ISEY || CHAPTER SEBELAS

Start from the beginning
                                    

Vian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kenapa bisa?" tanya Dimas penasaran.

Vian menghela nafasnya lalu menjawab, "Kami diciduk, trus dibawa ke kantor desa. Tiba di sana disuruh nikah."

"Diciduk? Kalian ngapain?" tanya Dimas sembari melemparkan senyuman penuh arti.

"Kami nggak ngapa-ngapain kok." potong Cia. Dimas langsung terkekeh melihat reaksi yang diberikan oleh gadis itu.

"Nggak ngapa-ngapain tapi disuruh nikah." Ejek Dimas jahil. Vian memutar bola matanya. Terlalu malas meladeni otak mesum Dimas.

Dimas terkekeh geli kemudian menatap ke arah Cia yang duduk di sebelah Vian. "Cia, pacar kamu tahu soal ini?" tanya Dimas akhirnya.

Cia menekuk wajahnya tidak memberikan jawaban.

"Pacar?" tanya Vian menatap mata Cia, menuntut jawaban. Cia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Baiklah, tidak mungkin laki-laki ini tidak tahu siapa pacar Cia. Karena mereka digadang-gadang sebagai couple goals seantero fakultas teknik.

"Itu si Alvin, ketua BEM fakultas," jawab Dimas sembari menaik turunkan kedua alisnya. Rahang Vian mengeras, kemudian ia menoleh manatap Cia tidak suka.

"Alvin? Kamu yakin dia pacar kamu?" tanya Vian.

Cia mengerutkan keningnya, lalu menatap kesal ke arah Vian. "Maksud kamu apa?"

"Ya aku nanya, kamu pacar Alvin?Atau selingkuhannya?"

Dimas memijit batang hidungnya saat mendengar kalimat pedas itu keluar dari mulut Vian.

"Kamu jangan kurang ajar ya!"

Vian tersenyum getir. "Kalau aku kurang ajar, trus si Alvin itu apa? Tripel kurang ajar kuadrat?"

Dimas yang menyadari jika suasana sudah mulai tidak enak, mencoba berdeham. Tapi tidak digubris oleh pasangan suami istri itu.

"Cia, ada makanan nggak? Aku laper nih," ucap Dimas mencoba menarik perhatian keduanya.

Cia menghela nafas kasar lalu memejam mata sejenak. "Tunggu bentar ya, aku siapin dulu. Kebetulan tadi juga lagi masak." Cia segera bangkit, berjalan menuju dapur.

Dimas menatap tajam sahabatnya itu. "Apa-apaan sih?" tanya Dimas yang tidak suka dengan tindakan Vian beberapa saat yang lalu.

"Kenapa?" tanya Vian santai. Dimas mengeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir dengan Vian.

-

-

-

Dua minggu semenjak kedatangan Dimas kerumahnya pagi itu. Tidak ada yang berubah. Kehidupannya, bahkan status yang kini sedang ia sandang. Cia ingin menanyakan maksud ucapan Vian dua minggu yang lalu. Tapi ia mengurungkan niatnya. Dia pikir, mungkin Vian hanya mempermainkannya seperti beberapa waktu yang lalu.

Cia menghela nafas. Terlebih ketika ia melihat raut wajah suram sahabatnya ini. Sejak tadi, Ranti seakan seperti mayat hidup.

"Kamu kenapa sih, Ran?" tanya Cia yang mulai bosan melihat wajah cemberut gadis yang kini duduk di hadapannya. Sejak tadi dia hanya mengaduk-aduk bakso yang ia pesan. Tidak memakannya.

"Aku lagi patah hati," ucapnya mendramatirkan raut wajahnya.

Cia mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Patah hati kenapa?"

Ranti menghela nafas dalam-dalam. Kemudian menegakkan tubuhnya. "Kemarin aku lihat Vian jalan sama pacarnya."

Cia memutar bola matanya malas. "Kan kemarin-kemarin aku udah bilang kalau Vian itu udah punya pacar," jawab Cia sembari menatap Ranti kasihan.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now