24. m a l a m p e r t a m a

16 1 0
                                    

@rhmaaaar_ / instagram.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
KALO ADA KRITIK DAN SARAN KASI TAU YA!
.
.
.

Sasa dan Arnan memasuki rumah orang tua Sasa yang kini telah menjadi milik mereka berdua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sasa dan Arnan memasuki rumah orang tua Sasa yang kini telah menjadi milik mereka berdua. Setelah acara pernikahan kemarin, mereka semua menginap di gedung Arversa milik Satrio, papah Sasa. Lalu saat ini, mereka kembali pulang ke rumah dengan keadaan kini berstatus sebagai suami-istri.

Sebenarnya, mamih dan papih menawarkan untuk membeli rumah baru untuk Sasa dan Arnan. Namun, Sasa menolak, ia masih ingin tinggal di rumahnya. Akhirnya Sasa dan Arnan tinggal di rumah Sasa.

Rumah Sasa telah dihias sedemikian rupa, agar pengantin baru merasa nyaman dan diistimewakan. Sasa tersenyum karena baru kali ini ia mendapatkan sambutan yang luar biasa di rumahnya sendiri.

"Selamat datang non Sasa, den Arnan." ujar Bi Jum.

"Kamu opo toh Jum! Panggilnya jangan non dan den, tapi nyonya dan tuan." ralat asisten rumah tangga yang lain.

"Eh maaf aku khilaf."

Sasa terkekeh, "Astagfirullah kamu ini berdosa banget."

"Astagfirullah nyonya Sasa jangan solimi." lanjut Bi Jum.

"Solimi solimi, Solehah!"

Lalu mereka semua tertawa. Jujur, Sasa tidak pernah tertawa bersama mereka semua sebelumnya. Bahkan Sasa tidak hapal nama dan wajah asisten rumah tangganya.

"Oh iya, silahkan tuan dan nyonya ke kamar pengantin." ujar salah satu pembantu.

"Ih nggak enak banget dipanggil nyonya. Aneh tau nggak sih? Pake non aja ngga apa-apa kok. Kayak biasa aja lah." ujar Sasa yang sebenarnya kurang suka dipanggil dengan sebutan 'Nyonya' mungkin karena dirinya terbiasa di panggil dengan sebutan 'Non Sasa' oleh orang di rumahnya.

"Tapi kan sudah punya suami non, panggilnya nyonya dong." ujar Bi Jum.

"Non aja. Kalau panggil nyonya itu ke mamah atau ke mamih. Tuan juga ke papah atau ke papih. Sasa sama Arnan mah Non dan Den aja." ujar Sasa.

"Wokelah kalau begitu! Non Sasa dan Den Arnan. Silahkan ke kamar pengantin. Kamarnya bekas kamar non Sasa. Tenang aja udah dihias supaya kalian nyaman." ujar Bi Jum sambil tersenyum.

"Silahkan menikmati malam pertama."

"Mau diantar nggak nih?"

"Nggak usah nggak apa apa kok. Sasa juga nggak pikun, masih hapal di mana letak kamar Sasa." tolak Sasa.

"Den Arnan." panggil Pak Uci.

"Hm?" Arnan menanggapi.

"Mainnya jangan kasar ya." ledek Pak Uci membuat semuanya terkekeh.

"Apa sih pak, engga ah." kata Sasa.

"Kamar yuk!" ajak Arnan dingin.

"Tuh suaminya udah ngajakin non, silahkan menikmati kebersamaan kalian." ujar Pak Uci.

||A T H I S A||


Kini Sasa dan Arnan sedang berada di satu kamar yang sama. Sebelumnya ini adalah kamar Sasa, dan sekarang ini menjadi kamar pasangan suami istri. Untungnya, Sasa tidak memilih tema yang girly bahkan kamar ini terkesan aestetic. Tapi, kamar ini memamg sudah dihias, seperti kamar para pengantin baru diluar sana.

Sasa dan Arnan sudah mengganti pakaian mereka menjadi piyama tidur. Setelah sebelumnya mereka mandi terlebih dahulu.

Keadaan menjadi sangat canggung. Keduanya sama-sama terdiam dan fokus terhadap pikirannya masing-masing.

"Sa..." panggil Arnan.

"Iya kenapa?"

"Lo nggak bobo hm?" pertanyaan Arnan membuat Sasa terkejut.

"Eh, em i-iya. Nanti gua bobo, lo kalau mau duluan, duluan aja." ujar Sasa.

"Hm."

Keadaan kembali menjadi hening. Sasa ingin membuka pembicaraan tapi ia sendiri ragu. Karena dirinya dan Arnan tidak dekat sebelumnya.

"Sa..."

"Apa Ar?" tanya Sasa.

"Gue tidur di mana nih?" tanya Arnan. Sejujurnya Arnan benar-benar gugup. Ini kali pertama dirinya sekamar dengan perempuan. Apalagi hanya berduaan.

"Di kasur lah. Mau dimana lagi?" tanya Sasa yang tidak paham maksud dari pertanyaan Arnan.

"Gua di kasur? Lo dimana?"

"Kasur."

"Seranjang?" tanya Arnan membuat Sasa terdiam.

"Hm, kan nggak ada kasur lagi. Yakali lo di sofa, jangan ah. Atau lo mau gue suruh Bi Jum buat nambah satu kasur lagi?" tanya Sasa.

"Nggak usah."

"Yaudah ngga apa-apa kita seranjang. Lo nggak akan macem-macem sama gue kan?" tanya Sasa. Hm, lebih mengarah ke ancaman sih.

"Nggak."

"Yaudah. Kalau lo mau tidur, duluan aja." ujar Sasa.

"Hm."

Sasa dan Arnan terbaring di tempat tidur. Dalam posisi membelakangi satu sama lain. Mereka mencoba memejamkan mata, namun tidak bisa. Pikiran keduanya melayang kemana-mana.

'Apa gua bisa, jadi suami buat Sasa dan jadi ayah buat anak yang ada di kandungannya?' batin Arnan. Sejujurnya, ia memang tidak pernah siap untuk nikah muda. Apalagi harus bertanggung jawab atas kesalahan kakaknya, Alan. Ia juga tidak mencintai Sasa. Ralat, belum mencintai Sasa.

'Apa Arnan nikahin gue cuman karena kasihan? Ah pasti. Dia emang cuman kasihan sama nasib gue dan kehidupan gua yang ancur karena bayi ini.' Sasa mulai membatin.

Sementara mereka sibuk dengan pikirannya masing masing, di luar kamar mereka, ada asisten rumah tangga dan satpam yang sedang mengawasi mereka. Lebih tepatnya menguping karena ingin mengetahui apa yang mereka lakukan.

"Kok ngga ada suara nya ya?"

"Kok non Sasa diem aja ya?"

"Ah Den Arnan mainnya kurang jago, butuh bimbingan nih."

"Yaelah, nggak seru banget. Masa mereka main kaga ada suaranya?"

"Jangan-jangan dah pada tidur lagi?"

"Huft, masa malam pertama langsung tidur. Nggak asik banget!"

n e x t ?
hehe, sengaja aku ga bikin adegan ++. soalnya aku juga bingung mau ngetik apaan. Karena aku sendiri tidak berpengalaman~

sengaja juga aku bikin pendek hihihiw.

anw, kl ada hal yang penting bisa langsung dm wattpad aku atau langsung ke instagram aku ya (@rhmaaaar_) soalnya aku lebih aktif di ig^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AthisaWhere stories live. Discover now