{29} Siapa dia?

938 104 37
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
.
.
.


Kadang kala, ekspektasi tidak berjalan sesuai realita. Apa yang kita harapkan tidak selamanya menjadi kenyataan. Namun di luar daripada itu, semua punya porsi terbaik masing-masing. Yakin saja, setiap hal yang terjadi sudah direncanakan oleh sang Rabbi. Baik takdir yang dirasa pahit ataupun manis, pasti memiliki hikmah dan pelajaran.

Mungkin saja saat ini, kamu merasa benar-benar kecewa dengan sesuatu yang terjadi. Merasa dunia tidak pernah berpihak kepadamu, dan merasa semua seolah tidak ada yang mempedulikanmu. Itu hal wajar bagi setiap manusia, namun, ada saatnya kamu akan merasakan efek dari setiap peristiwa. Semua hal akan mendewasakan, memberi pelajaran dalam setiap detik kehidupan. Bukan berarti lemah dan tidak berdaya. Namun perlu digaris bawahi, Allah tahu yang terbaik untukmu.

Berada di titik ini bukan hal sederhana yang bisa dilalui setiap orang. Semua tidak tahu apa dan bagaimana kamu berproses. Mereka hanya tau, kamu dan segala permasalahanmu, hingga pada akhirnya merekalah yang membuat kesimpulan atas hidupmu.

"Nay."

Aku terkejut bukan main, aku yang sedang duduk di depan jendela detik itu juga membalikan arah pandang, melihat siapakah yang datang tanpa permisi.

"Eh, iya? Ada apa, Gus?" jawabku tak lupa memperlihatkan senyuman paksa.

"Laper."

"Makanlah!"

Gus Aqmal berdecak. "Gak peka."

"Kayak situ juga peka aja."

Tiba-tiba, tangan kekar Gus Aqmal menarik ujung jilbab yang aku kenakan. Tak lupa dia ikut serta duduk di depanku.

"Apa?" tanyaku singkat.

"Pengen nasi goreng yang ada telur ceplok sama timunnya."

"Beli, di kantin pondok mungkin masih ada."

Gus Aqmal menggeleng. "Ndak mau."

"Lha terus? Gak jadi makan?"

"Nggak gitu, Nay. Kamu ngeselin."

Dalam hati aku sudah terkekeh geli melihat raut wajah Gus Aqmal yang sangat menggemaskan. Tanganku secara spontan mengelus kepala lelaki yang ada di hadapanku.

"Sebentar, nggih? Saya selesaikan acara seminar online saya dulu. Habis itu saya masakin nasi goreng."

Lelaki itu melirik laptop yang ada di pangkuanku. Beberapa detik setelahnya, dia berdecak sebal. Namun kepalanya mengangguk tanda setuju.

"Ya sudah, saya tunggu sampai seminar kamu selesai."

"Oke, pinter banget suami saya ini. Jadi tambah sayang."

-o0o-

Seperti janjiku tadi, setelah seminar yang aku ikuti usai, aku bergegas pergi menuju dapur untuk membuat nasi goreng kesukaan Gus Aqmal.

Namun ternyata, setelah aku membuka lemari pendingin, tidak ada bahan apapun di sana. Ah iya, semua sudah digunakan untuk acara tasyakuran tadi malam.

Aku berdecak, mau tidak mau aku harus pergi ke swalayan untuk belanja bulanan.

Aku segera mengambil dompet dan kunci mobil. Tak lupa berpamitan pada Gus Aqmal yang tengah mengaji.

Ketika hendak membuka pintu mobil, suara melengking seorang gadis berhasil menembus gendang telingaku.

"Mbak, mau kemana?!" gadis itu perlahan berlari ke arahku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jawaban Sepertiga Malam [Re-publish]Where stories live. Discover now