Prolog

107K 6.4K 320
                                        

Halo, kembali lagi dengan cerita ini.
Ada beberapa hal yang harus kalian tau.

1. Cerita ini adalah versi baru. Versi lama sudah saya hapus permanen.

2. 99% fiksi dan pure karangan saya sendiri.

3. Jangan sekali-kali membawa/menyebut/membandingkan isi atau karakter tokoh dicerita ini dengan cerita lain. Alias JANGAN LATAH.

4. Kritik dan saran sangat diterima dengan hati terbuka.

‼️SELAMAT MEMBACA‼️

••••

"Haus gak? Nih gue ambilin minum," tawar wanita yang memiliki tinggi semampai itu.

Sinta tersenyum ramah, lantas mengambil alih gelas berisi minuman berwarna merah itu. "Makasih ya," balasnya.

"Abisin!"

Sinta terkekeh, kemudian meneguknya hingga tandas.

"Eh, by the way, Ta. Temen gue ada yang mau kenalan sama lo. Ya... you know lah." si tinggi semampai itu menolehkan kepala, menyapa temannya yang baru saja sampai.

"Tuh orangnya," tunjuknya. "Gue tinggal ya?"

Sinta yang merasa tak keberatanpun hanya mengangguk saja. Toh, tidak mungkin ada orang jahat diacara ulang tahun, kan?

"Hey! Nice to meet you!" ucap si lelaki. Sinta menjawabnya dengan ramah, seperti biasanya.

"Gue Sinta. Lo?"

Lantas setelah memperkenalkan dirinya, Sinta merasakan kepalanya sangat berat. Seolah kepala miliknya bertambah besar dan dia tak mampu untuk menyangganya. Tubuhnya oleng dan wanita itu tak begitu ingat dengan apa yang terjadi selanjutnya.

••••

Wanita itu menatap nanar sebuah benda pipih kecil yang ada ditangannya. Garis dua. Artinya ini sebuah bencana. Sinta tak menyangka jika kecelakaan satu malam akan menghasilkan calon beban keluarga yang kini ada di dalam perutnya. Sinta tak menginginkan hal ini. Sungguh, hidupnya saat ini sedang dalam kesusahan. Dirinya tak mau semakin hidup susah jika ada beban lagi yang harus ia tanggung.

"Positif," cicit si perempuan.

Sang lelaki menyugar rambutnya gusar. Ia juga tak menyangka hal demikian menimpa rekannya. "siapa ayahnya?"

Sinta menggeleng.

"Siapa?" ulangnya.

Lagi, Sinta menggeleng. Kini ditambah isakan keluar dari bibirnya. Tangannya tak tinggal diam, ikut memukul kencang perut ratanya. Berharap si calon beban bisa hancur dan kemudian hilang tak tersisa dari tubuhnya.

"Aaaa, gue nggak mau..." isaknya makin menjadi.

Si lelaki segera menahan tangan Sinta. Menarik kemudian mendekapnya.

"LO GILA?!" bentaknya. Namun tak dihiraukan karena Sinta sibuk dengan raungannya.

"GUE NGGAK MAU AR, NGGAK MAU!!" teriak Sinta makin menjadi.

"Gue nggak mau hamil..." ucapnya disela-sela sesenggukan.

"Aborsi." tiba-tiba satu kata itu terlintas di kepala Sinta. "Temenin gue aborsi, Ar. Ayoo!"

"Tolol." cetus Arya. "Lo tega ngebunuh anak lo sendiri?"

"Arya lo nggak ngerti. Gue nggak mau dicap sampah. Gue nggak mau hamil di luar nikah. Gue nggak一"

"Gue yang bakal tanggung jawab," potong Arya.

Sinta terdiam. Tak menyangka kalimat itu akan keluar dari lawan bicaranya. Kali ini dia yakin bukan dirinya yang tolol, tetapi Arya.

••••

Yayyy, calon beban keluarga dibab depan bakal muncul.

Versi baru di publish tanggal 25 Maret 2022 [22.50]

𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐮𝐤𝐚Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora