Part 33 [ Kejelasan? ]

Mulai dari awal
                                    

"Ya, kau benar, Rae. Tapi setidaknya dia mengabari kita supaya semua jadi tenang," jawab Vey.

Tiba-tiba terdengar suara rintihan dari dalam kamar, ternyata itu suara Luna. "Hyun-ah, kau dimana?"

Raena melihat kebelakang, lebih tepatnya arah kamar Luna. "Aku harus masuk kedalam. Terserah kau saja mau pulang atau tidak!" ucap Raena.

CEKLEK

"Luna-ya, kau mengigau?"

Raena mengusap rambut Luna dan memperbaiki selimutnya. Sejak pulang dari rumah sakit tadi, Luna kelihatan lelah sekali dan dengan mudah terlelap dalam tidur.

"Ah... Luna kebiasaan sekali, lemari pakaian dibiarkan terbuka begitu." Raena mengarahkan tatapannya ke almari di sudut ruangan.

Langkah kaki gadis incaran Vey itu akhirnya sampai ke benda yang dituju.

"Apa itu? Kenapa ada banyak sekali pakaian laki-laki?" kaget Raena ketika melihat isi lemari pakaian berbahan kayu itu.

Raena berpikir sejenak. "Bukannya ini pakaian Hyun? Hmm... Aku tidak salah, beberapa hari lalu Hyun menggunakan jas ini!" katanya sambil menatap jas warna biru dongker milik Hyun.

"Ada apa ini?"

Skip--

Hari pun akhirnya berganti, Luna bangun dari tidurnya yang cukup panjang. Mata sembab nya akibat menangis kemarin sore masih membekas pagi ini. Bukan saja soal mata, ingatannya akan hari itu juga masih membekas.

"Kenapa Hyun tidak meneleponku juga?" ucap Luna lirih.

Fokusnya berganti pada sosok manusia yang berbaring disebelahnya. "Rae, bangunlah!"

"Ternyata sudah pagi, ya." Raena mengarahkan senyumnya pada Luna.

"Dimana Hyun? Apa dia menelepon mu?"

Raena menggeleng lesu. "Tidak."

"Sebenarnya kau dimana, Hyun?" batin Luna.

•°•°•

Sekuat-kuatnya seseorang pasti ada titik lemahnya, begitu juga dengan Hyun yang seakan lemah dengan kenyataan jika Hino kembali ke kehidupan baru mereka.

Terbesit dipikirannya untuk meninggalkan Luna sepenuhnya dan mengikhlaskannya bersama Hino, orang yang mungkin dicintai Luna.

Cinta bisa mengikhlaskannya, tapi rasa kasih dan sayang Hyun terhadap juniornya membuat ia mengurungkan niatannya itu.

Bicara soal peristiwa tabrak lari kemarin, Hyun lah yang menolong korban dan membawanya ke rumah sakit dengan menelepon ambulans. Sialnya saat mengetahui dompetnya tidak ada atau mungkin jatuh malah  merangsang pikiran aneh di otak pemuda yang sebentar lagi jadi ayah itu. Ya, dia ingin ketenangan. Jika Luna menemukan dompetnya itu akan lebih baik, pikirnya. Bayangan demi banyangan kalbu nan aneh menyelimuti pikiran seorang Hyun. Akhirnya, setelah mengurus segala sesuatu yang diperlukan korban, Hyun memilih untuk berdiam diri di Daegu tepatnya di daerah pegunungan Biseulsan, ia ke sana dengan mobil kantor dan sengaja meninggalkan mobil kesayangannya di parkiran rumah sakit, lagi-lagi itu adalah akibat dari kerancuan pikirannya.

"Aku sudah memikirkan semuanya semalam. Keputusanku sudah bulat, aku akan mempertahankan Luna dan bayiku!" tegasnya saat perjalanan pulang ke Seoul.

"Aku membawa ini untuknya, pasti dia suka." Hyun tersenyum tipis seraya memandangi pot kecil yang dibawanya. Pot itu berisi bunga Azalea yang merupakan tanaman khas pegunungan Biseulsan, warnanya keungu-unguan, siapapun yang melihatnya pasti akan menemukan ketenangan batin akibat pancaran warna gradasi yang sangat sempurna.

Dimming Moon || Kim Seokjin x Kim Sojung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang