37# Daftar Keburukan

304 70 20
                                    

Mata Olie mengerut membiasakan diri dengan kegelapan di ruang dalam kuburan. Walaupun ada dua buah senter menyala di samping kiri kanannya, tetap saja ia harus membiasakan diri dengan gelap. Atau terang?

Setelah beberapa detik, ia akhirnya bisa menangkap siluet besar di dalam. Seseoran dengan jaket tebal menaungi wajah dari kesilauan, tapi tangan kanannya santai saja memegang cangkir kopi, dan mulutnya menghembuskan pelan asap rokok yang mengalun santai, seolah kehidupannya adalah yang paling enak dan nyaman di dunia.

"What the hell?!" Orang itu berseru terganggu, dan ia mendengar Renov di sampingnya menyebut namanya. Seketika batin Olie kebakaran. Manusia gua ini benar-benar perlu diberi pelajaran!!!

"Kaaauuu...! Kaaauu...! BENAR BENAR MINTA MATI, JUSUF HECTORARDIN BARMA!!!"

Olie melompati empat anak tangga di bawahnya seperti pendekar. Ia mendarat tepat satu langkah di depan orang itu dan langsung menyambung gerakan dengan lompatan ke arah bangku batu di mana Hector tengah duduk.

Pria itu terjerembab seketika ke belakang mendapat terkaman ganas. Namun kekuatannya memang lebih besar dari penyerangnya. Ia seketika mencekal pergelangan tangan Carolina, dan merangkul pinggangnya, membawanya berdiri.

"Kau ini kenapa sebenarnya? Kerasukan arwah leluhurku di sini?!"

Nafas Olie mendengus-dengus. Matanya bergerak cepat menatap antara kedua manik Hector dengan cahaya kemarahan dan genangan tangis.

Tatapan Hector melembut, seperti mengerti ia telah menyakiti gadis di depannya, "Olie..."

Tanpa menyangka sama sekali, tangan kiri Olie yang bebas terangakat dan dengan sangat cepat menampar wajahnya.

Kepala Hector terlempar ke samping. Ia jelas tidak siap dengan serangan mendadak itu. Pertahanan dan pelukan lengannya mengendur seketika.

"Aku sangat mahir menggunakan kedua tanganku, kau tahu?" Olie berbisik bersama setitik air bening yang jatuh dari matanya.

Hector kelu. Bibirnya bergerak untuk mengatakan sesuatu, tetapi kedua tangan lentik di depannya sudah meraup wajahnya, dan membungkamnya dengan ciuman yang dalam.

"Ohh... ASTAGA NAGA!!" Renov berteriak dari puncak tangga, menurunkan cahaya senter karena perutnya mual.

"Yeah... Aku juga jadi ingin mencium Nuria... " Tristan mematikan senternya membiarkan keremangan kembali mengungkung ruang kuburan keluarga itu.

"Ayo kita cium istri kita sendiri. Aku yakin Maudi bisa menciumku lebih hebat dari pada udik pesisir itu."

Renov kembali menaiki tangga disusul oleh abangnya, sementara di tikungan terdekat, rombongan sisa keluarga Barma yang disertai dengan para pelayanan sudah berjejalan menutupi jalan.

"Kalian mau apa ke sini? Kembali ke atas! Di sini bukan tontonan untuk anak kecil!" Renov mengibas-ngibaskan tangan menyuruh gerombolan itu berbalik arah.

"Apa benar Hector ada di bawah sana? " Silvia menuntut penjelasan. Sementara Rania memanjangkan leher angsanya untuk bisa melihat lebih dalam, tapi ruang kuburan itu terlalu gelap.

"Yah... Dia memang ada di sana." Tristan menjawab lemah

"Dia tidak mati seperti kata Olie, kan? Tidak bunuh diri?"

"Tidak. Tapi sekarang dia pasti mati. Olie akan menghabisinya. Ayo kembali ke atas." Renov mendorong rombongan itu, dan mereka mau sedikit bergerak.

"Dan Pak Agus!" Tristan berseru, dengan sengaja mengeraskan suaranya agar orang di kuburan bisa mendengar.

"Iya, Tuan?!"

"Panggilan Wedding Organizer! Aku tidak mau ada kemesuman yang terjadi lebih jauh di rumah ini!! Pulangkan juga Bu Elis dan Sasha dari Prancis. Mereka harus bekerja kalau mau terus menghambur-hamburkan uang kita!"

 GREY LOVEOnde histórias criam vida. Descubra agora