkut anaknya.

Sambil menunggu hujan sedikit reda, aku mulai men-scroll aplikasi Instagram, melihat beberapa postingan dari teman-temanku, kebanyakan isinya jalan-jalan bersama keluarga dan me time dengan teman karena waktu weekend seperti ini sangat cocok untuk melakukan hal apapun dengan orang terdekat. Tanganku mulai melihat insta story yang ada, awalnya semua baik-baik saja, namun satu insta story dari seseorang membuat dadaku bergemuruh hebat.

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Where stories live. Discover now