Nafas Terakhir Si Jelita (I)

6.6K 1.4K 91
                                    

   
  
   
    Siang itu Hyunjin baru pulang dari kantor pos guna menuruti perintah Eric mengantar sebuah surat tanpa alamat tujuan. Entahlah apa guna Eric melakukan itu, mungkin dia sedang bosan.

    Di perjalanan pulang, Hyunjin menyempatkan diri mengunjungi saudara tirinya yang bekerja di sebuah restoran dekat stasiun. Jujur, Hyunjin sangat jarang, bahkan hampir tak peduli dengan kabar saudara tirinya itu.

    Namun, karena berhubung dia sedang berada di dekat sana, mungkin tak ada salahnya jika memeriksa keadaan wanita itu sebentar. Walau Hyunjin tahu apa yang akan terjadi nanti.
 
  
    Restoran itu bergaya klasik, khas Eropa sekali. Beberapa orang duduk berhadapan dengan pakaian bagus mereka, membicarakan banyak hal. Hyunjin duduk di salah satu kursi yang menghadap langsung ke arah meja pelayan.

    Wanita itu ada di sana, tersenyum manis pada orang orang sambil sesekali menanggapi pertanyaan pertanyaan kecil yang dilontarkan padanya. Sampai akhirnya mereka beradu tatap dan senyumannya kian mengembang.
  
  
  "Evgen." Ucap gadis itu.

  "Eve." Balas Hyunjin sambil mengangguk.
   
   
    Kaku sekali.
    
    
   Wanita itu tertawa sebentar lalu duduk di hadapan Hyunjin tanpa melunturkan senyum miliknya.

  "Ada apa?"

  "Apa maksudmu ada apa? Aku hanya ingin melihat wajahmu, Evgen. Wajah yang begitu mirip dengan jalang itu—oh? Maaf, apa kau tersinggung?"

    Hyunjin mendengus kesal, lalu balas menatap Yeji. "Kau tak bisa melupakannya, Yeji?"

  "Bagaimana mungkin aku bisa, Hyunjin?" Ucap wanita yang dia panggil Yeji itu. "Dia merusak masa kecilmu."

  "Aku sudah lama melupakannya. Kau tak perlu memasang rasa empati palsumu itu padaku, Yeji. Sangat tak cocok dengamu."

    Yeji terpingkal, "ya, memang tak cocok denganku. Tapi Hyunjin, sejak aku tahu jika ibu sudah bersuami dan memiliki seorang putra bernama Evgen Hyunjin Rostislav, aku merasa sangat tertekan."

  "Oh, ya? Aku tak yakin itu."

  "Itu membuatku seperti seorang makhluk yang mengambil masa kecil indahmu, Hyunjin. Aku tinggal di rumah megah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuaku, sementara dirimu memukul besi panas setiap hari untuk bertahan hidup."

    Tangan Yeji terulur, mengambil telapak tangan Hyunjin yang memiliki banyak sekali bekas luka bakar. "Karena itu, aku pergi dari rumah. Aku ingin menjadi sepertimu, berjuang untuk bertahan—"

  "Walau dalam artian buruk kau menjadi seorang iblis berkedok pelayan restoran, begitu?" Sela Hyunjin.

    Yeji kembali tertawa, "terserah bagaimama kamu menyebutku, Hyunjin. Aku tak masalah selama itu dirimu. Kau ingin secangkir kopi sebelum pergi? Aku akan buatkan."

  "Jika kau tak keberatan membayarnya." Kata Hyunjin.

  "Oh, tentu saja. Apa yang tidak untukmu?"

  
    Yeji bangun dari duduknya, menuju ke arah meja pelayan mulai membuatkan Hyunjin kopi. Tak lama, Yeji kembali dengan secangkir kopi di atas nampan, namun, seorang pria bertubuh gempal dengan sengaja meluruskan kakinya, membuat Yeji jatuh dan terkena kopi panas itu.
  
   
  "Oh, maafkan aku Nona! Kau yang tidak melihat! Hahaha!" Tawanya menggelegar.

    Hyunjin berjongkok, berencana membantu Yeji bangun, namun, Yeji menggeleng, lalu bangkit sendiri, detik berikutnya, nampan kayu itu menghantam kepala si pria gempal hingga patah, dan menyebabkannya tak sadarkan diri.
  
  
  "Sialan, harusnya kupukul saja lehernya agar mati.." Gumam Yeji.
  
  
  "Maafkan aku Hyunjin, maukah kau menunggu sebentar lagi? Akan aku buatkan kopi baru."

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.1,5 : MEMOARWhere stories live. Discover now