{18} Kabar

1.2K 149 19
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.

”Jika waktu tidak bisa mengikis jarak antara kamu dan saya, maka izinkan saya memohon supaya doa yang saya langitkan bisa membuat kamu menerima saya tanpa saya paksa.” —Muhammad Azzam Baihaqi.

Buku coklat yang dia tulis seperti sihir yang selalu merebut perhatian jiwaku. Tidak bisa sedetik pun aku melepas genggaman tanganku dari buku yang kemarin dia berikan. Sekarang aku tau, mengapa dia begitu keukeuh ingin mengabadikan kisahnya dalam tulisan sastra.

Dia ingin kisahnya selamanya abadi.

Tidak hilang tertelan waktu.

Walaupun dia sudah tiada, tapi masih ada cerita yang dia tinggalkan. Untukku, untuk keluarganya, dan untuk semua orang di luar sana.

Aku akui, dia hebat. Dia adalah cerminan orang yang bertanggung jawab serta memiliki jiwa kasih sayang. Jika ditanya apakah aku menyayanginya, tentu aku menjawab iya. Namun untuk masuk ke tahap cinta, aku belum bisa sepenuhnya mencintainya.

Tidak. Bukan berarti aku tidak ingin membuka hati. Hanya saja kadang, perasaan tidak siap dan takut tiba-tiba hadir mengubah semua alur yang sudah aku persiapkan. Tak apa, katanya aku hanya perlu waktu untuk bisa mencintai dia seperti dia mencintaiku. Karena cinta, tidak bisa dipaksa, mengapa membohongi diri sendiri jika akhirnya akan sakit hati.

Aku masih ingat kata-kata Kak Azzam ketika dia mengajariku menulis sebuah novel.

"Nay, kamu pernah dengar istilah cinta datang karena terbiasa?"

Aku yang masih fokus menulis pun menoleh menatapnya. "Iya, kenapa?"

"Kamu percaya itu nyata? Atau hanya kata mutiara saja?"

"Percaya."

"Kenapa kamu percaya? Sedangkan kamu masih belum bisa menghadirkan cinta di tengah kebiasaan kita bertemu dan bercengkrama?"

"Bukankah cinta bisa hadir ketika pencipta rasa mengutus hati supaya dia mencintai orang yang Allah kehendaki? Lalu, mengapa kakak begitu meragukan kekuasaan Allah yang melebihi apapun dan tiada tandingannya?" ujarku bertanya balik.

Dia tersenyum. "Siapa yang mengatakan saya meragukan kekuasaan-Nya? Saya percaya akan kekuasaan-Nya yang begitu besar, tidak ada siapapun yang mampu menandinginya, bahkan tanpa-Nya dunia dan seisinya akan porak-poranda."

"Hanya saja, saya kurang percaya akan istilah cinta datang karena terbiasa. Bagi saya, tidak semua orang mengalami fase itu," lanjutnya.

"Kenapa kakak berpikiran seperti itu?"

Sebelum menjawab pertanyaanku, dia menyeruput secangkir teh yang masih sedikit panas. Setelahnya, ia kembali fokus pada pembicaraan yang kami bahas tadi.

"Ada beberapa orang yang dipaksa mencintai, dipaksa menerima padahal hatinya mengharapkan orang lain. Bertahun-tahun bersama, namun rasa masih belum bisa menghadirkan cinta. Karena apa? Karena Allah tidak menghendaki ia mencintai orang tersebut. Ketika banyak hati yang meminta, maka pasti ada pula yang menolak. Semua memiliki timing masing-masing. Tidak ada yang bisa dipaksa, semua tergantung akan takdir yang membawa kita di fase apa. Saya setuju dengan pendapatmu, bahwa cinta datang menunggu Allah mengarahkan hati supaya ia siap mencintai. Tapi saya tidak percaya bahwa cinta datang karena terbiasa, jika memang bukan jodoh, selama apapun dia melakukan pendekatan, ia malah menciptakan luka baru yang belum tentu bisa sembuh seiring berjalannya waktu."

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Where stories live. Discover now