#26

2.1K 296 60
                                    

Telapak kaki Aline berhasil melewati benang yang membatasi negara mereka yang hanya di lihat oleh para penyihir.

"Hussshhh."

Aline menarik nafas, udara dingin masuk ke hidung nya yang berasal dari negara lain. Lalu perlahan, ia tersenyum. Kemudian senyum nya semakin melebar ketika merasakan diri nya bebas. Perlahan, Aline meloncat kecil. Ia seakan menemukan sebuah kedamaian dan kebebasan yang tak pernah ia temukan. Ia seperti tahanan Azkaban yang berhasil kabur. Ia benar-benar senang.

"WUHUUUUUU-!"

"I'M FREE!"

"HERMIONE! AKU BEBAS!"

"PROFESSOR LUPIN! AKU—AKH."

Tiba-tiba Aline merasakan dada nya sangat sakit. Jantung nya terasa perih, seakan di cengkram oleh seseorang. Aline meremas baju di dada kiri nya. Sakit nya kian bertambah tiap detik. Nafas Aline mulai tertahan, seakan oksigen berusaha menjauhi nya.

"Akh. . . "

Aline tersungkur di atas tumpukan daun yang telah gugur. Tangan kiri nya memeluk kaki nya. Sedangkan tangan yang lain meremas baju nya dengan kuat. Aline meringis perih, ini semakin sakit.

"P-professor. . ."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.

Severus sedang berjalan menuju lorong Asrama Slytherin untuk mengecek anak murid nya saat ia bertemu dengan wanita yang membuat Aline menangis tersedu-sedu. Wanita yang memberikan nya buah dengan efek jatuh cinta pada orang pertama yang ia lihat. Severus menghela nafas panjang, lalu berjalan melewati nya.

"Ini hari terakhir ku di sini, Professor."

Ucapan wanita itu membuat langkah Severus terhenti. Tanpa mau membalikkan tubuh nya, "Itu tak berpengaruh apapun untuk ku."

"Tapi berpengaruh untuk ku," Grace menaikkan sedikit nada suara nya. "Can't you get it? I want you."

"Apa kau pernah di ajari sopan santun oleh orang tua mu, Professor?" Severus berbalik, menatap wanita itu dengan tajam. "Bahwa menganggu milik orang lain sangat menjijikkan?"

Grace berdecih pelan, "Kau menganggap diri mu adalah milik nya?"

Severus diam sejenak, "I am her. And she's mine." ucap pria itu penuh dengan penekanan.

"Apa kau berfikir dia juga menganggap mu milik nya?" Grace berjalan mendekat. "Dia bahkan meminum ramuan saat meminta maaf pada mu, Professor."

Severus mematung ketika mendengar ucapan wanita ini. Ia teringat saat semua guru berkumpul di ruangan Albus, pria tua itu memberitahu bahwa Aline menciptakan sebuah ramuan yang bisa membuat nya menatap orang dengan penuh cinta. Pantas saja saat itu ia melihat sebuah cinta yang sangat besar di mata Aline kala ia membawa gadis itu duduk di atas meja. Jujur saja, itu membuat nya sakit hati.

"Dia masih lima belas tahun. Dia butuh waktu untuk membiasakan diri nya."

"Oh yeah?" tantang Grace. "Ku tebak, dia selalu terkejut setiap menerima sentuhan mu 'kan?"

Severus menelan ludah nya kasar dan teringat, bahwa setiap kali ia mencium gadis itu, ia terlihat tampak gugup dan kaget.

"Tapi kau lihat bagaimana ia bisa menerima sentuhan Mister Woods dengan baik." ujar Grace dengan senyum miring nya.

Severus tersentak, "Bagaimana kau—"

"Aku ada di saat kau menyerang murid mu sendiri, Professor." balas wanita itu dengan cepat.

Severus menarik nafas, "Bagaimanapun, Mister Woods adalah cinta pertama nya. Dan itu wajar —"

"Apa kau pernah mendengar pepatah," Grace menarik nafas lalu melipat tangan nya di depan dada, "Bahwa cinta pertama sangat sulit di lupakan?"

TENDERNESS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang