12

192 39 0
                                    

"Aaakk.." Ucap Jae Seon dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Jae Seon mengangkat tubuhnya dan duduk di tepi tempat tidur sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Kenapa tiba-tiba aku seperti ini?" Ucapnya yang merasa aneh dengan tubuhnya.

Masih setengah tidur, Jae Seon mencoba membuka matanya secara perlahan. Tenggorokannya yang sangat kering memaksa Jae Seon untuk bangun dan mencari air minum.

Tubuhnya agak lemas untuk dibawa berjalan keluar kamar apalagi saat menuruni tangga. Jae Seon tidak tahu jam berapa sekarang karena rumahnya sangat gelap. Sampai di bawah Jae Seon menyalakan lampu ruang keluarga dan terkejut setelah mendengar suara teriakan kaget seseorang didepannya.

"Nuguseyo?" Tanya Jae Seon yang tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.

Jae Seon memiliki penglihatan yang buruk. Saat bangun tidur ia tidak bisa melihat apa-apa tanpa kacamatanya. Saat turun tadi Jae Seon hanya meraba-raba dinding sebagai pengarah jalannya.

"Aigoo.. kau mengagetkanku. Kenapa kau bangun pagi buta, Jae Seon-ah?" Dari suara hingga dialek Busan yang khas Jae Seon bisa mengetahui orang itu adalah ahjuma.

"Memangnya sekarang jam berapa, ahjuma?"

"Sekarang pukul 4 pagi."

"Ne?" Jae Seon kaget mendengarnya.

"Mungkin karena kau tidur terlalu lama."

"Aku melakukannya? Kenapa?"

"Um.. eoh. Kemarin sepulang sekolah kau sangat kelelahan dan kau tidur lebih awal." Ujar ahjuma tidak mememberitahu Jae Seon yang sebenarnya.

Jae Seon hanya mengangguk paham walau dia tidak ingat sama sekali apa yang dilakukannya kemarin di sekolah.

"Kau ingin sesuatu? Mau makan?" Tanya ahjuma pada Jae Seon yang berjalan ke arah sofa.

"Anni. Aku hanya ingin minum. Tenggorokanku kering. Tolong ambilkan kacamataku juga. Gomawo ahjuma. Saranghae." Jawabnya dengan nada agak lemas sambil berbaring di sofa.

Ahjuma tertawa kecil mendengarnya. "Araseo. Tunggu sebentar aku ambilkan."

Tepat pukul 6 Jia keluar dari kamarnya. Ibu dari si kembar itu sudah berpenampilan cantik di pagi hari. Selama menikah Jia memang semakin memperhatikan penampilannya. Ia berusaha untuk terlihat fresh dan berpakaian bagus untuk suami dan anak-anaknya. Meski ikut menyiapkan sarapan Jia tidak takut make up tipis dan pakaiannya kotor apalagi tercampur aroma minyak goreng.

"Jeon Jae Seon, kau sudah bangun?" Ucap Jia yang terkejut mendapati Jae Seon sedang memainkan ponselnya sambil berbaring di sofa ruang keluarga. Jia menghampiri dan memeluknya.

"Eoh, eomma. Aku bangun dua jam lebih awal tadi." Balasnya dengan mata yang fokus memainkan game di ponsel.

"Syukurlah. Kau sudah minum obat pereda mabuk? Mau eomma buatkan sup?"

Jae Seon menurunkan ponsel dari pandangannya lalu menatap Jia disamping kanan. "Mwo? Siapa yang mabuk?" tanyanya bingung.

"Kau tidak ingat kejadian kemarin?"

Jae Seon menggeleng pelan karena Jia malah balik bertanya padanya. Setelah memastikan pada sang anak, Jia mulai menceritakan kejadian kemarin yang membuat Jae Seon nyaris dikeluarkan dari sekolah. Selama satu minggu Jae Seon di skors dan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah sampai kasus itu benar-benar membuktikan Jae Seon tidak bersalah. Jae Seon hanya akan datang apabila diminta sekolah untuk memberikan keterangan kesaksiannya.

PINWHEEL 3 [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now