Jeno pun memasukan kunci itu ke lubangnya, lalu memutarnya dengan mudah, kemudian ia membuka pintu kamar tersebut hingga memperlihatkan kondisi ruangan yang gelap.

Jeno pun menekan saklar lampu, hingga ia bisa melihat jelas kamar Shan yang terlihat berantakan, namun ia tak menemukan Shan disana.

Jeno mendengar suara percikan air di dalam toilet, ia pun mendekat ke pintu toilet, kemudian mengetuknya berulang kali, namun tak ada sahutan dari dalam sana.

Jeno pun menutuskan untuk membuka pintu tersebut, sampai akhirnya melihat Shan yang tak sadarkan di dalam Bathtub yang terisi air, bahkan airnya hingga meluber karena karena keran yang tak dimatikan.

Sontak Jeno menghampiri Shan, ia melihat air Bathtub yang berwarna agak kemerahan, bahkan ia melihat beberapa luka sayat di tangan kiri Shan yang terbuka, bahkan luka itu tampak basah namun tak lagi mengeluarkan darah karena terus tersiram air, ia juga melihat cutter yang berada di pinggiran Bathtub.

Jeno pun mematikan keran airnya, lalu ia menepuk pipi Shan yang terasa dingin.

"Shannon," panggil Jeno yang membuat Shan mengerang kecil,

"Hm," hanya dehaman lirih.

Jeno berdecak sebal, ia pun mengangkat tubuh Shan dari Bathtub, dan ia rebahkan tubuh Shan di atas kasur, lalu ia meraih selimut untuk menutupi tubuh polos Shan yang membuat jantungnya berdebar keras.

Shan membuka matanya, ia menatap Jeno dengan malas. "Lo ngapain disini?" Tanya Shan dengan suara serak.

"Lo bisa mati di dalam toilet," ujar Jeno dengan tatapan tajamnya, membuat Shan tertawa lirih.

"Gak usah berlebihan, sekarang lo keluar," ujar Shan seraya memunggungi Jeno, nampaknya ia akan kembali terlelap.

Jeno ingin meminta agar Shan cepat memakai baju dan mengobati lukanya, namun ia terlalu gengsi, ia pun memutuskan untuk keluar dari kamar, ia memberitahukan hal ini pada bibi Han, membuat bibi Han cemas, namun bibi Han enggan menemui Shan, sebab Shan tidak suka diganggu jika dalam keadaan seperti itu.

**

Shan menghela nafasnya, ia pun mengubah posisinya menjadi duduk setelah Jeno keluar dari kamarnya.

Shan mengerang lirih saat merasakan kepalanya yang berdenyut menyakitkan, mengingat ia berendam cukup lama, dari pukul 4 dini hari hingga pukul 1 siang, bahkan kulitnya sudah keriput karena kelamaan di dalam air.

Namun Shan tak peduli, justru reaksi yang seperti ini yang membuatnya puas, sebab ia tidak akan berhenti untuk menyakiti dirinya sendiri jika ia tak merasakan sakit.

Ddrrtt
Ddrrtt

Shan meraih ponselnya yang berdering di atas meja nakas, ia mengerutkan dahinya nelihat nomor tak dikenal, namun ia tetap menjawabnya.

"Ya?"

"Hai babe, nanti malam kita bisa ketemu?"

Shan terdiam mendengar suara Jaehyun di sebrang sana, membuat Jaehyun tertawa pelan.

"Gue tau lo kaget, kita butuh ngobrol, gimana?"

"Hm, dimana?" Shan nampak menyetujuinya, namun tatapannya terlihat tajam, ia juga meremat ponsel di genggamannya.

"Di Sc Cafe, jam 7 malam, gue tunggu."

Setelah itu, Jaehyun memutuskan sambungannya, membuat Shan menaruh ponselnya dengan asal.

Shan tidak tahu dari mana Jaehyun mendapat nomor ponselnya, yang pasti ia harus tenang jika bertemu dengan Jaehyun nanti malam, ia harus melancarkan renacananya untuk membuat Jaehyun hancur, sehancur-hancurnya.

**

Jam menunjukan pukul 8 malam, Shan baru saja sampai di SC Cafe menggunakan mobilnya, ia dapat melihat Jaehyun yang duduk di kursi dekat jendela, menatapnya dengan tatapan sebal, ia pun menghampiri Jaehyun disana.

Shan duduk di kursi yang berseberangan dengan Jaehyun, hanya tersekat meja bulat di hadapannya. Bahkan sudah ada minuman dan olahan ramen di atas meja.

"Lo telat satu jam, Shan," gumam Jaehyun yang terlihat tak suka.

Shan tersenyum kecil, "gue agak sibuk, jadi telat."

"Kalau begitu makan dulu-"

"Langsung aja apa yang mau lo omongin?" Tanya Shan yang menyela perkataan Jaehyun.

Jaehyun menghela nafasnya, lalu ia tersenyum kecil. "Gimana kabar lo?" Tanya Jaehyun.

"Seperti kelihatannya, pertanyaan klasik," gumam Shan dengan nada malas.

"Lo berubah, gue suka lo yang kayak gini, dari pada terlihat lemah dan cengeng," ujar Jaehyun seraya tertawa pelan.

"Hm, karena gue bukan Shan yang dulu, yang bisa lo perlakuin sesuka lo."

"Wow! Perubahan lo cukup bagus. Oh ya, gue dengar lo hamil, dimana anak itu?" Tanya Jaehyun yang membuat Shan berusaha untuk mengontrol emosinya.

"Dia lahir kan?" Tanya Jaehyun lagi seraya tersenyum kecil, seolah pertanyaan itu adalah pernyataan ringan.

"Dia mati," sahut Shan dengan santai, membuat Jaehyun mengerutkan dahinya.

"Kenapa bisa mati?"

"Karena gue yang membunuhnya, lo pikir gue mau punya anak dari cowok brengsek kayak lo?" Balas Shan seraya tersenyum remeh, tak dipungkiri hal itu membuat Jaehyun kesal, namun Jaehyun menahannya.

"Bagus, biar gak ada yang perlu gue pertanggung Jawabkan," gumam Jaehyun seraya mengangguk kecil.

"Lo memang gak ada niat buat bertanggung jawab," balas Shan lagi.

"Ya, terserah lo. Jadi, gue dengar juga lo open Bo," gumam Jaehyun lagi dengan santai, hal itu membuat Shan kesal, ia sama sekali tak melakukan itu untuk mencari uang.

"Lo terlalu banyak bertanya soal kehidupan privasi gue, Jaehyun. Kalau enggak ada yang perlu lo tanyain lagi, gue pergi."

Jaehyun tertawa pelan, "santai Shan, kita sharing-sharing aja soal kehidupan lo dan gue, ini udah tahun ke tiga kita enggak ketemu."

"Gue sibuk," gumam Shan, lalu Jaehyun menganggukan kepalanya.

"Mau gue antar pulang?" Tawar Jaehyun.

"Gue bawa mobil," sahut Shan, lalu ia beranjak dari kursiny dan segera keluar dari Cafe, ia muak melihat wajah menyebalkan Jaehyun terlalu lama.

Shan mendekatkan ponselnya ke telinganya, ia baru saja menghubungi seseorang.

"Lucas, ke apartment gue sekarang."

.
.
.
.
Tbc

Next?

My Bad Sister || Hold Me Tight + Lee Jeno ✔️Where stories live. Discover now