Dia menonton pertandingan selama beberapa menit. Tak lama kemudian pandangannya beralih memperhatikan perempuan itu. Pada saat yang sama, perempuan itu melihat ke arahnya. Ini pertama kalinya dia mengagumi perempuan yang umurnya jauh di bawahnya. Biasanya Anatomi hanya tertarik dengan perempuan berumur lebih tua dan lebih dewasa.

Lucu dan manis. Dua kata itu muncul saat pandangan masih tetap tertuju pada perempuan itu. Tidak terlalu lama mereka saling memandang, perempuan itu kembali melihat lurus ke depan. Berbeda dengan Anatomi yang masih saja memandangi perempuan itu secara diam-diam.

💘💘💘

Saat ini.

Siapa bisa menduga bahwa perempuan yang selama ini Anatomi pandangi diam-diam adalah sosok yang bertukar pesan selama dua minggu belakang? Namanya secantik wajah perempuan itu. Sweety. Namun, dia tidak mengira akan dijauhi Sweety segera setelah ketahuan dialah yang bertukar pesan dengan perempuan itu selama ini. Anatomi sedikit sedih. Akan tetapi, apa yang bisa dia harapkan? Siapa pun orangnya, kalau tiba-tiba bertukar pesan dengan dosen pastilah akan kaget dan canggung. Terlebih bertukar pesannya bukan sebatas hello dan bye saja melainkan menanyakan keseharian dan lain sebagainya. Anatomi tidak bisa mengharapkan lebih meskipun sebenarnya ingin, karena dia sudah jatuh hati.

Untuk mengurangi rasa sedihnya, Anatomi menghubungi sosok yang paling dekat dengannya. Dia sering menceritakan soal Sweety kepada Breeze, salah satu sahabatnya. Kalau ada apa-apa menyangkut hubungan percintaan, Breeze orang yang tepat untuk dijadikan tempat curhat. Masalah dia chatting-an dengan perempuan bernama Sweety pun, Breeze sudah tahu. Dan soal perempuan yang diam-diam Anatomi kagumi sejak lama, Breeze juga tahu.

"Kenapa, Baby Tom? Tumben telepon jam segini. Jakarta masih pagi, kan?" Suara perempuan di telepon terdengar jelas.

Anatomi melihat arlojinya. Breeze menetap di New York jadi perbedaan waktu mereka lumayan besar.

"Iya. Gue mau cerita. Lo mau tidur, ya? Di New York hampir jam sembilan malam, kan?"

"Yup. Lo ganggu jam tidur gue. Tapi karena lo sahabat tercinta gue jadinya boleh curhat. Mau curhat soal siapa, nih? Mantan lo?"

"Bukan, Breeze. Perempuan yang pernah gue ceritain itu," jawab Anatomi.

"Oh, itu. Si perempuan tanpa nama?" tebak Breeze.

"Jangan tanpa nama, dong. Yang lucu itu."

Breeze tertawa cukup keras. "Iya, deh, yang lucu. Masih nggak mau nanya namanya?"

"Gue nggak perlu nanya karena ternyata dia chatting-an sama gue. Namanya Sweety."

"Kok, bisa? Gue nggak paham."

"Lo ingat soal perempuan yang chat gue, kan? Yang pakai display name SSI itu? Nah, ternyata dia orangnya. Semester ini gue ngajar dia. Singkatan SSI itu berasal dari nama panjangnya, Sweety Sweepira Indrawan. Gue baru tahu kemarin. Mana dia menghindar mulu setelah ketahuan sama gue," cerita Anatomi.

"Wow! Kok, bisa jodoh gini, sih? Padahal selama ini lo cuma suka merhatiin dari jauh aja. Lo ragu sama perasaan lo karena merasa itu cuma perasaan kagum. Eh, nggak tahunya pas lo chatting-an sama perempuan yang namanya SSI dan lo bilang nyaman, ternyata orang yang sama yang lo perhatiin. Ini namanya jodoh yang nggak bisa lo hindari."

Anatomi terkekeh. "Bisa aja lo. Tapi kayaknya dia nggak ingat pernah lempar bola kena kepala gue."

"Ya, mana ingat, sih, Tom. Kejadian itu waktu semester satu. Sekarang udah semester enam. Mungkin dia udah lupa. Apalagi baru sekali ini diajar sama lo."

"Iya juga. Tapi tadi gue udah terlanjur bilang nyaman sama dia. Gue baru chatting-an dua minggu. Apa nggak terdengar creepy, tuh?" Suara Anatomi berubah was-was. Panik sendiri setelah sadar ungkapannya kepada Sweety terlalu terburu-buru.

Breeze tertawa terbahak-bahak, membuat Anatomi mengangkat sebelah alisnya. Suara tawa Breeze semakin jelas selama beberapa menit sebelum berhenti dengan sendirinya.

"Kok, lo ketawa, sih? Apa yang lucu?" Anatomi terheran-heran.

"Lucu aja. Lo selalu cerewet tiap bahas perempuan itu," jawab Breeze, yang kemudian berdeham sebentar sebelum akhirnya melanjutkan, "Soal pertanyaan lo sebelumnya, nggak ada yang aneh, kok. Wajar kalau lo punya perasaan semacam itu. Kita nggak pernah tahu kapan nyaman sama seseorang. Seperti love at first sight, kan? Dalam sekejap lo bisa suka sama seseorang. Lagian SSI ini perempuan yang diam-diam lo perhatiin sejak lama, bukan baru sehari atau dua hari. Ya, sebenarnya lo perlu juga ngaku sejak kapan udah tertarik sebelum nyaman ini sama dia."

Anatomi diam sebentar memikirkan kata-kata Breeze. Belum sempat dibalas, dia mendengar kalimat lain dari Breeze. "Tunjukkin, dong, seberapa blak-blakannya lo. Gue menunggu kabar baik kalian. Sekalian jangan lupa jodohin gue sama sepupunya Tebing."

"Iya, nanti gue jodohin sama Pohoneo. Gue tutup, ya, teleponnya sekarang. Nanti kita lanjut lagi, deh. Bentar lagi jamnya gue ngajar," putus Anatomi.

"Dasar lo kebiasaan. Udah kelar curhat aja dimatiin. Ya udah, sana. Semangat, ya, Tom. Dadah. Gue mau tidur."

"Thank you, Breeze. Selamat tidur."

Sambungan telepon terputus. Anatomi menghubungi Breeze saat berada di dalam mobil. Tidak ada yang tahu cerita soal perempuan yang sering dia perhatikan selain Breeze. Dia tidak cerita sama Tebing dan Cloud karena takut dibilang penguntit. Belum lagi mulut mereka rada rese. Bisa diledek sepanjang masa.

Dia turun dari mobil dan mengambil napas dalam-dalam sebelum mengembuskan perlahan. Pada saat yang bersamaan, dia menyaksikan Sweety berlari-lari dengan mendekap tas tote di dada.

"Woi, Mila! Sani! Tungguin Incess, dong!" teriak Sweety keras. Suaranya yang sekeras toa masjid langsung membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. "Girls, tunggu dulu! Tali tote bag gue putus, nih," lanjutnya berteriak.

Anatomi tertawa kecil menonton kelucuan perempuan itu. Ada saja kelakuan Sweety. Tingkahnya itulah yang membuat dia senang.

"Lucu banget, sih. Gemes," gumamnya pelan.

💘💘💘

Boom Boom HeartWhere stories live. Discover now