Wajah Merah Mengerikan (III)

5.3K 1.4K 139
                                    

    
    
  HAPPY READING! 💕
 
   
    
    Tepat pukul 9 malam, Shamus telah menunggu kelima remaja itu di depan sebuah kereta kuda lumayan besar yang ditarik oleh dua kuda gagah bewarna kecoklatan. Jelas sekali merupakan kuda Arab.

    Tampak pria itu begitu pucat dan tubuhnya bergetar karena gelisah.

  "Mereka masih ada di villa itu." Ucapnya sambil mencengkram lengan Eric. "Saya melihat istri saya pergi ke sana lagi. Saya ingin kalian menyelesaikan ini sampai tuntas sekarang juga!"

  "Memangnya apa rencanamu?" Tanya Sunwoo.

  "Saya ingin menerjang masuk ke dalam villa dan melihat penghuni villa itu dengan mata kepala saya sendiri." Jawab Shamus.

  "Well, padahal akan lebih baik jika bertanya baik baik dengan istri anda." Kata Jeno.

  "Kurasa saya sudah cukup bersabar dan mempercayai istri saya jika dia tak bermain di belakang saya."

    Sunwoo tertawa keras menanggapinya, "lihat? Sekarang kau sendiri yang berkata jika istrimu berselingkuh!"

  "Apakah anda yakin? Seperti kata saya, mungkin apa yang terjadi dan apa alasan istri anda pergi ke villa itu adalah hal yang tak pernah ingin anda tahu." Kata Eric.

    Shamus mengangguk, "saya akan tetap melakukannya."

  "Wah! Tekad yang kuat, benar benar seorang tentara yang berperang di Argentina." Puji Jaemin.

 
 
    Shamus tampak semakin tegang saat kereta kuda berbelok ke arah wilayah villa. Eric menatap geli Shamus yang tampaknya begitu ingin menerobos masuk ke dalam villa dan mengobrak abrik isinya, mengamuk sepuasnya.
   
   
  "Apakah anda pernah membicarakannya dengan istri anda? Tentang istri anda yang sangat sering keluar villa tanpa sepengetahuan anda di tengah malam?" Tanya Eric.

    Shamus mengangguk, "tapi dia bilang untuk tak pernah membicarakannya, lagipula saya tak perlu tahu, itu katanya."

  "Istri anda sudah melarang, tapi anda masih berusaha masuk ke dalam villa itu?" Kata Jaemin.

  "Kalian anak muda belum tahu rasanya ketika istri kalian jelas jelas pergi ke villa orang yang tak kalian kenal di tengah malam tanpa ijin." Kata Shamus.

    Mereka berlima diam, tentu saja belum ada yang pernah merasakannya. Jangankan berumah tangga, rasanya memiliki hubungan dengan wanita saja mereka tidak pernah. Mereka terlalu mahal untuk dimiliki :')

   
  "Well, kurasa anda benar, sebuah kepastian lebih penting daripada sebuah keragu raguan yang tak menentu. Walau dalam sudut hukum itu tak diperbolehkan, saya rasa tak ada salahnya." Jelas Eric.

  
    Malam itu sangat gelap, hujan turun dan jalanan berbatu mulai menyambut mereka kala kereta kuda berbelok dari jalan raya ke arah jalanan sempit dengan banyaknya pepohonan yang berada di samping kanan dan kiri jalan.

    Saat turun dari kereta, dengan tergesa Shamus mengajak kelima pemuda tadi ke arah villa yang dia maksud. Villa yang indah menurut Jaemin. Dia juga ingin tinggal di tempat seperti ini besok, saat dia sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri bersama istri dan anaknya.

   Dinding villa berasal dari kayu jati yang tampak begitu terawat. Warna catnya yang mengkilap, memantulkan cahaya lilin yang tergantung di depan villa.

    Tiba di teras villa, Jeno mengeluarkan sapu tangannya, bukan untuk mengusap rambutnya yang basah, namun untuk mengusap rambut pirang saudara kembarnya. Jeno tak pernah berharap Eric sakit, karena sekali saudaranya itu sakit, maka durasi sakitnya akan lebih lama daripada lama ayam mengerami telurnya.
  
   
  "Aku baik baik saja, Jeno.." Ucap Eric pada Jeno yang masih mengelap rambutnya.

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.1,5 : MEMOARWhere stories live. Discover now