5.jus jeruk kara

2 2 0
                                    

Pukul satu pagi Kara dibangunkan oleh dering ponsel miliknya yang berbunyi dengan membabi buta. Menempelkan benda persegi panjang ditelinga dengan masih setengah sadar, "halo?"

"Ra," rungunya mendapati suara Jimin diseberang sana, "bisa kesini ga?" terkesan memohon.

Kara membulatkan matanya lebar-lebar merasa segar kembali atas ucapan Jimin barusan menyuruhnya keluar malam-malam walaupun hal itu sudah biasa bagi Kara, "gila ya lo nyuruh gue nyamperin laki pagi-pagi buta begini?"

"Gue minta maaf sama lo tapi please tolong kesini, Jungkook memar banyak banget, gue ga tau harus gimana."

"Trus apa urusannya sama gue?"

"Ra, please.."

Kara menyibakkan selimut, memakai sweater sebab udara dingin malam pasti akan terasa menusuk sampai tulang. Tidak lupa meraih ponsel dan dompet, memakai kaus kaki dan sepatu converse hitam andalannya dan bergegas keluar rumah.

Menuruni tangga flatnya terburu-buru yang untungnya tidak terlalu panjang. Terpaksa berlarian sebab tengah malam begini tidak ada angkutan umum yang beroperasi. Ini semua demi Jimin, demi sahabatnya. Oh atau demi sahabatnya Jimin?

Sesampainya di depan pintu apartemen Jimin, Kara menggedor dengan tidak sabaran. Menampakkan Jimin dengan rambut caramel kusutnya serta kaus hitam dan celana pendek, setelan khas untuk tidur.

Melepas sepatu dan memasuki apartemen Jimin, pandangannya langsung menangkap Jungkook dengan wajah lebam-lebam duduk bersandar tidak sadarkan diri di sofa warna gading milik Jimin.

"Dia kenapa bisa gini?" menguncir rambut sebahunya agar tidak menghalangi penglihatan.

Jimin menyerahkan kotak P3K miliknya pada Kara dan ikut duduk di sebelah perempuan itu, "dia bilang berantem sama preman pas abis nganter lo pulang."

Kara menuangkan antiseptic pada kapas dan mengernyit saat mulut Jungkook terbuka meracau tidak jelas, "bau alkohol," menepukkan kapas tadi pada lebam Jungkook yang masih belum sadar, "lo juga makanya jangan cari masalah sama orang mulu!." omelnya yang diperuntukkan pada Jimin.

Merasa tertampar atas ucapan Kara, Jimin meringis malu mengusap pelipis tidak gatalnya, bola matanya melihat kesana kemari merasa bersalah.

Sebab terlampau sering juga dirinya menelpon Kara tidak tahu waktu saat dirinya membuat luka sendiri dengan cara mencari masalah dengan orang lain saat masih dibawah sadar karena alkohol, seperti Jungkook sekarang ini.

Selesai dengan urusan mengobati lebam yang lumayan banyak pada wajah Jungkook tadi, Jimin membawa Jungkook untuk tidur di kamarnya. Lalu dirinya menghampiri Kara yang terduduk di kursi tinggi seperti bar miliknya.

Menyodorkan sebotol cola dari dalam lemari pendingin miliknya pada Kara, "kalo gue diabetes nanti jadi salah lo ya, Jim." menyahut jutek namun tetap menenggak cola tersebut hingga habis setengah botol.

"Makasih ya Kara santan." Mengusak pucak kepala Kara mengacak rambut tersebut yang ditepis oleh si empunya, "gue tidur duluan ya." lalu pergi ke kamarnya yang juga di tempati Jungkook, meninggalkan Kara di dapur sendirian.

Kara tidak kembali ke rumahnya lagi karena Jimin ga mengizinkan dirinya berjalan sendiri seperti saat datang kesini, sedangkan laki-laki itu beralasan terlalu penat untuk mengantar pulang, memang sialan. Akibatnya Kara terpaksa menginap disini, di apartemen yang berisi dua orang laki-laki.

Melempar dirinya ke atas sofa yang tadi di tempati Jungkook, meregangkan tubuhnya yang terasa terpecah belah setelah berlarian tadi. Tanpa aba-aba, matanya tertutup perlahan.

____

Jungkook membuka mata, bangun untuk duduk merasakan denyutan pada kepala mendapati ruangan yang ia kenal sebagai kamar Jimin karena sahabat narsisnya itu memajang foto dirinya hampir di seluruh penjuru dinding kamar. Lagipula, Jungkook juga ingat betul bahwa semalam ia jalan terseok- seok masuk ke dalam apartemen Jimin.

Menengok ke nakas bermaksud mencari ponselnya, namun yang di dapat malah segelas jus jeruk dengan sticky notes anak ayam warna kuning.

Gue harus berangkat ke kantor sialan di hari Minggu begini.
Jus jeruk buat ngeredain sakit kepala karena alkohol kata Kara.
-Jimin gans-

Jungkook mendengus, lalu meneguk habis jus jeruk buatan Jimin yang menyebut-nyebut nama Kara. Pikirnya, sedekat itu ya Jimin dengan Kara?

Beralih berdiri dari kasurnya, mengambil ponsel yang dimasukkan ke kantung celana dan membawa sekalian gelas kotor ke dapur untuk langsung dicuci sebagai ucapan terimakasih untuk Jimin katanya.

Melangkahkan kaki keluar dapur menuju ruang tamu untuk menonton tv, namun saat ingin duduk netranya menangkap perempuan yang sedang tertidur pulas menghadap ke arahnya. Kara, nama yang baru saja Jimin sebut-sebut di pesannya.

Kenapa Kara tidur disini? Sejak kapan ia disini? Jungkook tidak tahu dan segera masuk kamar Jimin kembali, mengambil selimut untuk menutupi Kara yang tertidur meringkuk.

Memandangi wajah damai Kara sedekat ini tidak pernah Jungkook bayangkan. Tapi dilihat dari sini Kara memang manis, wajah kecil, alis terbentuk rapih tanpa bantuan pensil, hidung bangir, dan bibir tipis tanpa polesan apapun.

Sudah puas memandangi wajah Kara, Jungkook beranjak ke dapur berniat memasak nasi goreng untuknya dan juga Kara.

"Jeon."

Jungkook menghentikkan kegiatan memotong tipis-tipis daun bawang miliknya saat suara serak khas bangun tidur memasuki gendang telinganya.

Membalik tubuh, mendapati Kara dengan muka bantal melihat ke arah Jungkook walapun sampai sebatas leher terhalangi senderan sofa Jimin, "Jimin mana?"

"Ke kantor ada kerjaan mendadak."

"Lo lagi ngapain?" Mendudukkan diri agak tegak ingin tahu apa yang sedang Jungkook lakukan.

"Bikin nasi goreng." Jungkook melanjutkan sesi memotongnya yang tertunda dengan Kara mengangguk menyahuti, "ada yang gak lo suka atau gabisa makannya?"

"Umm,, gue gasuka sayur kacang panjang sama buncis."

"Pantesan lo pendek." setelahnya bantal sofa melayang ke arah Jungkook biarpun tidak sampai sama sekali mengenainya.

Jungkook tersenyum kecil, tersadar bahwa Kara baru saja memanggilnya dengan nama depan.

Getaway »jjkWhere stories live. Discover now