13 : Who Is He?

108 32 55
                                    

Halo semua! Ketemu lagi sama 'Kak Jovan' di chapter 13 :)

Sudah siapkan hati untuk chapter ini?

Jangan lupa ramaikan di setiap paragraf nya ><.

Happy reading and enjoy guys!


****

"Kehadirannya tak dianggap, bahkan dibenci. Tapi, tersimpan satu alasan besar mengapa ia terus bertahan sampai saat ini."

Kini Jovan sedang berada di kamarnya. Ia sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Ya sudah hampir tiga bulan ia membantu pekerjaan di perusahaan Agung. Tak banyak, hanya membantu beberapa saja.

Bukan Agung yang meminta Jovan untuk melakukan itu, tapi dia sendiri. Awalnya Agung menolak karena ia tahu kondisi anak sulungnya sedang tidak baik-baik saja, bahkan parah. Tapi dia tetap memaksa.

Alasannya karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Ya karena itu. Ia sengaja melakukan itu karena ia tak ingin terlalu fokus pada penyakitnya. Aneh memang. Jika dimana-mana orang ingin fokus pada penyakit yang di derita, tetapi berbeda pada Jovan. Ia malah tak ingin fokus pada penyakitnya. Ia seperti itu karena ia tahu, lambat-laun ia akan kalah dengan penyakit itu.

Sudah hampir satu jam matanya terfokus pada layar desktop yang ada di depan. Sesekali ia mengusap matanya yang terasa perih. Jovan kemudian melirik jam dinding yang ada di kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Jovan lalu menyandarkan punggungnya ke belakang sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Pekerjaannya tersisa sedikit lagi, ia akan menyelesaikan malam ini.

Besok ia harus pergi ke rumah sakit lagi untuk kontrol. Pasti ia akan dimarahi lagi oleh Randy karena tidak menjaga kondisi tubuhnya dengan baik dan stabil. Ia sudah biasa dengan itu.

Jovan kembali mengerjakan pekerjaannya, sudah cukup ia tadi beristirahat; meregangkan otot-ototnya. Setelah selesai, ia segera mematikan laptop tersebut kemudian menutupnya. Setelah itu, ia bersiap untuk tidur.

****

Sinar fajar sudah menerangi bumi sekarang. Seorang remaja perempuan sedang tergesa-gesa. Ia dengan cepat menyisir rambutnya kemudian memakaikan bandana abu-abu di kepalanya. Setelah selesai, ia segera turun ke bawah dengan tas ransel di kedua pundaknya.

"Mamih, Papih mana, Mih?" Cilla bertanya dengan tangan yang sibuk memasangkan sepatu pada kakinya.

"Papih udah berangkat duluan tadi, ada meeting soalnya. Kalau Kakak kamu juga sama udah ke kampus duluan," tutur Maya. Ia juga menuturkan tentang keberadaan Jovan walaupun sang anak bungsu tak menanyakan Jovan.

"Ya udah Mih, Cilla berangkat dulu ya," pamitnya pada Maya.

"Kamu gak mau sarapan dulu, sayang?" tanya Maya.

"Enggak Mih, Cilla buru-buru soalnya," tolak Cilla.

"Kamu berangkat naik ojek online?" tanya Maya saat Cilla sedang mencium tangannya.

"Enggak Mih, Cilla di jemput temen." Cilla berbohong pada Maya. Hari ini ia di jemput oleh sang pacar; Raja.

Maya mengangguk-angguk dan bergumam. "Hati-hati ya sayang."

"Iya Mih," jawab Cilla.

Setelah menjawab, Cilla langsung melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia melihat ada sebuah motor sport berhenti di depannya rumahnya. Ternyata Raja sudah sampai di depan rumahnya. Ah, ia langsung gugup sendiri jadinya. Gadis itu berjalan pelan sembari membenarkan bandananya agar terlihat rapih di depan Raja.

KAK JOVAN [SUDAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang