Prolog.

5.9K 416 94
                                    

"Kau akan menjadi Istri Professor Snape. Aku tahu ini gila, bukan hanya karena berbeda dua puluh tahun, kau adalah murid Hogwart. Tapi ini sudah ku pertimbangkan baik-baik. Serverus akan menjadi rumah mu, tempat kau berpulang. Sejauh apapun kau pergi, kau akan selalu kembali pada nya. Percayalah, ini yang terbaik untuk mu, dan untuk Severus."

"Tapi Professor, Kenapa harus aku, seorang gadis dari asrama Gryffindor? Akan lebih masuk akal jika gadis dari asrama Slytherin yang akan menikah dengan nya."

"Ini demi kebaikan kalian berdua."

Perkataan Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore, sang kepala sekolah Hogwart itu terus terngiang di kepala nya bahkan saat ia sudah mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan dan guru-guru Hogwart. Ini akan di rahasiakan, yang artinya semua murid tidak akan tahu dia sudah menikah dengan seorang pria yang paling menyebalkan seantero sekolah.

"I do."

Suara berat dan tanpa ekspresi. Ketika Seorang Professor Severus Snape mengatakan hal itu, mereka sudah sah menjadi suami istri.

Semua guru bertepuk tangan memberi ucapan selamat atas pernikahan yang tidak ada euphoria membahagiakan sama sekali seperti impian nya. Mungkin jika Aline menikah dengan Tuan Lupin, ia sedikit ikhlas, pria itu lebih tampan, lebih menyenangkan dan lebih baik, tentu nya.

"Nona Aline, sekarang anda adalah istri dari Severus Snape."

Aline menatap tatapan pria yang jauh lebih tinggi dari nya. Ia mengerutkan kening nya. Onyx kecoklatan Severus memancarkan tatapan sendu, seakan ia sedang menatap gadis yang telah lama menghilang dari dunia ini.

Aline menelan ludah nya kasar. Apapun itu, Ia yakin Serverus sedang menatap diri nya sebagai wanita lain, bukan Aline Snape, yang sudah menjadi istri sah nya.

*******

Aline menghela nafas saat ia berjalan menuju rumah pria itu, akh, pria yang telah menjadi suami nya. Tidak terlalu besar, tapi setidaknya tak sekecil milik Hagrid.

Ia akan tinggal di sini, jika ada yang bertanya : kau akan menjawab bahwa kau adalah Asisten nya. Begitu kata Tuan Albus.

Mereka masuk, dan ternyata sangat luas. Ruang tengah dengan rak buku yang besar juga karpet merah yang menambah kesan mewah. Di samping kanan ada ruang untuk Snape melakukan penelitian. Dan di samping kiri, dapur yang luas dan sebuah meja makan. Perfect. Sangat seperti rumah pasangan suami istri.

Snape berjalan menaiki tangga dan Aline mengikuti nya sambil membawa barang-barang nya.

"Well, Nona Xavier– Aline." Snape diam sejenak, "Kita akan tidur di kamar yang terpisah, itu yang terbaik saat ini."

Aline membenarkan dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan gadis lima belas tahun tidur bersama pria yang dua puluh tahun lebih tua.

"Now, here are the rules." Serverus menatap Aline datar, namun dengan cepat ia mengalihkan tatapan nya ke koper yang di bawa gadis itu, "Tidak boleh di luar di atas jam sembilan malam, jika lebih aku akan mengunci nya dari dalam. Kamar mu tepat di depan ku, jadi jangan berisik saat aku sedang tidur, membaca, dan saat aku menciptakan ramuan. Sisa nya, lakukan tugas mu sebagai–ekhem, istri ku."

Aline menghela nafas, ia bahkan masih bertanya-tanya apakah ini real atau hanya mimpi.

Tak melihat adanya protes dan pertanyaan. Severus menarik nafas, "Silahkan masuk dan benah dengan baik barang mu. Dan ku harap kau tidur lebih cepat, karena besok adalah hari pertama mu menjadi – istri ku."

Pria itu kemudian masuk ke dalam kamar tanpa ucapan selamat malam atau mimpi indah. Dia bahkan tidak membantu Aline membereskan barang-barang nya. Suami macam apa itu?

Aline masuk ke dalam kamar tepat di depan kamar pria itu. Aline menghela nafas ketika melihat ruangan itu penuh dengan warna hitam putih, "Apa hidup nya selalu monokrom?"

********

Pagi yang menyebalkan, karena ini adalah hari pertama nya menjadi istri seorang Professor Snape yang terhormat. Tak mau di sihir Sectusempra, Aline sudah bangun sejak jam 4 pagi dan membersihkan semua sudut kamar yang sebenarnya masih sedikit bersih, karena selama ini pria itu tinggal sendirian.

Setelah ia rasa sudah bersih, Aline meniatkan diri untuk mandi. Dan seorang pria dingin itu turun ketika Aline baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut nya.

Snape menaikkan satu alis nya saat melihat sebuah sup daging kalkun di atas meja makan nya. Ia berbalik menatap dan lagi-lagi tatapan beralihnke rambut gadis itu, seakam mata Aline yang baru keluar dari kamar mandi adalah hal yang tabu untuk ia larang.

"Kau yang memasak sup itu?"

Aline menoleh, menatap sup itu kemudian kembali menatap suami nya itu. "Aku meminta Sir Nicholas memasakkan nya."

Snape menghela nafas kasar, "Ku harap untuk selanjutnya, kau memasak sendiri, Nona."

Aline menatap Snape kesal, "Apa yang kau harapkan dari gadis lima belas tahun, Professor Snape?"

Snape yang baru ingin memasukkan sup ke dalam piring nya terhenti, "Aku tak ingin mendengar keluhan apapun. Hidup mu bergantung pada ku, Xavi–Aline."

Snape tak terbiasa memanggil murid nya dengan nama, ia pun juga tak ingin memanggil gadis itu dengan nama belakang nya pula.

Aline menghela nafas, tak ingin menyulut emosi saat masih pagi. Ia memilih untuk naik tangga dan masuk ke dalam kamar nya. Melempar handuk sembarang sambil memaki tak jelas. Kenapa ia harus mendapatkan suami jelmaan kulkas?! Entah apa yang di fikirkan Tuan Dumbledore saat itu.

Aline turun dengan tiga buku tebal di tangan nya. Saat ia hendak pergi, suara berat pria itu menahan nya.

"Kau ingin pergi dengan kondisi seperti itu?"

Aline menatap tubuh nya yang ia rasa baik-baik saja, "Memang nya kenapa?"

Snape menghela nafas, "Bawa buku yang ada di meja itu, dan letakkan di ruang kelas mu. Pagi ini adalah jadwal ku."

Aline menaikkan satu alis nya, "Kenapa aku harus membawa buku mu, Professor Snape?"

Aline diam, menunggu jawaban pria yang sedang meminum air putih itu. Setelah selesai, ia menatap Aline. "Jangan lupakan status samaran mu adalah asisten ku, Xa–Aline. Untuk meyakinkan mereka, kau harus melakukan apapun yang ku suruh."

Aline menghembuskan nafas nya jengah. Ini pagi yang menyebalkan.

Aline berjalan menuju meja tersebut dan membawa dua buku yang lebih tebal dari buku nya. Wajah Aline hampir tak terlihat saat mengangkut lima buku sekaligus.

Aline berjalan tertatih-tatih dan pria itu tak berniat sedikitpun untuk membantu.

"Dan satu lagi, Nona Xa–Aline." Snape meminum air putih nya lagi, "Aku tak ingin mendengar keluhan apapun dari mu."







T B C

TENDERNESS OF LOVEWhere stories live. Discover now