33# Yang Patah &Yang Jatuh Cinta

375 75 20
                                    

#Selamat pagiiii.... Selamat jatuh cinta. Jangan lupa vonent yaaa#

****

Mereka menunggu. Namun selain debu lembab dan pengap yang mengepul dengan malas, tidak ada apapun lagi yang keluar dari makam itu. Sosok manusia, atau hantu, atau bahkan hanya baunya sekalipun...

"Hector... kau tidak apa-apa?"

"Tid... aku..."

Tidak ada bau bau mayat atau apapun. Padahal ayahnya baru dimakamkan empat bulan yang lalu.

"Aku turun, ya..."

Hector bangkit dari tempat jatuhnya, bersamaan dengan suara detak sepatu Olie yang menuruni tangga. Ia berjalan jongkok hampir merangkak ke tepian lubang persegi itu. Tangannya yang memegang ponsel gemetar. Cahaya senter dari sisi belakang benda itu bergoyang ketika ia membawa sinarnya ke dalam liang.

Kosong!

Tidak ada jenazah, peti, atau apapun di dalam lubang persegi panjang itu. Hanya liang kosong.

"Makam siapa ini?"

Wangi lembut tubuh Olie mendominasi udara di sekelilingnya, ketika ia berdiri di belakang Hector. Gerakannya berkeresak. Olie memeriksa penutup makam yang baru saja dicongkelnya, tapi keadaan terlalu gelap. Ia tidak akan bisa membaca tulisan yang terukir di atasnya.

Sinar senter itu bergerak meneliti setiap dinding lubang. Belum puas dengan hasil kerja pandangannya, Hector melompat ke dalam makam. Ia merabai setap sisi dinding, dengan perasaan yang tidak dapat dibahasakan. Otaknya memaksa nalar untuk bekerja lebih kuat dari perasaan. Ia tidak bisa menangis sekarang, atau marah, atau tertawa, atau merasa terpuruk, atau bahkan bahagia. Hector memilih untuk tidak menggunakan emosi.

Setiap inci dinding makam itu terbuat dari semen: padat dan halus sempurna. Tidak ada bagian yang terbuka; celah atau lorong, atau jalan keluar lain. Pintu rahasia, jalan keluar rahasia, ... apapun! Hanya sebuah makam kosong biasa.

"Apa yang kau cari, Hec? Ini makam siapa?"

Olie akhirnya berjongkok di tepian lubang itu, mengamati semua yang dilakukannya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka sekarang?

"Sudah kubilang kau tetap di atas saja..." suaranya berat bernada rendah, menyembunyikan gemetar.

Ia melompat keluar dan mendahului menuju pintu.

"Makamnya tidak ditutup lagi?" Wanita itu menyusulnya dengan bergegas. Aura di sekitarnya memang membuat orang bergidik.

"Tidak perlu. Aku akan menempatinya dekat- dekat ini." Ia menjawab asal, mengunci pintu kembali dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kau bercanda!" Olie tertawa.

Mereka kembali ke atas, dan tidak sampai sepuluh menit kemudian ia sudah menerbangkan kembali helicopternya ke Pandemanik. Tidak ada yang bisa dilakukan, selain memastikan segalanya sekarang.

***

Hector sering mendengar tentang Pandemanik. Sebuah desa di pesisir pantai yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan dan peternak kerang mutiara. Ia mendengar tentang mutiara- mutiara terbaik di dunia, sebagian dihasilkan dari desa itu. Tetapi para peternak terlalu bodoh untuk menyadari kalau hasil kerja keras mereka ditimang dan dipuji di toko-toko perhiasan kelas dunia, dan di rumah-rumah konglomerat dalam pesta-pesta mewah. Ia semakin sering mendengar tentang Pandemanik setelah Olie banyak berinteraksi dengannya dan bercerita tentang kehidupannya.

Seandainya hatinya tak segelap sekarang. Sendainya semestanya tak runtuh dan hancur lebur seperti sekarang, ia mungkin bisa melihat matahari keemasan yang gilang- gemilang di atas lautan seperti yang diceritakan Carolina, atau pasir putihnya yang seperti hamparan permata, atau ombaknya yang seperti budak cinta meraba- raba kaki kekasihnya penuh permohonan. Seandainya ia tak merasa seperti ini...

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang