3

292 48 2
                                    

Mian nunggu lama😭

———

Dentuman bola basket terdengar nyaring ketika bersentuhan dengan lantai lapangan. Jae Seon sebagai orang yang memegang kendali atas bola itu melirik ke kiri dan ke kanan sambil mencari cara agar ia bisa membawa bolanya dengan aman.

Meski dihadang persis didepan dan kelilingi lawan, Jae Seon menggunakan strateginya untuk menghindar. Jae Seon membawa berlari membawa bola dan melemparkan pada teman satu timnya.  Ia terus berlari kemudian merebut bola dari lawan. Kerja sama timnya yang bagus membuat mereka mencetak score dengan cepat.

Priittt.. Sonsaengnim membunyikan peluit dan tim Jae Seon yang memenangkan pertandingan.

Permainan basket untuk mengisi waktu luang di jam pelajaran olahraga itu terlihat seperti pertandingan sungguhan. Sementara murid laki-laki bertanding, murid perempuan yang duduk lantai menyemangati ditambah dengan teriakan histeris setiap kali bola masuk ke ring.

Jae Seon bersorak gembira seraya melompat kegirangan. Ia melakukan sesi berpelukan dengan teman timnya untuk merayakan kemenangan. Sementara Jae Seon yang melakukan ceremony di tengah lapangan, Jea yang sejak tadi menonton saudara kembarnya hanya diam memperhatikan tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.

"Jea-ya, bukankah kembaranmu sangat keren?" Ucap Jane, si pengagum rahasia Jae Seon yang kerahasiaannya sebagai pengagum Jae Seon sudah diketahui satu sekolah.

Jea menatapnya dengan datar. "Anni, dia orang teraneh yang pernah aku kenal." Ujarnya kemudian melihat ke arah Jae Seon yang melemparkan ciuman pada tangannya namun bukan Jea yang mengambil, justru Jane yang secepat kilat menangkap ciuman itu dan segera dimasukan ke saku celana olehnya. Jae Seon sedikit tercengang melihat itu, sementara Jea menyerit melihat tingkah aneh teman sekelasnya.

Pelajaran olahraga telah selesai. Jea dan Raim kembali ke kelas.  Seperti biasa Raim selalu mengeluh setiap kali pergantian jam. Ia akan membicarakan bahwa sekolah di Korea sangat membosankan dan terlalu banyak peraturan. Sementara Jea sebagai temannya hanya tertawa kecil mendengarkan ocehan gadis berambut pirang itu.

Selagi berjalan di koridor tiba-tiba seseorang memanggil Jea. Ia segera berbalik untuk melihatnya. Dilihatnya dua orang laki-laki yang tak asing berjalan ke arahnya.

"Jea-ya, annyeong!" Sapa Ki Jun, ketua osis sekolah.

Jea memutar bola matanya malas. Ia juga tidak menjawab sapaan Ki Jun dan hanya menatapnya datar.

"Kau habis pelajaran olahraga ya?" Ucapnya lagi yang kembali tidak mendapatkan jawaban untuk kedua kalinya oleh Jea.

Ki Jun tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Um.. Jea-ya, kau kan murid kelas 10 disini. Apa kau sudah memiliki klub?"

"Anni." Singkatnya.

"Ah, syukurlah. Kalau begitu kau bisa masuk--" Baru saja Ki Jun ingin memberikan selembaran yang dipegangnya berisi formulir klub, namun dengan cepat Jea memotong ucapannya.

"Aku tidak tertarik untuk mengikuti apapun." Kemudian Jea berbalik dan mengajak Raim untuk ikut dengannya.

" Apa aku bilang! Kau tidak mendengarkanku. Percuma kita mengajaknya, dia tidak akan peduli dengan klub. Ayo pergi!" Ujar Yoobin, teman Ki Jun. Sebelumnya Yoobin sudah memperingatkan Ki Jun untuk tidak mencoba mengajak Jea. Karena Yoobin bahkan satu sekolah tahu bagaimana sikap yang dimiliki oleh chaebol satu itu. Jangankan murid yang enggan bicara dengan Jea, guru pun malas untuk mencari masalah dengannya.

PINWHEEL 3 [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now