ISEY || CHAPTER DUA BELAS

Începe de la început
                                    

Setelah selesai, Cia membangunkan Vian. Menyuruh laki-laki itu bersiap untuk ke kampus. Cia sudah mulai hafal, setiap Kamis pagi, Vian harus mengajar di kelas asistensi. Mata Vian seolah enggan untuk terbuka. Ia sangat mengantuk. Tapi, mau bagaimana lagi.

Cia sudah duduk di kursinya. Tidak lama, Vian turun dan menyusul duduk di sebelah Cia.

Seperti biasa, hanya percakapan ringan yang selalu mengisi kegiatan keluarga itu setiap pagi. Setelah selesai makan mereka berpamitan pada Fery dan Ratna.

-

-

-

Cia berjalan ke arah gedung jurusan Vian. Karena laki-laki itu tidak mengangkat telfonnya dari tadi. Cia harus mengabarkan pada Vian jika dia akan pulang terlambat karena harus ikut dalam acara penghitungan suara pemilihan ketua BEM fakultas periode baru.

Cia mengintip dari balik pintu gedung jurusan. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Tapi, tidak ada sosok Vian di sana. Gadis itu menghela nafas jengkel.

"Ko, lihat Vian nggak?" tanya Cia pada Eko, teman satu jurusan Vian.

"Kayaknya udah pulang deh."

"Oh, yaudah deh. Makasih ya, Ko."

Laki-laki bernama Eko itu mengangguk.

Cia memutar badannya ke arah lapangan basket di dekat gedung UKM. Mungkin laki-laki itu ada di sana.

Cia berlari sembari menelfon Vian. Nomornya tidak aktif. Kemana laki-laki itu?

"Dim!" teriak Cia ketika dia melihat Dimas yang sedang berdiri di ujung lapangan. Dimas menoleh ke arah Cia. Lalu segera menghampiri gadis itu.

"Kenapa?" tanya Dimas ketika laki-laki itu sudah berdiri di depan Cia.

"Kamu lihat Vian nggak?" tanya Cia.

"Kenapa tanya ke aku? Kan kamu istrinya." Dimas terkekeh geli.

"Serius!" ucap Cia sembari memukul lengan Dimas sebal.

"Nggak tahu kemana tuh bocah. Tadi keliatannya buru-buru," jawab Dimas.

"Buru-buru?" tanya Cia bingung.

Dimas mengangguk. "Tadi habis nerima telfon, wajahnya kayak panik gitu."

"Telfon? Dari siapa?"

"Kalau dari siapanya, aku nggak tahu." Dimas mengalihkan pandangannya lalu kembali menatap Cia.

"Cia?" panggil Dimas pelan.

Cia menoleh menatap Dimas. "Ya? Kenapa?" tanya Cia.

Dimas hanya diam, nampak ragu mengatakan sesuatu. Cia terkekeh melihat raut wajah Dimas yang mendadak berubah serius. "Serius amat sih," goda Cia.

"Kamu kan sahabatnya Ranti, berarti tahu dong semua informasi tentang dia?" tanya Dimas ragu.

Raut wajah Cia ikut berubah. "Iya, kenapa emangnya?"

"Ranti udah punya pacara belum, ya?" tanya Dimas.

Cia terkejut karena pertanyaan Dimas. "Cie yang nanyain sahabat aku. Kamu suka ya sama dia?" tanya Cia yang mulai menggoda Dimas.

Dimas hanya tersenyum malu lalu menggaruk belakang kepalanya.

"Ayo ngaku nggak? Suka, kan?" tanya Cia sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

"Nggak mau jawab," ucap Dimas sembari memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana.

"Lho kenapa?" tanya Cia kecewa.

I SHALL EMBRACE YOUUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum