Final Chapter : Kambing Hitam (I)

6.3K 1.2K 119
                                    

    
   
  "Reaford.
   Musim Dingin, 1920.

     Banyak pengeboman terjadi di Reaford akhir akhir ini. Sebagaian mengatakan itu perbuatan kaum anarkis, sebagian pula mengatakan itu teroris, ada pula yang bilang itu sebagai tanda percikan api dari terjadinya perang dunia ke ii.

    Namun, saudara kembarku, Lecole Eric Anaward, seperti biasa, mengelak hal itu. Dia memiliki pemikiran berbeda, dan apapun teorinya, dia akan mebuktikannya dengan cara apapun."
   
*
    
    Sunwoo sangat mengantuk hari ini, rencana tidur seharian setelah ujian akhir telah dibuat. Namun, permintaan yang tak bisa dia tolak dari Eric, membuatnya ada di sini. Mengikuti seorang gadis Rusia yang sangat tak ingin Sunwoo temui.

    Eve Yeji Rosblond.

    Siapa yang ingin terlibat dengan wanita super licik seperti dia? Jikapun ada, itu bukan Sunwoo.

    Gadis itu membawa sebuah paket berbentuk kotak di tangannya, dan Sunwoo ditugaskan untuk melakukan instingnya. Apakah Eric tak paham juga? Jika insting seorang Rafe Sunwoo Alarich itu membunuh?

   
    Yeji berjalan dengan tenang sembari mengamati suasana ramai sebuah jalan yang dia lewati. Transaksi jual beli, peminta minta, pesulap jalanan, semua terlihat klasik di tahun ini.

  "Kau harus lebih hati hati, Nona." Bisik suara di telinga kirinya, Yeji menoleh, namun tak menemukan siapapun, sampai akhirnya dia merasakan seseorang menggandeng lengannya. Yeji menoleh, mendapati Sunwoo dan kotak paketnya telah berpindah dari tangannya.

    Yeji mendengus kesal. Harus dia akui, Sunwoo terkadang memang sangat menyebalkan. Selain skill pembunuhnya yang mumpuni, Sunwoo ahli dalam hal negoisasi, nepotisme dan perilaku licik lainnya.
  
  
  "Beberapa orang tampaknya menjadi pengagum rahasiamu, Rosblond. Ada lima orang yang mengikutimu sejak tadi." Ucap Sunwoo.

    Yeji menoleh belakang dan membenarkan ucapan Sunwoo. Yeji menggeret Sunwoo ke arah gang sempit, berjalan tergesa dan ternyata sesorang yang tadi Sunwoo bicarakan telah ada di depannya.

    Tubuhnya tinggi besar, sebelah matanya tampak memiliki bekas luka. Saat Sunwoo melirik ke belakang, ternyata mereka terkepung.

  "Jujur, Alarich.." Ucap Yeji sambil berdiri di depan Sunwoo. Mengambil kotak itu dari tangannya sambil tersenyum.

  "Mereka bukan musuhku, mereka pengawalku. Aku telah mempersiapkan mereka, karena aku tahu, kawanmu, Anaward tak akan diam saja dengan apa yang terjadi akhir akhir ini.

  "Ngomong ngomong, bagaimana kalau kita makan malam nanti? Saint Srefesia, jam lima sore?" Tawar Yeji.

  "Jadwalku padat saat itu." Balas Sunwoo.

  "Oh, baiklah. Jam delapan malam?"

  "Tentu. Kenapa tidak?"

    Yeji mengecup pipi Sunwoo. Tentu saja dengan senyum tak bersahabat dari keduanya.

  "Jangan melukai wajahnya, kami ada makan malam nanti." Ucap Yeji sambil berlalu dari sana.

    Setelah kepergian Yeji, seseorang bertubuh gempal bersiul, memberikan kode pada kawan kawannya untuk segera menyerang Sunwoo. Si pemuda Jerman menghela nafas, baju yang dia kenakan baru dia beli kemarin, sayang sekali jika harus kena darah.

    Beberapa saat kemudian, Sunwoo keluar dari gang itu, membawa sapu tangan penuh warnah merah untuk mengusap tangannya. Syukurlah, bajunya tak terkena darah. Padahal alas sepatunya menciptakan bercak darah di setiap langkahnya.

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.1,5 : MEMOARWhere stories live. Discover now