01 || Bartender

23.6K 3.2K 520
                                    

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga ya. Terimakasih 😍😍

.
.

Kini Shan sudah bergabung bersama Tiffany, Yunho, dan Jeno di meja makan. Shan hanya memakan makanannya tanpa mengucapkan apapun, dan Tiffany melayaninya dengan baik, tapi Shan tidak peduli.

Ternyata mengajak Shan makan malam bersama adalah keinginan Tiffany, dan Yunho terpaksa mengabulkannya, padahal ia membenci anak tunggalnya tersebut, anak brengsek yang katanya mempermalukan keluarga.

Shan makan hanya sedikit, padahal ia tidak makan apapun sejak pagi, ia hanya minum sesekali tanpa merasa lapar.

"Shan, kenapa makanmu sedikit?" Tanya Tiffany yang berusaha mendekatkan diri pada Shan, namun Shan tidak menyahut.

"Papa tau kamu gak tuli," gumam Yunho yang berusaha untuk sabar.

"Aku gak nafsu makan," sahut Shan.

"Apa masakan bunda kurang enak?"

"Hm." Shan menyahuti perkataan Tiffany sekenanya.

"Maaf, lain kali bunda akan memasak yang lain. Kamu bisa bilang sama bunda mau makan apa."

"Aku mau makan masakan Bibi Han," Sahut Shan yang membuat Yunho memandangnya tajam, namun dengan segera Tiffany tersenyum.

"Iya, khusus buat kamu nanti Bibi Han yang masak, atau nanti bunda minta resep sama Bibi Han biar kamu suka masakannya."

Shan hanya mengangguk malas.

"Gak perlu masakin apapun buat anak itu, dia bisa cari makan sendiri," gumam Yunho, dan Tiffany menggeleng kecil, lalu memandang Shan dengan cemas. Tiffany mengerti dengan sikap Shan yang seperti ini padanya, dan ia harus memaklumi.

Jeno yang sejak tadi diam melirik Shan sejenak, lalu melanjutkan makannya.

**

Shan mendengus kecil ketika ponselnya terus berdering, ia pun meraihnya dan menjawab panggilan dari Sena.

"Iya Sen?"

"Lo telat satu jam!"

"Gue mau berenti aja, cape."

"Ya ampun, baru 3 hari lo kerja, Shan! Jangan bikin gue malu. Kalau mau berenti ya baik-baik."

Shan terdiam seraya memandang kuku-kuku jarinya.

"Shan, disini kerjanya lumayan enak, gajinya juga lumayan. Mau cari kerja dimana lagi? Mending lo datang sekarang," ujar Sena dengan nada melunak.

"Susah dapetin kerja, terlebih lo punya tato permanent," lanjut Sena.

Shan menghela nafasnya. "Okay gue dateng, tapi bilang pak Jung jangan marahin gue."

"Pasti dimarahinlah. Cepet ya."

Pip

Shan beranjak dari kasurnya, ia segera bersiap untuk pergi bekerja hingga pagi menjelang.

**

Jam menunjukan pukul 3 dini hari, Shan masih setia melayani para pelanggan yang mengajaknya mengobrol sambil minum, minuman yang ia racik sendiri.

"Shan, lo tahu? Banyak yang mau nyewa lo disini, mereka berani bayar lebih. Apa lo benar-benar enggak tertarik?" Tanya Brian, anak pemilik Club tempat Shan bekerja, usia Brian sama dengan Shan, membuat keduanya gampang mengakrabkan diri walau baru 3 hari kenal.

"Enggak, gaji ini udah cukup buat gue," sahut Shan seraya merapikan botol-botol yang sudah kosong, memasukannya kedalam kardus.

"Kalau gue yang nyewa lo gimana? Lo mau?" Tanya Brian seraya tersenyum tipis.

My Bad Sister || Hold Me Tight + Lee Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang