14 - ARAKIN - Pulang

47 7 0
                                    


Gerimis turun ketika Tabib Ro memacu kuda. Kereta melewati bayangan rumah toko yang lengang dan sunyi. Paving batu di bawah kami basah, dengan genangan air kecokelatan di bagian cekungnya. Punggungku bersandar di bibir kereta, sambil mendengarkan roda yang memercikkan air dan menggilas lumpur.

Aku dengan rakus melahap dua roti isi yang dibawakan Califf sebelum kami berangkat. Masih hangat, dan rasanya sangat enak. Satu berisi selai nanas dan nektar, ditaburi sedikit cokelat hitam. Satunya lagi berisi daging giling, irisan telur, dan saus tomat segar. Roti-roti itu sudah habis kurang dari lima menit. Aku memandang ke luar kereta sambil mengunyah gigitan terakhir.

Jalan-jalan selalu sepi di saat kerusuhan seperti ini. Orang-orang bukan takut monster dari Gerbang Deirdra--monster bisa diurus dengan aman oleh Roman--tapi lebih takut pada penjarahan dari preman dan geng-geng liar di Ibukota. Begitu mendengar adanya Gerbang Deirdra muncul, lapak dagangan segera dikemasi, toko-toko segera ditutup, pintu dan jendela dikunci rapat.

Aku tahu sedikit tentang jaringan geng bawah tanah yang selalu memanfaatkan kekacauan untuk keuntungan. Waktu Emas, begitulah istilah mereka untuk saat-saat seperti ini, di mana prajurit akan terlalu sibuk untuk menertibkan aksi kriminal. Kelompok pencuri kami pernah ditawari untuk bergabung dengan mereka, tapi Ketua Evan menolak. Katanya tidak sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh Anak Dermaga--geng kami. Akhirnya kelompok kami harus membayar iuran bulanan dua kali lipat kepada Carra Pazzo.

Satu kereta dan penunggang kuda bermantel hitam sempat berpapasan dengan kami, selebihnya hanya kami yang melintas di Jalan Rie. Tanpa menunjukkan ketakutan, Tabib Ro malah bersiul sepanjang jalan. Tentu saja Waktu Emas dan sekelompok penjarah bukan masalah baginya. Aku sangat yakin Tabib Ro adalah avorah hebat, karena dia bisa mengalahkan hire tanpa senjata, dan masih punya sisa kekuatan untuk menumbuhkan lengan lagi sesudahnya.

Itu benar: menumbuhkan lengan.

Avorah beserta kekuatan-kekuatan mereka selalu menjadi misteri bagi kami, rakyat jelata. Aku tidak begitu tahu apa saja yang bisa dilakukan avorah, karena hanya orang kaya yang bisa mengaktifkan kekuatan avor mereka--dengan membeli Ampul Kebangkitan yang mahal tadi. Kabarnya, seorang avorah bisa melawan singa tanpa terluka sedikitpun, menyembelih kerbau dengan tangan kosong, dan tidak bisa mati walau dipenggal atau dipancung. Aku sih, tidak percaya dengan omong kosong yang terlalu dilebih-lebihkan itu. Tapi melihat Tabib Ro dengan mata kepala sendiri, rasanya aku mulai percaya.

"Sebenarnya, apa yang membuatmu sampai di hukum mati, Nak?" Pertanyaan Tabib Ro menyadarkanku dari lamunan. Suaranya begitu jelas di jalan lenggang yang hanya terdengar tapak kuda dan putaran roda.

Aku tersenyum getir. "Aku tertangkap mencuri, Pak."

"Oh... kalau itu aku sudah tahu. Aku penasaran kenapa kau mencuri dari keluarga Wesmila dan bagaimana kau bisa tertangkap. Kalau kau enggan bercerita, tidak masalah."

"Tidak masalah, Pak. Aku akan menceritakannya. Sebentar Pak, Anda ambil jalan lewat jembatan saja, lebih dekat."

Di depan, ada jembatan batu melengkung indah ke atas seperti bulan separuh. Tabib Ro mengarahkan kereta kuda melewati jembatan batu Sungai Sil. Selebihnya, aku sudah memberitahu Tabib Ro arah-arah menuju rumahku di dekat Pasar Ikan Eola.

"Awalnya, aku sama sekali tidak tahu kalau perempuan itu dari keluarga Wes--apa tadi?" aku mulai bercerita. "Kami hanya tahu kalau perempuan itu seorang diri, tanpa pertahanan, dan tasnya terbuka. Dia sedang membeli jepit rambut di alun-alun. Aku berpura-pura menjadi pembeli di sebelahnya.

"Kami tidak melakukan kesalahan. Maksudku, tim kami adalah yang terbaik dan tidak pernah gagal atau pun tertangkap." suaraku sedikit meninggi. Aku bingung pada perasaanku ketika menyampaikan ini. Ada rasa bangga, sekaligus rasa sakit dan kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perburuan RomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang