Merah adalah lambang cinta.
Tapi Merah juga menandakan kemarahan.
Merah adalah warna indah sang mawar.
Tapi Merah juga adalah warna darah.
Anandira Putri Wiguna adalah calon pewaris bisnis Wiguna Group. Cerdas, tangguh, ulet, rajin dan tidak kenal k...
"Aku mencintaimu." Ucap Dira tanpa bisa menghentikan sebutir air mata yang jatuh dari mata kanannya. Semua hal yang telah dilakukan Juna sampai saat ini adalah bukti nyata betapa pria itu mencintai Dira. Hatinya yang terluka karena rasa bersalah atas kematian kedua orang tua kandung Dira. Perjuangannya untuk melepaskan diri dari Lingga. Juga ketegasannya menolak menjadi penerus Dante karena tau Dira tidak akan menyukai hal itu. Dira sama sekali tidak menyangka bahwa pria sedingin Juna, mampu mencintainya dengan begitu dalam.
"Aku tau. Aku juga mencintaimu, Dolcezza." Balas Juna sambil mencium bekas airmata pipi Dira. "Jadi?"
"Jadi." Dira benar-benar bisa menebak reaksi Juna atas pengakuan yang akan diungkapkan Dira kali ini. "Luna saat ini sedang hamil tujuh bulan. Sebelum nya, dia sengaja tinggal di villa kakek Jatmiko, karena tidak ingin ada yang tau tentang hal itu. Tapi Niluh memberitahuku beberapa bulan yang lalu...."
"Anak Rio?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Juna bahkan sebelum Dira menyelesaikan pengakuannya. Tentu saja Juna bisa dengan mudah menebak hal itu. Karena selama tujuh bulan ini Luna hampir tidak pernah mencari masalah. Bahkan tidak sekalipun Luna mabuk dan menelfon Dira.
Dira pun mengangguk.
"Damn it!" Juna akhirnya bereaksi. Tanpa sadar suami Dira itu melapaskan genggaman tangan Dira dan meraih ponselnya. "Aku akan memastikan dia bertanggung jawab. Kalau perlu aku akan membawanya kesini dengan menodongkan Glock ke kepalanya. Dasar..."
"Juna..." Dira memotong dan berhasil menarik kembali perhatian Juna padanya. "Jangan menghubungi Pa, Ma apalagi Abuela dulu. Dengarkan cerita ku sampai selesai."
Juna memandang Dira selama beberapa saat. Dengan penuh keraguan Juna memandang ponselnya dan Dira bolak-balik. Sebelum Juna mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Juna pun kembali duduk di kursi samping ranjang Dira.
"Aku sudah bertengkar dan berdebat beberapa kali dengan Luna tentang hal ini." Dira kembali meraih tangan Juna dan menautkan jari mereka. "Tapi kamu tau bagaimana keras kepalanya Luna. Dia tetap pada pendiriannya untuk tidak menghubungi dan memberitau Rio. Aku terpaksa menyetujui keputusannya itu. Karena itu adalah satu-satunya cara agar Luna mau tinggal di apartement lama ku, sehingga aku bisa ikut membantu merawatnya. Aku tidak ingin dia kembali melarikan diri dan melewati proses kehamilannya sendiri. Itu yang akan terjadi kalau kita menghubungi keluargamu, dan Rio tau tentang hal ini."
Tidak ada tanggapan dari Juna. Pria itu hanya diam memandang Dira selama beberapa saat. Hingga akhirnya Juna pun menghela nafas panjang. Meski setelahnya suami Dira itu akhirnya tersenyum lembut dan menyibak rambut Dira ke belakang telinga.
"Aku benar-benar beruntung memiliki seorang ratu peri baik hati sepertimu sebagai istriku. Seorang ratu peri yang tidak pernah berhenti peduli pada orang-orang yang disayanginya." Ucap Juna sebelum mengangguk dan mencium punggung tangan Dira. "Aku setuju dengan keputusanmu. Biarkan mereka merajut takdir mereka sendiri. Karena jika memang mereka ditakdirkan bersama, pada akhirnya takdirlah yang akan mempertemukan mereka lagi. Tidak peduli sebarapa buruk dan lamanya perpisahan mereka. Benang merah takdir akan mengikat mereka. Sebagaimana takdir yang diberikan Sang Pencipta pada kita."
"Dan Juna ku jadi sangat puitis karena akan menjadi seorang ayah." Goda Dira sambil tersenyum bangga atas pemahaman Juna itu.
Juna pun menarik kedua pipi Dira. Tapi segera melepaskannya begitu Dira mengerang kesakitan karena rasa tidak nyaman kontraksi yang tiba-tiba terjadi.
Begitulah. Benar kata Juna. Takdir yang telah dituliskan Sang Pencipta selalu memiliki alur dan akhir yang tidak terduga. Siapa yang menyangka bocah berusia 12 tahun yang diselamatkan ibu kandung Dira dari percobaan bunuh diri di sungai puluhan tahun yang lalu ini. Pada akhirnya menjadi pria yang paling mencintai dan dicintai Dira. Meski dengan segala macam liku dan luka kehidupan yang harus mereka jalani. Dira sungguh bersyukur pada Sang Pencipta atas takdir yang diberikan padanya. Atas benang merah yang menghubungkan mereka. Atas kehadiran Juna dalam hidup Dira. Atas cinta mereka.
"Satu lagi." Ucap Dira setelah gelombang kontraksinya usai.
"Hmm?" Juna berkata sambil mengusap keringat di kening Dira.
"Kenepa Red?"
Juna menaikkan kedua alis tebalnya.
"Kenapa Red kalian jadikan kode? Red Code?"
Juna hanya mengangkat bahu dan tersenyum. "Well, karena kata 'Red' bisa diucapkan dengan jelas dalam gumaman tanpa ada orang yang menyadarinya."
"Tapi tidak denganku." Ucap Dira sebelum mengecup bibir Juna. "Aku selalu sadar dan bisa mendengar dengan jelas saat kamu mengumamkan kata itu. Bahkan sebelum aku benar-benar mengenalmu. The Red Code mu terdengar dengan jelas olehku."
Akhirnya The RED Code sampai pada endingnya. Terima kasih sudah membaca The RED Code sampai akhir. Terima kasih atas dukungan kalian pada kisah Juna dan Dira. Juga atas vote dan comment nya.
Mungkin sebagian diantara kalian juga pensaran bagaimana kisah Rio dan Luna. Atau malah penasaran sama kisah Ethan dan Esme. Well, Ayra memang berencana untuk membuat spin off series nya The Velasco untuk kisah cinta mereka. Tapi sebelum kalian menikmati kisah anggota keluarga Velasco lainnya. Kalian bisa membaca kisah James di Out of The Blue.
Out of The Blue ini bisa dibilang spin off dari The Red Code. Menceritakan tentang kisah James dan Sana yang nggak kalah seru. Jadi buruan mampir dan save Out of The Blue di daftar bacaan kalian.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sekali lagi, Ayra ucapkan terima kasih atas dukungan kalian pada The RED Code dan karya Ayra yang lain.