36 • Death Knights : Introduce

820 151 14
                                    

[21 March 2000,
Bangkok, Thailand,
16.00 Waktu setempat]

"Melihat betapa gigihnya para mahasiswa disini, aku dan beberapa petinggi dari kementerian pendidikan berencana untuk membuat sesuatu sebagai hadiah bagi mereka yang terpilih."

"Bagi mereka yang terpilih? Apa maksudnya itu, khun?"

"Mereka yang memang layak mendapatkannya."

"Oh begitu. Apa hanya mahasiswa saja, khun? Karena, jika membahas kegigihan aku ingin menyarankan seorang dosen baru di kelas komunikasi. Ku rasa, dia layak mendapatkan hadiah juga."

Kekehan tipis keluar dari bibir pak tua disana. "Jika mendukung, semua orang yang berkepentingan bisa mendapatkannya."

Tee mengangguk mengerti, seraya tersenyum. Ah lihat, betapa murah hatinya direktur yang satu ini.

Walaupun ia tidak tahu jenis hadiah apa yang disiapkan oleh sang direktur.

Setidaknya, itu yang ada di otaknya setahun yang lalu.

Sebelum hari ini, tepat ketika anak bungsunya berusia 1 bulan, ia harus kehilangan sulung kebanggaannya karena direktur sialan di hadapannya.

Karena semua rencana aneh dan mematikan direktur universitas yang telah menjabat selama setahun itu.

Dia, Ruvinnat Songkaern.

"Khun Ja! Ku mohon! Berikan padaku dan anakku anti-virus itu! Aku tidak bisa melihat Mond dalam keadaan seperti itu!"

Tee sudah lima jam memohon dengan posisi sujud di depan Ja. Kedua matanya memerah dan lingkarang hitam di sekitarnya tidak bisa menutupi betapa kacaunya dosen itu. Namun Ja tidak bergeming.

Lelaki yang umurnya beberapa tahun lebih tua dari Tee itu sibuk memperhatikan Mond dan beberapa orang lainnya yang sedang linglung sambil mengeluarkan suara aneh.

Mirip seperti suara hewan yang menjerit.

Tee masih menangis dalam posisi sujudnya. Sakit di lututnya tidak seberapa dengan yang sedang dirasakan Mond dan beberapa orang lainnya.

Ada rasa menyesal, marah, sedih, dan bingung yang Tee rasakan sekarang. Perasaan tersebut beraduk menjadi satu, hingga membuat lelaki itu kalut.

"Kumohon, Khun Ja."

"Tidak."

Itu–itu adalah kata pertama dari Ja setelah 6 jam berdiri menatap para Suspect yang kehilangan identitasnya sebagai manusia.

Dan juga kata yang berhasil memukul telak dada Tee.

Jelas, ia merasa dunianya hancur sekarang. Istrinya belum mengetahui tentang sang putra sulung yang tewas dan berubah, entah bagaimana jadinya jika ia tahu. Tee tidak bisa membayangkan.

"Khun Ja, ku mohon."

Tee tidak tahu, semakin ia memohon semakin menggila Mond disana. Ia tidak tahu, jika suaranya terdengar sampai ke dalam ruang kaca tersebut. Ruangan yang disediakan khusus oleh Ja untuk menampung para Suspect yang berubah.

Safety Partners [GMMTV Actors AU] • [COMPLETED]Where stories live. Discover now