16# Sekutu

564 101 33
                                    

# Hello dears.... apa kalian semua sehat? Is this Corona stuff freaks you out? Pasti iya kalau kalian punya empat krucil yang kena bapil bersamaan seperti saya. Sampai nggak bisa mikir. Nggak bisa update....

But finally this part published. Happy RVC yaa....#

****

Ketika Carolina membuka mata, ia seperti masih berada di antara tidur dan terjaga. Segala sesuatu di sekelilingnya tampak meliuk dan mengembung; tirai-tirai, lampu tidur, lukisan di dinding....

Tunggu....

Ini bukan kamarnya. Tidak ada bau asin laut dan suara ombak yang sangat jelas dari jendela.

Keningnya mengernyit saat tangannya terangkat ke kepala. Ah.... dia ada di Rumah Besar Barma... tapi ini juga bukan kamarnya....

Rambut Api mengangkat tubuh dan menyangganya dengan kedua siku menancap di kasur. Seketika tiga pasang mata tertangkap olehnya.

Ia tidur sambil dipandangi?

"Di mana Maudi, Carolina?!"

Pemilik mata yang di tengah tampak memelas dengan wajah panjangnya, tetapi kemudian ia menegang dan mengernyit garang saat sebuah remote memukul belakang kepalanya.

"ABANG!!"

"Kau tidak lihat dia baru bangun?! Telingaku sudah bengkak karena kau terus saja merengekkan Maudi!!"

"Gimana keadaanmu? Ada yang terasa sakit?" Sebuah tangan lentik membelai bahunya. Olie sedikit mengernyi mengingat-ingat sosok cantik itu. Tetapi kemudian dia sadar; Tunangannya Tidar! Siapa ya namanya?

"Aku nggak papa...." Olie menegakkan duduk sengaja menghindar dari sentuhan wanita itu.

"Kau ingat adikku, kan, Carolina? Rania.... dia dokter.... Kau bisa bilang padanya apa yang kau rasakan." Hector menyaku tangannya di samping jendela.

"Olie...." Si Wajah Musang meraih tangannya dan menggenggam meminta perhatian. Sikap manisnya membuat Rambut Api sedikit heran, tetapi pria muda itu tak memberinya kesempatan untuk mengata-ngatainya, "Kau tahu di mana Maudi?"

Maudi?

Ia tersentak tegak. Benar! Di mana Maudi?

Wajahnya mungkin tampak sangat bingung dan panik karena Renov kelihatan semakin khawatir.

"Kau ingat apa yang terjadi kemarin malam?" Hector bertanya.

"Kemarin?" Memangnya sudah berapa lama ia pingsan?

"Kemarin.... setelah aku meninggalkan kamarmu.... Ini sudah mau malam lagi, Carolina. Kau ingat sesuatu?"

"Itu...." ia memandang pojok-pojok kamar tanpa sadar, seperti mengingat-ingat. Ini kamar siapa sebenarnya?

"Maudi sudah tidur, dan aku masih mengerjakan substrat aquascape.... lalu ada yang mengetuk pintu...."

Olie ingat ia melihat jam dinding sebelum menjawab panggilan di pintu itu. Sudah hampir tengah malam. Siapa yang berani mengganggunya selarut ini? Kalau beruk itu lagi....

"Ya... tunggu sebentar!" ia berniat berseru keras, tapi urung karena Maudi sedang tidur. Maka tanpa mencuci tangan ia menuju ke pintu.

Tangannya memutar handel dengan geram. Mulutnya sudah bersiap menyalak pada orang yang dihadapinya. Tetapi bukan wajah berparut itu atau Si Musang yang ada di sana, Olie harus mendongak lebih tinggi untuk bisa melihat wajah orang itu.

"Mau ap...." ucapannya terputus saat sosok tinggi besar itu membekap mulutnya dengan tangan yang lebar. Lengannya yang lain meringkus tubuh Olie dengan teramat mudah. Ia meronta-ronta dengan kaki berlambaian sangat tinggi di atas lantai. Tapi tangan orang itu bau.... Atau sapu tangan di tangan orang itu bau.... Bau sesuatu.... Ia tidak bisa bernafas, lalu semuanya gelap.

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang