28# Sang Ketua

378 87 54
                                    

Hampir semua orang menatap ke arah rombongan yang baru saja menuruni mobil-mobil mewah di pintu masuk bangunan Tirai Plaza. Jika bukan melalui CCTV, melalui monitor pandang, ataupun secara langsung.

Keluarga Barma selalu punya cara untuk menarik setiap pandangan mata ke arah mereka, bahkan hanya dengan cara mereka berjalan. Tristan Edgarardin Barma beserta keempat adiknya dan seorang wanita cantik lain yang berpakaian sangat elegan, melangkah tenang melintasi lobby menuju elevator khusus, dipagari oleh para karyawan dan pengawal yang membungkuk di sepanjang karpet merah. Bahkan di dalam lift pun, perjalanan mereka disiarkan secara langsung ke monitor-monitor besar di setiap lantai untuk menjadi pemandangan dan bahan perbincangan semua orang.

Sampai akhirnya lift itu tiba di tempat pertemuan lantai 16.

Bisik-bisik iri dan juga kekaguman terdengar di seluruh penjuru aula yang menjadi area ramah tamah. Orang-orang berpengaruh di pemerintahan dan para pengusaha serta pemegang saham berkumpul untuk rapat penting hari ini

"Ck.... apa orang-orang ini makan sesuatu yang tidak kita makan? Kenapa mereka bisa kelihatan seperti itu? Padahal kalau masalah uang, kita juga nggak kalah, kan?" seorang wanita jetzet mengeriyip pada temannya melihat pemandangan di monitor raksasa di depan mereka.

"Dan kau lihat itu? Istri Jacob Barma yang paling baru? Kelihatannya dia sudah menggusur kedudukan  Estherlita di Rumah Besar Barma...."

"Aaaiissshhh... Jadi dia benar istri termuda Jacob Barma?! Aku hanya membatin saja sejak tadi. Ck... ck... ck...  lagaknya seperti ratu saja!"

Kuncoro  juga menangkap nada-nada cemburu yang sama dari tempatnya berdiri. Benar-benar mengagumkan keluarga ini. Mereka bisa membuat begitu banyak orang mencintai sekaligus membenci di saat yang bersamaan. Orang-orang konglomerat ini mungkin akan semakin heboh nanti saat tahu kalau Rumah Besar Barma telah memilih seseorang menggantikan Jacob. Dan sosok itu tak lain dan tak bukan adalah putri bungsunya.

Dirinya dan Estherlita sudah bersepakat mengenai hal itu. Hanya saja Esther mungkin tidak menduga bahwa akan ada banyak pihak dari dalam keluarganya sendiri yang tidak menyetujui pengangkatan Valda sebagai ketua baru Tirai Emas.

Siapa yang akan suka? Masih ada putra sulungnya. Dan setiap anak di rumah besar itu memiliki pendukung dari keluarga ibu mereka yang tidak akan suka cucu atau keponakannya diusik dari posisi pentingnya di Tirai Emas, apalagi sampai terenggut hak-haknya. Mereka akan mengangkat pena dan koper uang untuk mempertahankan nama baik keluarga jika bukan demi si anak sendiri.

Perang akan terjadi, harga saham akan menggila. Dan saat semua mencapai puncaknya, ia akan tampil sebagai penengah untuk semua pihak.

"Anda tahu siapa yang akan diajukan Keluarga Barma untuk menjadi calon pemimpin baru di Tirai Emas? Saya dengar Tuan Jacob berniat pensiun karena pesona istri mudanya yang sangat cantik itu." Seseorang di sampingnya bertanya. Mereka berdua tengah mengamati Carolina Estal yang tampak mempesona di tengah rombongan keluarga Barma yang melintasi karpet merah.

"Hhmmm... Mungkin saja.... Tapi pasti akan ada banyak kejutan dalam rapat kali ini, karena Nyonya Besar Muda ikut hadir untuk pertama kalinya." Kuncoro menggumam menjawab lawan bicaranya. Namun matanya terus menatap rombongan anak-anak Barma yang berjalan mendekat.

Ada sesuatu tentang wanita itu yang terasa mengusik dan berbahaya. Tapi Kuncoro sama sekali tidak bisa mengetahui alasannya merasa demikian. Perempuan itu hanya gadis pantai biasa. Selain cantik, ia tidak memikiki bobot apa-apa. Tapi kenapa terasa ada sesuatu yang besar mengikuti di belakangnya? Apakah kesan itu timbul karena ia berada di tengah anak-anak Barma? Tapi.... ia sudah sepakat dengan Estherlita tentang semuanya, kan? Rencananya sempurna...

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang