[48] Perpisahan dan Air Mata

Comenzar desde el principio
                                    

"Kita .."

"Pintu berapa? Jeno di pintu berapa!?" Belum sempat laki-laki itu menjawab, suara Zahra sudah menginterupsi.

Mendengar jawaban di seberang sana, Zahra langsung mematikan ponselnya dan menuju pintu yang disebutkan oleh Renjun.

Jaehyun? Laki-laki itu masih sibuk memarkirkan mobilnya, karena tidak mungkin ia biarkan terparkir di pintu depan bandara.

Senyum tipisnya terbit kala melihat sesosok yang berdiri sejauh 30 meter di depannya. Laki-laki April pemilik senyum sabit itu nampak sedang melambaikan tangan ke arah Renjun dan kawan kawan dengan sebelah tangannya menggendong tas backpack hitam.

 Laki-laki April pemilik senyum sabit itu nampak sedang melambaikan tangan ke arah Renjun dan kawan kawan dengan sebelah tangannya menggendong tas backpack hitam

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tapi setelahnya ia berbalik dengan kaki melangkah menjauh bersama Taehyung yang membantunya membawa koper.

Bukannya berteriak, Zahra terus melangkahkan kakinya cepat hingga membuat Haechan yang dilewatinya terkejut bukan main.

Suara tubrukan antara tubuhnya dan Jeno tidak terelakkan lagi. Walau detak jantungnya sudah berdetak kencang, gadis itu masih bisa tersenyum samar saat merasakan pergelangan tangannya diusap lembut oleh Jeno.

Dalam sekali hentakan tubuhnya masuk ke dalam rengkuhan besar lengan Jeno. Gadis itu terisak dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang yang sanggup membuat kaum hawa di sekitar mereka merasa iri.

"Lo jahat! Kenapa gak pamit ke gue?!" Suara serak dan tangisan tipis masuk ke dalam indera pendengaran Jeno.

Jeno memasang senyum palsu. Walau jauh dalam lubuk hatinya, ia juga tidak rela meninggalkan Zahra, perempuan penyembuh luka yang mampu membuatnya sadar akan perbuatannya yang melewati batas, dan berhati malaikat karena masih menerimanya kembali setelah semua perilaku jahat yang telah ia lakukan kepada gadis itu.

"Makasih," lirih jeno seraya mengecup rambut cokelat kehitaman yang mengeluarkan wangi lavender.

Kepalan kecil tangan itu memukul dada Jeno tanpa tenaga. "Lo jahat! Lo malah bilang makasih saat lo mau pergi!"

Jeno terkekeh, laki-laki itu melepaskan pelukannya. Tangannya kini berpindah di kedua bahu Zahra. Ia sedikit merendah menyamakan wajahnya dengan Zahra.

Lagi-lagi senyuman itu mampu membuat Zahra lupa dengan niatnya datang ke sini.

"Lo kenapa nangis? Cengeng."

Lengkungan bibir Zahra turun dengan tatapan sendu yang ia tujukan ke arah laki-laki April itu.

"Jangan pergi, disini aja," pinta Zahra.

Jeno menggeleng dengan senyuman yang masih setia ia tampilkan.

"Lo kenapa sih? Seharusnya lo seneng dong gue jadi gak ganggu hubungan kalian."

"Kalian?"

"Iya, lo dan Bang Jae."

Decakan sebal terdengar dari mulut Zahra. Saat ini bukan waktunya untuk membahas laki-laki bermarga Jung itu.

Mask | Jeno ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora