6

308 35 4
                                    

"Yedera, sonsaengnim hari ini tidak masuk. Sebagai gantinya ada tugas yang harus dikerjakan. Waktu pengumpulannya minggu depan saat jam pelajaran. Kerjakan, jangan berisik itu pesan dari Jo ssaem."

Beberapa detik setelah ketua kelas memberikan pengumuman satu persatu murid beranjak dari kursinya. Bukan, mereka bukan mau mengerjakan tugas tapi mereka menghampiri satu sama lain dan tentu saja untuk mengobrol. Para murid melakukan aktivitas mereka masing-masing, ada yang bermain lempar tangkap, menari di kelas, menonton drama dan ada juga yang malah berkeliaran keluar kelas. Kang, si ketua kelas hanya bisa pasrah melihat situasi kelas serta tingkah teman-temannya yang semaunya sendiri.

Sama dengan teman sekelas lainnya, Jae Seon si murid juara satu itu memilih untuk tidak mengerjakan tugas matematika yang sebenarnya terlihat mudah di matanya. Jae Seon malah pergi ke toko camilan bersama dua temannya di jam kosong seperti ini. Meski dia adalah murid terpintar tapi Jae Seon sangat tahu bagaimana caranya bersenang-senang. Perilakunya yang nakal dan berjiwa bebas membuat orang lain ragu dengan kecerdasan yang dimilikinya. Tak heran saat pertama kali Jae Seon meraih peringkat satu dia justru menjadi bahan omongan guru-guru serta teman sekelasnya. Tidak ada yang percaya dengan kepintaran Jae Seon sampai akhirnya ia membuktikan dengan mengerjakan semua soal matematika dalam waktu singkat.

"Aku keluar dulu." Jea beranjak dari kursinya.

"Kau.." Raim tidak melanjutkan kalimatnya dan diam sembari memperhatikan Jea yang sudah berdiri di depan pintu.

"Jangan katakan pada Jae Seon." Pintanya lalu segera pergi sambil menenteng jaket berwarna biru muda.

Biasanya di jam pelajaran seperti ini tidak boleh ada murid yang keluar kelas. Mereka harus diam di kelas sampai jam istirahat berbunyi. Jika ketahuan oleh guru dan anggota osis yang berjaga siapapun yang tertangkap akan terkena hukuman. Namun hal itu tidak berpengaruh oleh tiga sekawan pembuat onar di sekolah, yaitu Jae Seon, Mike dan Jun. Mereka malah santai memakan camilan sambil mengobrol asik hingga membuat suara yang cukup kencang. Siapapun yang berada di luar toko sekolah pasti bisa mendengar suara mereka.

"Yaa, apa yang terjadi saat kau sampai rumah kemarin? Ayahmu mengambil semua komputer di ruang game?" Ucap Mike sambil meminum soda.

"Anni. Tadinya hampir. Tapi aku tau appa tidak akan bisa mengambilnya. Dia hanya memberiku peringatan." Balas Jae Seon yang duduk di atas meja menghadap ke Jun dan Mike yang duduk di kursi.

"Ngomong-ngomong, kemarin pamanku baru membuka bar di daerah Gangnam dekat dengan tempat yang biasa kita datangi. Dan kalian harus tau.. uwahh.. daebak, banyak sekali gadis-gadis cantik yang datang. Rasanya aku tidak ingin pergi dari tempat itu, sungguh." Ujar Jun tiba-tiba.

"Yaa! Kenapa kau baru mengatakannya? Pantas saja beberapa hari ini kau susah dihubungi." Tegur Mike melemparkan snack berbentuk stick dan mengenai kepala Jun.

"Pasti kau sengaja kan!" Jae Seon ikut melempari Jun dengan beberapa snack yang ada di meja.

Suasana menjadi kacau karena peperangan snack antara tiga siswa itu. Pemilik toko tidak bisa mengatakan apapun karena ia takut dengan orang tua ketiga anak itu. Selain Jae Seon, Mike dan Jun juga berasal dari kalangan atas. Ayah Mike pemilik lahan perkebunan dan pabrik Wine di Eropa, sedangkan Jun adalah cucu dari pemilik perusahaan IT terbesar di Korea. Pengaruh orang tua mereka yang sangat besar di sekolah, hal itu membuat pemilik toko camilan tidak ingin berurusan dengan mereka.

"Apa-apaan ini?" Ucap Ki Jun bersama dua orang teman laki-lakinya yang terkejut melihat kekacauan di toko camilan.

Mike dan Jun terdiam sambil memperhatikan Ki Jun. Sementara Jae Seon yang duduk membelakanginya langsung menoleh ke belakang dengan santai tanpa takut dengan si ketua osis itu.

PINWHEEL 3 [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now