1# Olie

1.4K 153 38
                                    

# update -an dears....😅😅. Anyway... saya ingin mengajak kalian berkenalan lebih jauh dengan teman-teman kita yang baru.

Pliiiiissss. ... Saya menunggu sekali Vote dan respon kalian. Jadi voment yaaa.....#

***

"Buka pintunya! Gue tahu cucu bule itu ada di dalam! Suruh dia keluar sekarang!"

Olie menggemeretakkan gigi di depan pintu kamar Sani. Kalau bukan karena ia menghormati sahabatnya itu, dan karena ini adalah di rumahnya, ia tidak akan berpikir dua kali untuk melabrak keluar dan menghajar preman-preman yang berteriak-teriak tanpa sopan santun di depan sana.

Ia sudah punya dugaan mereka akan menemukannya suatu saat. Tapi secepat ini? Dan di rumah sahabatnya pula? Bagaimana mereka bisa tahu ia akan datang hari ini?

"Sebenarnya kalian ini cari siapa?" Suara Sani keras namun tertahan. Sepertinya ia sedang adu betot pintu dengan salah seorang dari mereka.

"Nggak usah pura-pura pura nggak tahu! Gue sudah hapal dia pasti ke sini buat ngambil kiriman obatq kakeknya dua minggu sekali. Sekarang mana dia?! Mending suruh dia keluar, sebelum gue jebol pintu rumah lo ini!"

Olie benar-benar meradang. Kalau seseorang bisa menggemeretakkan giginya sampai hancur, ia pasti sudah ompong sekarang.

Gadis itu berbalik menghadapi anak kecil yang menekan headset keras-keras ke telinganya.

"Anya.... kamu di sini saja. Tunggu bunda atau Tante Sani datang. Jangan dengerin orang-orang itu. Kerasin saja musiknya kalau kamu takut. Oke?"

Gadis kecil itu mengangguk membaca gerak bibir dan ekspresi wajahnya. Ia memaksa sekali memasang tampang berani walau matanya berkaca-kaca karena ketakutan.

Meninggalkan senyum menenangkan untuk anak itu, Olie berbalik menuju pintu. Begitu Anya menghilang dari pandangan, ia berubah ke mode tempur, menyerbu ke ruang depan hanya dalam delapan langkah lebar.

"BICARA DI LUAR!!" Olie memepet Sani menepi dari pintu dan mendorong preman terdepan yang dihadapinya hingga terjajar ke belakang menabrak teman-temannya.

Pria-pria kucel itu sedikit terperangah, karena beberapa dari mereka tampaknya baru sekali ini berhadapan dengannya.

"Nggak tahu di sini banyak bayi dan anak anak?! Kalau mau bicara DI LUAR!!"

Dengan satu dorongan saja Olie berhasil membuat mereka semua sampai ke halaman depan. Kuda- kudanya siap untuk perkelahian jarak dekat. Tapi menghitung jumlah lawannya, tidak bisa tidak gadis berambut merah itu menimbang juga peluangnya untuk menang. Delapan lawan satu?

Kalau ia punya peluang untuk lari, tentunya Olie tidak akan ragu menggunakan kesempatan memberi mereka pelajaran. Kalau ia menang, ya sukur. Kalau kalah, ya lari.

Tapi sekarang ia berada di rumah Sani. Ada dua balita di sini. Juga Anya.... Bagaimana ia bisa lari meninggalkan mereka? Bagaimana kalau mereka malah memanfaatkan keadaan dengan menyandera mereka? Atau lebih buruk, menyakiti mereka?

Dan lagi Olie harus membawa Anya pulang dengan selamat, kalau tidak ingin dicincang tukang masak di rumahnya dan dijadikan isi risols. Nenek gadis cilik itu bisa galak bukan main kalau cucunya disakiti.

"Mau apa kalian sekarang? Hng?! Belum kapok gue hajar seperti kemarin?!"

"Mana kakek Lo?! Suruh dia ke sini buat bayar utangnya sama Bos Nyoman Wahik!!" Laki-laki berambut panjang yang diketahuinya bernama Prasongko itu mendongak penuh tantangan.

Olie mendelik sebelum mengeriyipkan matanya penuh ejekan, "Sudah ganti bos lagi sekarang?! Baru bulan kemarin kalian menjadi penagih hutang buat Sastra Wijaya tengik itu.... sudah lupa rasanya dihajar Olie?!"

 GREY LOVEWhere stories live. Discover now